Lee Jihoon - Guitar

416 49 4
                                    

[ Selamat malam rabu bersama Lee Jihoon <3 ]

_______

Bisa main gitar bukan berarti suka bermain gitar. Karena alasan Kim (y/n) bisa bermain adalah untuk mendedikasikan perasaannya pada seseorang.

Kalau tidak salah sekitar lima tahun lalu, di mana (y/n) masih berada di sekolah menengah, ia bertemu dengan seorang pria jenius. Pria itu bisa memainkan berbagai alat musik—walau beberapa masih ada yang belajar, dalam hal akademik pun ia masuk peringkat paralel sekolah.

Wow, idaman sekali bukan?

Sayangnya, kepribadiannya tidak menyenangkan. Kalau berbicara suka menusuk, tidak peka, wajahnya yang jarang senyum, sukanya mengatur, mana kecil lagi—ups.

Tapi yang membuat (y/n) tertarik dengannya karena ia sebenarnya peduli dengan orang lain, peduli dengan keadaan sekitar. Cuman caranya saja yang kurang benar.

Ia masih ingat pertemuan pertama mereka.

"Sampah siapa ini?"

Jangan bertanya siapa pemilik suara itu. Satu sekolah bahkan hafal dengan nada suara milik Lee Jihoon.

Mata pria itu menangkap gadis yang duduk tak jauh dari tempat tersebut.

"Oi, kamu! Iya, kamu yang saya maksud. Setelah selesai bereskan ini!" perintah Jihoon pada gadis itu.

"Kenapa harus saya? Kamu lihat sendiri kan jika saya ada di sini? Suruh saja orang itu untuk mengambil sampahnya sendiri." jawab (y/n) malas lalu kembali melanjutkan acara makannya.

Koridor kantin di mana mereka berada langsung sunyi. Tidak menyangka jika gadis itu akan menentang perkataan Jihoon. Banyak dari mereka yang berbisik dengan teman-temannya, atau sekedar memperhatikan Jihoon dan gadis itu.

Jihoon menyerit keningnya sebelum berdecak pelan. "Memang kenapa? Lagipula apa salahnya kamu membantu orang?"

(y/n) menghela nafasnya kasar. "Kalau begitu kenapa bukan kamu saja? Kenapa harus menyuruh orang?"

Beri applause kepada gadis pemberani—lebih tepatnya mencari masalah—karena tidak segan berdebat dengan Lee Jihoon.

Karena malas, Lee Jihoon segera mengambil sampah itu lalu berkata, "Ingat ya, saya nggak gamau hal ini terulang lagi. Memangnya kalian anak kecil perlu diberi pelajaran lagi?"

Jihoon mengalihkan pandangan ke arah gadis itu. "Saya buat kamu membayar semuanya."

Setelah itu, Lee Jihoon pergi meninggalkan mereka yang sedang menahan nafas.

Karena kejadian ini Kim (y/n) menjadi perbincangan hangat. Gadis itu tidak peduli sama sekali karena ia sendiri masih kesal dengan pria dingin itu.

"Dasar pendek. Untuk apa juga dia bersikap seperti itu," gumam (y/n) kemudian pergi ke kelasnya.

Berjalan menuju kelasnya berarti melewati ruang seni. Telinganya menangkap suara petikan gitar yang merdu. Ia sebenarnya sering mendengar seseorang memainkan alat musik. Jadi untuk memuaskan rasa penasarannya, ia mengintip di jendela yang tidak sepenuhnya tertutup gorden.

Matanya melebar terkejut, berusaha memastikan jika yang memainkan gitar itu adalah pria tadi yang menyuruhnya.

Raut wajahnya begitu menikmati petikan gitar yang ia mainkan, sangat tentram dan hangat. Berbeda saat ia berhadapan dengan orang lain.

Jadi inikah sosok Lee Jihoon saat memainkan musik?

"Oi, berhenti mengintip seperti maling!" teriak Jihoon dari ruangannya membuat (y/n) terkejut.

Jihoon keluar lalu menatap datar gadis itu. "Apa yang kau lakukan di sini?"

(y/n) berusaha bersikap biasa saja. "Tidak ada. Tadinya mau ke kelas tapi mendengar suara gitar jadi penasaran siapa yang main."

Berdecak pelan, pria itu menyeret (y/n) masuk ke dalam. Sempat melamun sebelun sadar apa yang telah dilakukan pria itu.

"Siapa namamu?" tanya Jihoon sambil kembali ke tempatnya bermain.

"Kim (y/n)."

"Saudaranya Kim Mingyu?"

Gadis itu berdecak pelan. Mentang-mentang marganya juga Kim dikira ia saudaranya Kim Mingyu—walau sebenarnya tidak masalah sih.

"Bukan," jawabnya. "Omong-omong, untuk apa aku diajak ke sini?"

Jihoon mengangkat kedua bahunya lalu mengambil gitarnya. "Untuk mendengarkan ku bermain?"

Yang selanjutnya terjadi yaitu Jihoon kembali memainkan gitarnya. Gadis itu mendengarkan dengan seksama. Permainannya bagus sekali, rasanya benar-benar ingin bernyanyi.

"Kamu bisa bermain gitar?" tanya Jihoon. Gadis itu menggeleng. "Tidak. Lagipula aku tidak bisa memainkannya."

Jihoon terdiam sebentar. Ia merapikan kertas berisi chord gitar lalu menatap kembali gadis itu. "Mau ku ajarkan?"

Sejak saat itu, Jihoon dan (y/n) menjadi teman dekat. Tidak ada yang menyangka jika mereka akan menjadi teman.

Awalnya (y/n) memang menolak karena selain tidak bisa memainkam gitar, (y/n) juga tidak terlalu suka bermain alat musik. Tapi akhinya ia memutuskan untuk mulai belajar gitar yang tentunya dibantu oleh Jihoon. Jika ditanya 'Kenapa ingin bermain gitar? Bukannya kamu tidak suka memainkan alat musik?'

Jawabannya begini, 'Hanya iseng. Supaya ada kegiatan.'

Padahal hatinya mengatakan jika ia bermain gitar karena mulai menaruh perasaan pada pria itu. Dan untuk mendedikasikan rasa sukanya, ia taruhkan pada bermain gitar.

Kembali ke waktu saat ini.

Sekarang, (y/n) sudah bisa bermain gitar. Oh, bukan hanya itu. Ia sering manggung di mana-mana. Ikut acara pentas, live music, dan kegiatan lainnya.

Seperti hari ini, ia mengisi sebuah acara yang meriah dan penting untuk kehidupan orang yang mengadakannya.

Ia memainkan gitar sambil tersenyum, lalu melirik ke ujung sana. Terdapat Jihoon yang sedang duduk sambil ikut bernyanyi. Pandangannya melirik ke arah gadis itu lalu tersenyum.

(y/n) ikut tersenyum tipis. Lalu bibirnya mengatakan dengan lirih, "Selamat untuk pernikahanmu, Lee Jihoon."

YEAY, SELAMAT UNTUK LEE JIHOON😍

SVT Imagine ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang