Oddy sampai di rumah Tora tepat saat Momi menelepon Oddy untuk menanyakan di mana keberadaan putri sulungnya.
"Tinggal masuk, Mom, sebentar," Oddy mengecek penampilannya di cermin sebelum turun. Ups, lipstiknya hilang. Pasti karena kejadian tadi. Rambutnya yang sedikit berantakan, Oddy sisir dengan jemarinya. Dia juga membaui tubuhnya, apakah tercium bau parfum laki-laki? Sepertinya tidak. Tapi demi berjaga-jaga, Oddy menyemprotkan kembali parfumnya. Setelah semua terasa normal, Oddy turun dari mobil dan mengunci mobilnya.
"Assalamu'alaikum," seru Oddy begitu masuk di rumah Tora.
"Wa'alaikumsalam! Langsung ke ruang makan, Kak," Tora berteriak entah dari mana sehingga Oddy pun segera menuju ruang makan. Begitu sampai di sana, Oddy mendadak mematung.
"Lingga?"
"Hai, Clau," Lingga melambai dengan ceria dari kursi di hadapan Tora. "Yuk, makan."
Oddy dan Tora berpandangan. Tora memutar bola matanya lalu segera menunduk menatap piring. Momi dan Popi pun tampak datar saja wajahnya. Pasti karena Momi ingat cerita Oddy tentang Lingga dulu. Tapi yang membuat Oddy takjub adalah Lingga sama sekali tidak terlihat bersalah.
"Ada apa kamu di sini?" Oddy duduk di tempatnya, tepat di samping Lingga.
"Aku baru pulang kerja dan gak sengaja ketemu Momi dan Popi kamu di sini. Tentu aku sapa dan diundang makan malam di sini. So, here I am. The more the merrier, right?" Lingga memandang semua orang di meja makan dengan percaya diri selangit. Baik Tora maupun Momi hanya tersenyum kecut. Popi menggeleng sedikit sementara Oddy hanya mengangguk.
"Makan yuk makan. Lapar nih!" Tora berinisiatif mengambil makanan lebih dulu dan memulai topik pembicaraan. Topik ini langsung disambar oleh Lingga dan tentu saja Lingga memang punya pengetahuan yang luas dan tahu tentang banyak hal.
"Sudah ketemu pacarmu?" bisik Popi saat Tora, Lingga, dan Momi mengobrol.
"He's not my boyfriend, Pop," Oddy balas berbisik. Tatapannya ke arah piring agar orang lain tidak menyadari bahwa Oddy dan Popi membuat percakapan lain. "Tapi iya, tadi aku ketemu dia."
"Ajak ke sini," kata Popi tegas. "Biar kami bisa nilai langsung apakah dia baik buat kamu."
Oddy terperangah. Tidak percaya mendengar kalimat ayahnya. Kalau tidak ingat sekarang sedang makan malam, Oddy pasti langsung menghambur memeluk cinta pertamanya, sang ayah.
"Oke, Pop. Aku cari jadwal dulu ya. Dia sibuk soalnya," Oddy tidak menyembunyikan wajahnya yang berseri dan Popi pun tersenyum. Dia memegang tangan putrinya dan menepuknya pelan.
***
Begitu makan malam usai, Lingga langsung memegang tangan Oddy sebelum Oddy sempat berdiri.
"Ngobrol yuk, Clau," ajak Lingga dengan mata penuh isyarat.
"Kita memang mau ngobrol kan, Ga? Makanya aku mau bikinin kita kopi sama teh," Oddy menunjuk ke arah lemari. Padahal dia hanya tidak mau mengobrol berdua saja dengan Lingga.
"Berdua saja," tegas Lingga.
Oddy melirik Tora, meminta bantuan. Namun belum sempat Tora bersuara, Momi menyela. "Kalian bisa ngobrol di belakang, dekat kolam renang. Pasti banyak yang mau kalian bicarakan kan?"
Oddy memandang Momi dengan tidak percaya. Tapi yang membuat Oddy lebih heran, ekspresi Momi tampak sangat serius. Terpaksa, Oddy mengangguk.
"Tapi aku bikin kopi dulu ya?" tanya Oddy. Lingga mengangguk.
Sekarang keduanya duduk di tepi kolam renang dengan kopi di tangan masing-masing. Oddy menolak menatap Lingga dan memilih langit yang gelap. Di sampingnya pun Lingga tidak bicara apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)
RomanceClaudia Mentari Alatas, yang biasa dipanggil Oddy, mengalami sakit hati setelah ditinggal begitu saja oleh pria yang dia cintai. Dia menduga pria itu balas menyayanginya, ternyata tidak. Di New York, tujuan Oddy hanya untuk mendapatkan pelajaran dar...