Thirteen

2.2K 390 33
                                    

"Fight or flight?" Tora melirik kakaknya, raut wajahnya yang serius lama kelamaan menyeringai.

"Fight deh. Abis itu cepet-cepet flight," Oddy berjalan dengan tenang menuju ruang tunggu. Di sebelahnya, Tora tetap berjalan dengan penuh percaya diri.

"Halo Ines, Danu, Fahmi, dan..." Tora sengaja memberikan jeda sebelum menyapa orang terakhir. Orang yang paling salah tingkah di antara keempat orang itu. "Kawa."

"Gak nyangka ternyata kita ketemu lagi di sini. Di hari-hari terakhir, agak lost contact soalnya kita ya?" Ines adalah yang paling bersemangat kalau bicara dengan Tora.

"Iya. Sorry ya. Gue harus fokus ke tugas yang bikin gue ke sini. Jagain kakak gue supaya selamat jiwa dan raganya. Ditambah lagi ada kerjaan kantor yang harus dikerjain. Gue bahkan sempet bikin beberapa lagu. Kalian nanti dengerin ya! Promoin gue di PTV juga boleh."

Saat Tora mencerocos dengan sedikit nada menyindir, Oddy memilih memandang ke arah lain. Padahal Oddy tahu, Tora juga, bahwa pandangan Kawa hanya terarah pada Oddy. Tora berani mempertaruhkan dompet Gucci di celananya, bahwa Kawa tidak mendengar satu katapun yang dia ucapkan tadi.

Tora terus bercerita soal karya yang dia hasilkan selama di New York. Ines, Dany, Fahmi menceritakan hasil liputan mereka dan bagaimana liputan itu akan ditayangkan nanti. Tanpa keempat orang itu sadari, Kawa memutar mereka, berdiri langsung di hadapan Oddy yang ternyata berdiri agak jauh dari rombongan.

"Maafin saya. Tolong jangan seperti ini. Jangan kita pulang dengan membawa kejengkelan ke satu sama lain," ujar Kawa saat telah berada di depan Oddy.

Oddy terkesiap. Begitu juga Tora, Ines, Danu, dan Fahmi. Danu dan Fahmi tidak tahu ada cerita antara Kawa dan Oddy sehingga mereka bingung dengan atmosfer serius yang tiba-tiba tercipta. Lain dengan Tora yang tahu dari sisi Oddy dan Ines yang tahu dari sisi Kawa. Mereka berdua yang tahu kejadian antara Kawa dan Oddy, menjadi lebih waspada. Tora akan langsung menyela kalau kakaknya terlihat tidak nyaman. Ines akan menarik Kawa kembali kalau ternyata Kawa malah semakin dekat dengan Oddy.

"Lo ngomongin apa sih? Emangnya ada yang perlu dimaafkan?" Oddy berusaha tertawa, dia mengibaskan tangannya. "Kita gak pernah punya masalah kan? Ehem, anyway, gue masuk pesawat duluan ya. Udah dipanggil."

Memang panggilan untuk pesawat tujuan Jakarta sudah terdengar. Oddy memanfaatkan momen itu untuk meninggalkan suasana tegang itu. Tora pun segera mengikuti kakaknya dan melambai dengan kilat.

"Eh, see you in there, Tora!" Ines berteriak.

"See you! I'll be in Business Class!" Tora balas melambai. Jawaban itu membuat teman-teman barunya melongo. Business class? Dibayari kelas ekonomi oleh kantor saja sudah untung. Tidak mungkin mereka bisa ada di kelas bisnis.

"Enak banget ya. Oddy dan Tora kayaknya emang orang kaya ya?" Ines mencibir, menyenggol Kawa.

Kawa hanya diam, memperhatikan sosok Oddy yang menjauh. What happened in Vegas, stay in Vegas. Apakah peribahasa itu juga berlaku untuk yang terjadi di New York?

What happened in New York, stay in New York?

***

"It was just a kiss, Kawa," Ines bergumam dengan geram pada Kawa. Dia mengecilkan suaranya agar Fahmi dan Danu yang duduk di seberang mereka ataupun penumpang di depan dan belakang mereka pun tidak bisa mendengar.

"Iya. Lalu?" Kawa menanggapi acuh tak acuh. Pikirannya masih tertuju pada seseorang yang duduk di depan, di Business Class. Batas yang ada di antara mereka benar-benar menunjukkan bahwa mereka tidak pantas bersama.

"Yang artinya ya gak ada apa-apa. Mungkin kalian terbawa perasaan, apalagi lo bilang kemarin itu Oddy lagi cerita masa lalu yang cukup serius. Tapi gak ada apa-apa lagi di antara kalian itu. Lo gak perlu mikirin dia lagi sampai jadi pendiam seperti ini." Ines tidak suka melihat perhatian Kawa tertarik begitu besar pada Oddy sehingga mengabaikan teman-temannya yang lain. Terutama, mengabaikan dirinya.

Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang