Instruction

431 65 1
                                    

Bangunan tinggi begitu menjulang dengan kaca transparannya menampilkan kota Seoul dibawah sana yang baru saja disinari sang mentari. Seseorang duduk disebuah kursi keren berwarna hitam dengan meja kaca yang lebar, ruangan hening berisi barang barang minimalis.

Ada sebuah tulisan nama berwarna emas terletak diatas meja menuliskan nama Kim Taehyung disana, selaku pemilik. Taehyung berjalan mendekati kaca untuk mengamati lebih teliti semua kesibukan dibawa sana. Tiba tiba saja suara ketukan pintu mengalihkan perhatian namja itu membuatnya menoleh dan menemukan Sungjae disana.

"ada berkas yang harus kau tangani teman" ucapnya. Taehyung berjalan mendekati Sungjae, teman kuliahnya. Tahun tahun berlalu begitu cepat dan kini Taehyung sudah membuat perusahaan sendiri. Kerja kerasnya terbayar oleh semua yang ia dapat dan dia dapat bantuan tentunya.

Taehyung menandatangani berkas yang dibawa Sungjae dengan segera karena tak mau membuat sang teman baik menunggu. Di perusahaan yang besar ini tugasnya pasti banyak dan Taehyung tidak mau membuang waktunya. Matanya kini teralihkan pada sebuah foto.

Foto yang diambil beberapa tahun lalu ketika ia masih mengenakan sepasang seragam berwarna kuning terang, sebuah kenangan yang akan selalu tersimpan di dalam hatinya. Banyak yang sudah terjadi di kehidupan ini.

Sowon dan Jin sudah menikah lebih dulu dan punya satu orang anak laki laki lalu ada Yuju dan Jimin serta Umji dan Suga yang sudah menikah. Sinb dan Jhope memutuskan untuk menikah setelah Sinb menyelesaikan kuliahnya dan baru baru ini Taehyung mendapat kabar bahwa Eunha dan Jungkook sedang mengurus pernikahan.

Tangannya menyentuh sebuah foto dan mengusapnya pelan, manik matanya menatap sosok di foto itu dengan sendu. Sosok yang tak akan memberikan senyuman manis lagi padanya. Sosok yang kini membenci dirinya dan itu semua karena kebodohan Taehyung sendiri.

"apa masih ada kesempatan lagi untukku Yer? Aku tak mau semua berakhir seperti ini. Tolong beri aku harapan bahwa tidak ada satu pun cincin yang tersemat di jarimu"gumam Taehyung. Tak lama kemudian sakunya bergetar dan ternyata itu adalah sebuah telepon dari Jimin.

"ada apa? " tanya Taehyung.

"....."

"aku tidak sibuk. Kenapa? Apa ada hal penting?"  memang benar, Taehyung berusaha untuk menyelesaikan semuanya tepat waktu dan dia mengunjungi perusahaan hanya untuk mengecek beberapa hal dan sudah dia lakukan.

"....."  pupil Taehyung langsung membulat suara namja itu terdengar antusias, setelah mematikan telepon ia segera menyambar jas hitam dan mengenakannya lalu pergi ke basement untuk mengambil mobil.

"Sungjae, jika ada meeting hari ini batalkan. Aku tidak ingin diganggu hari ini" ucap Taehyung begitu berpapasan dengan sang tangan kanan.

"baiklah, apa ada hal yang buruk? " tanya Sungjae.

"bukan, ini kabar gembira yang selalu aku tunggu" jawab Taehyung lalu berjalan pergi meninggalkan Sungjae yang kembali sibuk dengan dokumen dokumen ditangannya. Mobil hitam milik Taehyung keluar dari basement dan melaju di sepanjang jalan beraspal.

Ia mengemudikan mobilnya secepat mungkin lalu berbelok ke arah kanan menunju sebuah bangunan yang tak kalah besar dengan miliknya bahkan bisa dikatakan bangunan ini lebih besar dari miliknya. Ia membuka pintu mobil ketika sampai ditempar parkirnya.

Ketika ia memasuki pintu beberapa bisikan terdengar yang dominan berasal dari para yeoja yang mengagumi wajah tampan dan bakat yang ia miliki hingga bisa mendirikan sebuah perusahaan. "aku sudah ada janji dengan Jimin, bisakah kau mengantarku? " tanya Taehyung pada meja resepsionis.

"baik presdir Taehyung" ia menunjukan jalan menunju lantai paling atas dari bangunan ini. Hanya butuh beberapa menit untuk sampai ke lantai tujuh belas, tak lama pintu lift terbuka yeoja muda itu mengetuk pintu hingga terdengar suara dari dalam yang meminta masuk.

"saya undur diri Presdir Taehyung" pamitnya sopan.

"terima kasih" balasan senyuman yang Taehyung dapat, namja itu membuka pintu daj menemukan sang sahabat bersama Yuju disampingnya tengah sibuk dengan komputer didepannya.

"hai Taehyung, sudah lama tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu? " sapa Yuju.

"yeah, aku baik baik saja" balas Taehyung.

"jadi Jimin jangan katakan padaku bahwa ini hanya prank agar aku menemuimu" ucap Taehyung pada namja berkaca mata yang sibuk dengan komputernya.

"dasar bodoh, dalam situasi begini kami tidak akan main main" balas Jimin.

"kami menemukan sedikit jejak tentang Yerin. Jimin dan aku berhasil meretas akun milik beberapa bandara dan berhasil menemukan tujuan kemana Yerin pergi" ucap Yuju menjelaskan.

"kenapa kalian tidak memberitahuku sejak lama? " tanya Taehyung.

"kau pikir mudah meretas akun bandara hah? Yerin benar benar pintar dengan meminta pihak bandara untuk menyembunyikan informasinya. Aku,Yuju dan beberapa staff cukup kesulitan membobol penjagaan savage itu" ucap Jimin kesal.

"baiklah baiklah,sorry for that. Jadi apa yang kau dapat? " tanya Taehyung sambil bergerak mendekati Jimin yang matanya tidak lepas dari benda elektronik itu.

"kalian mau kopi? " tawar Yuju.

"aku mau. Bagaimana denganmu? " Jimin menoleh pada Taehyung tapi namja itu menggeleng dan fokus pada data yang tertera di depannya. Yuju menghilang dibalik pintu.

Komputer Jimin menampilkan data yang cukup rinci mulai dari foto serta biodata Yerin tapi yang membuat Taehyung bersemangat adalah tujuan yeoja itu pergi, Inggris? Taehyung kira ia akan pergi ke Amerika. Pantas saja saat Taehyung mencoba mencari data tentang tujuan penerbangan Amerika tak ada nama Yerin.

Memangnya apa yang dia lakukan di Inggris? Belajar? Tapi, bukannya Harvard atau Oxford berada di Amerika Serikat?

"sepertinya Yerin tidak pergi sendiri" ucapan Jimin membuat lamunan Taehyung berhenti.

"Suho? " pertanyaan itu keluar begitu saja.

"Suho? Rasanya aku pernah kenal nama itu. Yuju, Yuju sepertinya tau sesuatu" Jimin berjalan keluar untuk mencari sang istri sedangkan Taehyung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang dengan wajah datar.

"ambil alih seluruh perusahaan sampai aku kembali dalam kurun waktu yang belum ditentukan. Aku percaya padamu Sungjae" Taehyung lalu mematikan ponsel dan melihat sekali lagi nama itu, aneh sekali. Kenapa tidak ada bukti foto? Sepertinya Jimin tidak mencari tau lebih lanjut tentang orang ini.

Sowon mungkin tau sesuatu karena ia tau Yerin akan pergi tapi Taehyung merasa tidak enak padanya. Taehyung masih terlalu merasa bersalah untuk meminta tolong. Tak lama pintu terbuka menampilkan Yuju dan Jimin.

"Suho oppa? " tanya Yuju.

"iya, kita pernah bertemu dengannya kan? " Jimin mencoba mengingat.

"iya. Dia menyukai Yerin" Taehyung langsung menoleh dengan wajah terkejut begitu juga dengan Yerin.

"benarkah begitu? Apakah Yerin juga menyukainya? Apakah mereka pacaran? Apakah mereka sudah menikah disana? " beribu pertanyaan keluar dari mulut Taehyung dengan nada panik. Namja itu menopangkan badannya diatas meja dengan bantuan kedua tangan.

Ia kesal sekaligus sedih. Apakah benar benar sudah tidak ada harapan?

"hei, jangan sedih begitu. Yerin pernah bercerita bahwa dia tidak menyukainya tapi aku tidak begitu yakin untuk masalah pernikahan. Itu sudah lama sekali" jawaban Yuju tidak terlalu berdampak besar bagi hatinya yang dilanda bimbang.

Tapi bukankah yeoja itu bilang Yerin tidak menyukainya? Tapi perasaan bisa berubah seiring berjalannya waktu.

"bagaimana pun caranya, aku harus bertemu Yerin. Aku harus mengatakan padanya bahwa aku menyesal, aku tidak akan membiarkan dia menjadi milik orang lain. Aku berjanji" ucap Taehyung mantap membuat Yuju dan Jimin tersenyum.

"Jimin, berikan semua data itu dan kirimkan melalui ponselku" sambung Taehyung. Saatnya pergi ke Inggris, saatnya mencari Jung Yerin.

CHANCE [KTH-JYR] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang