[Hi Bro! Enjoy with this story, okay? 😎👌]
Aku menyendiri di sebuah taman yang jarang terpakai, terduduk manis di sebuah bangku yang tersedia di sana. Ku tatap langit senja yang teramat jingga, membuat hatiku seketika menghangat.
Semilir angin dengan gemersik daun yang bersentuhan membuatku semakin larut dalam dunia khayalku. Aku membuka halaman demi halaman novel yang ku baca seharian tanpa bosannya. Seakan menarikku ke dalam isi novel tersebut.
Seseorang dengan ramahnya menyapaku dengan senyum khasnya.
"Bolehkah aku duduk di sampingmu?" Tanyanya dengan senyuman yang belum pudar di wajahnya.
"Tentu saja," Jawabku ramah, dan turut membalas senyumannya itu.
Aku menggeser sedikit tubuhku agar Vernon mendapat cukup ruang untuknya duduk. Ia terduduk di sampingku, tak sedikit lama ia langsung menoleh padaku.
"Terimakasih," Vernon tersenyum sekilas dan langsung memasang earphone di telinganya. Ia membuka laptopnya yang berlambang apel, kemudian mengetik sesuatu dengan cepat seakan tangannya sudah lincah menari di atas keyboard tersebut.
"Kamu datang seperti biasanya yaa?" Tanyaku yang penasaran dengan Vernon, karena ia akhir-akhir ini sering berkunjung ke sini.
Taman ini terlalu tua, dan terbilang cukup sepi. Hanya ada beberapa pengurus taman yang masih setia merawat taman ini. Untuk pengunjungnya sih mungkin aku saja yang terlalu rajin datang ke sini setiap hari.
Vernon buka suara, "Hanya ingin memastikan saja," Ia tetap fokus pada laptopnya. Wajah seriusnya itu membuat dirinya terlihat sangat tampan. Apalagi di dukung dengan latar yang indah membuat dirinya terlihat sempurna.
Aku sedikit meneguk salivaku saat mulai terpesona dengan ketampanan Vernon yang tampak tak nyata itu. Dirinya seperti dewa Zeus yang tersesat ke bumi dan memilih duduk di sampingku, gadis sederhana penyuka novel yang penuh dengan romansa.
"Memastikan apa?" Tanyaku lagi yang dibuat penasaran oleh Vernon.
Ia melepaskan sebelah earphone nya, lalu memberi isyarat agar aku lebih mendekat padanya. Sayangnya aku tidak mengerti.
Vernon terkekeh kecil, ia menepuk space kosong yang memisahkanku dengannya. "Kemarilah," ucapnya lembut dengan tatapannya yang teduh.
"Biar aku bantu," Ia menggenggam tanganku lalu menarik tubuhku agar mendekat padanya. Ia tersenyum saat jarak kami hanya terpaut 5 centi saja.
Sebelah earphone nya yang tak terpakai ia sumbatkan ke telinga kanan ku. Senandung nada bisa ku dengar dengan jelas dan tanpa sadar aku hanyut dalam musik tersebut.
Vernon tersenyum, lagi dan lagi. Membuatku terpukau dengan ketampanannya saat ia tersenyum.
"Kamu menyukainya?" Aku mengangguk kecil sambil menunduk malu. Sepertinya aku mulai lemas saat melihat senyumnya yang selalu bertengger manis di wajah tampannya itu.
Pemandangan yang indah, batinku saat mengingat wajah Vernon yang tersenyum.
Tanpa ku sadari Vernon mengayunkan tangannya tepat di wajahku yang sedang menunduk, lebih tepatnya termenung saat ini.
"Do you love me?"
Aku menoleh cepat ke arah Vernon, sedikit mengernyitkan alis tanda tak mengerti.
"Apa?" Tanyaku meminta penjelasan.
"Hmm, ku pikir kamu sedang memikirkan judul lagu ini. Ternyata bukan ya?" Vernon menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SVT Imagine ✔️
Cerita PendekChallenge! Can you handle your smile? Bcs this story 100% pure cheesy, happy reading! Note : Bahasa baku, non baku Highest rank : #1 in seungchol [150920] #1 in carat [101120] #1 in pledis [130521] #2 in woozi [010121] #2 in hoshi [160121] #3 in bap...