Gangter - 2

933 179 17
                                    

[Okay, ini dia lanjutannya. Baca 'Gangster - 1' sebelum ke chapter ini.
Happy reading gaess💗]




DORRR!!!

Aku melotot kaget mendegar suara senapan. Bukan. Bukan aku yang tertembak, melainkan mafia tersebut yang di tembak olehku karena tanpa sengaja aku menekan pegasnya, membuat peluru itu mengenai lengan kirinya.

Ia merintih kesakitan sebelum menatapku dengan tajam. "Sudah berani rupanya." Kata Jinsuk pelan.
Aku langsung menurunkan pistol. Padahal aku sendiri kaget ketika tau kalau Jinsuk yang tertembak. Ralat, maksudku ... Junhui.

"J-jun," ucapku lirih. "Apa maksud semua ini?" Kataku sambil menatapnya sendu.

Sementara ia hanya tersenyum meremehkan. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Jun akan menjadi mafia seperti ini.

"Apa peduli mu?" Jun berkata sambil menunjukkan smrik-nya. Ia berjalan mendekat dengan tangan kanannya memegang pinstol yang di putar-putar.

Aku masih tidak percaya bahwa mafia yang menjadi buronan selama ini adalah Wen Junhui.

Jun meletakkan pinstolnya di daguku, lalu mengangkat daguku dengan pistol tersebut.

"Lee ku sudah berani sekarang. Lihat, ia bahkan sudah menjadi anggota terhormat."

Aku tersenyum kecut mendengar perkataan Jun.


DORRR!!!


Jantungku berhenti berdetak. Ia menebak jendela kaca yang berada di belakangku.

Jun masih menatapku dengan senyumannya. Senyum itu, senyum yang menunjukkan betapa angkuhnya Jun.

"Apa kamu mau bernasib seperti kaca itu, Sayangku Lee?" Kata Jun sambil mengarahkan pistol ke arah kepala ku dengan pelan.

Jun memang ahli membuatku berpikir dua kali untuk menyakitinya. Tapi sekarang, itu semua tidak berlaku lagi.


DORRR!!!


Jun terdiam kaget. Sepertinya ia belum percaya bahwa aku melakukan semua ini. Ia memegang bagian dadanya yang kini berlumuran darah.

"Sayang, kamu ... melakukan semua ini?" tanyanya masih dengan senyuman di wajahnya.

"Cukup, Jun! Aku sudah muak dengan semuanya!"

Tanpa sadar, air mata mengalir di wajahku. Sejujurnya aku tidak berniat untuk menembaknya.

Jun menghapus air mata di pipiku, dengan tangan yang berlumuran darah. Perlahan tubuhnya melemah, ia berusaha untuk tegap tetapi tidak bisa. Sampai akhirnya ia jatuh terduduk karena tidak sanggup menahan tubuhnya.

Aku ikut terduduk sambil menutup mulutku yang mulai terisak. Jun menggeleng lemah melihatku yang terisak. Ia berusaha menyentuh wajahku dengan tangan yang bergetar. Dengan cepat aku mengambil tangannya dan membiarkan tangan Jun menyentuh wajahku.

"K-kamu ta-tau..., a-aku ... aku sa-sangat berterima ... kasih padamu k-karena ... karena ... kamu s-sudah ha-hadir ... kembali ..."

Aku menggeleng sambil terus menahan isakan yang semakin kencang, mendegar suara putus-putus Junhui. Kali ini aku bisa melihat senyum Jun yang tulus. Aku meletakkan kepalanya di atas pangkuanku, membuatnya agar tetap nyaman.

"A-aku s-sudah ... menunggu hari dimana ... dimana kamu a-akan datang ... lagi ... p-pada ku."

Aku memegang tangan Jun yang berada di pipiku. Sambil mengatakan kalau Jun tidak boleh banyak bicara. Tiba-tiba Jun gelisah, ia susah bernafas. Aku berusaha menghubungi siapapun yang ada di ponselku.

Hingga pada akhirnya, Jun kembali tenang. Dan hal tersebut membuat tangisku semakin menjadi-jadi. Jun tertidur untuk selamanya di atas pangkuanku.

Tepat setelahnya, Naeun datang bersama rombongan.

***

Sudah berkali-kali aku menahan agar tidak menangis, tapi air mata ini tidak bisa di ajak kerja sama.

Alice terus memelukku sambil mengusap punggungku, berharap aku tenang. Bahkan sejak pagi, aku belum beranjak dari sini-tempat dimana Jun di makamkan.

Sejak insiden kemarin, aku benar-benar frustasi. Aku tidak makan seharian dan terus melamun. Bahkan Chaeyeon hampir membawaku ke rumah sakit kejiwaan.

"Lee," Tzuyu memegang pundaku, membuatku menengok ke arahnya. "Ada yang ingin Shera katakan padamu."

Aku mengangguk. Tzuyu tersenyum tipis sebelum ia membawa Shera dihadapanku.

Tanpa basa-basi, Shera memberikan sebuah amplop dengan corak es krim berwarna merah muda.

"Aku menemukan ini di TKP, di mana kamu berhasil menangkap buronan."
Hatiku berdenyut mendengar Shera mengatakan hal tersebut. Aku segera membuka surat yang diberikan Shera setelag Alice mengangguk-memintaku untuk membaca surat tersebut.





To : Lee kesayanganku.

Hai, hmm halo?
Jangan itu, bagaimana kalau Halo Lee ku?

Ahh apapun itu, aku ingin mengatakan kalau aku senang mendengar kita akan bertemu.

Percaya nggak? Yaudah kalau kamu emang nggak percaya ya gapapa. Cukup kamu percaya aja kalau rasa sayangku itu nggak berkurang sama sekali. Hehehe.

Aku yakin kamu pasti kaget pas tau aku ikutan jadi mafia. Kenapa? Karena ayahku juga bagian dalam mafia.
Ayah punya utang sama seorang kolega, dan sampai sekarang belum di bayar. Makanya itu aku memutuskan untuk ikut jadi mafia supaya ayah enggak di tagih hutang melulu.

Alasan aku menghilang selama ini karena yang pertama, aku malu ngasih tau tentang diriku yang sebenarnya. Dan selanjutnya kamu tau kalau aku ikutan jadi mafia.

Ini semua udah aku rencanain, mulai dari hilangnya aku selama tigaa tahun ini sampai akhirnya kamu ikut turun tangan dan berhasil ketemu aku lagi.

The part above all is, i love you so much. I always hope, we can make our dream come true. But i know, we can't do it.

And, i want you have a better life than yesterday. Figthing!!! My love always with you💜

Regards,
Junhui yang tampan😽

____

Haiii kalian, sudah tau kan siapa pemeran aslinya? Hehe.

Ada yang ngangka gaa??? Wkwkwk







C.U IN NEXT CHAPTER!!!💗💗💗

SVT Imagine ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang