[Heyo! Zizi balik lagi dengan membawa Minghao si tampan berambut mulet ini, uwu😘
Happy reading guys!]Kalau menurutku, semua kejadian yang terjadi diantara kami adalah kemauan bersama. Karena kalau memang tidak menginginkan satu sama lain, mengapa sampai saat ini aku masih bersamanya?
Tapi bukan berarti setelah mendapat semuanya malah diabaikan begitu saja. Karena hal itu merupakan faktor merenggangnya sebuah hubungan.
🍃🍃🍃
Minghao sibuk.Selalu saja seperti itu. Bahkan ketika ia berjanji akan makan bersamaku. Padahal hari ini aku sudah menyiapkan makanan kesukaannya.
Aku kadang terus berpikir apa semua pria sama? Jika sudah mendapatkan seseorang yang dia inginkan, maka ia akan mengabaikan begitu saja. Padahal dulu kami berusaha membagi waktu, bagaimana caranya agar bisa bertemu.
Haohao❣
Aku masih sibuk, pekerjaanku masih banyak. Nanti aku beritau kalau semua sudah selesai.Aku mendapat pesan ketika sudah sampai di depan kantornya. Aku bisa saja masuk, tapi aku tak ingin.
Lelah, rasanya lelah seperti ini. Aku tau ia berusaha menaikkan jabatannya demi bisa melamarku. Tapi kalau begini terus, aku tidak tau apa masih bisa bertahan.
Aku juga butuh dirinya.
🍃🍃🍃
"Halo?"
"Apa semuanya sudah selesai?"
"..."
"Minghao?"
"Kamu duluan saja, aku masih harus mengurus banyak hal."
"Tapi ... Minghao, ayolah. Kamu sudah berjanji padaku."
"(y/n)? Kamu tau kan, aku melakukan ini demi kita. Aku sedang berusaha keras di sini. Jangan manja, (y/n)"
"..."
"Aku ... baiklah. Jangan lupa istirahat. Aku mencintaimu,"
Klik!
Semua perjuanganku memang tidak pernah dihargai dimatanya. Aku tidak membuang makanannya, melainkan menaruhnya di kulkas.
Setelah memberitau bibi, aku keluar dari rumah Minghao. Bibi bilang bahkan Minghao jarang pulang.
Minghao benar-benar workaholic. Ia akan memilih kertas-kertas daripada diriku. Kadang aku bertanya untuk apa diriku di sampingnya.
"Aku ingin menghentikan semua ini, tapi tidak bisa."
Pertahananku runtuh. Malam ini benar-benar malam terburuk diriku. Aku hanya ingin dia di sini, memberikan pelukan hangat. Hanya itu. Bahkan melihat wajahnya saja aku sudah merasa bahagia.
Aku menatap langit yang tidak terdapat bintang-bintang sama sekali. Tiba-tiba bayangan masa lalu sebelum semua ini menghampiriku.
"Aku berjanji akan berusaha lebih keras."
Ucap Minghao tanpa melihatku. Ia seperti menikmati suasana.
"Tapi kamu pasti sibuk kalau sudah bekerja, Minghao."
Minghao menolehkan wajahnya. Ia meraih tanganku, lalu ia gunakan untuk menangkup wajahnya.
"Aku berjanji tidak akan mengacuhkan mu. Karena kamu merupakan hal terpenting yang ku punya."
Perkatan itu, perkataan yang membuatku masih bertahan hingga sekarang. Aku bingung, tidak tau harus melakukan apa. Tapi aku harus mengambil sebuah keputusan.
Maaf, Minghao.
🍃🍃🍃
Minghao segera merapikan kertas laporan beserta laptopnya. Ia menghela nafasnya lega, karena semua pekerjaannya telah selesai.
11.30 pm
Sedikit rasa bersalah muncul padanya karena memang ia tidak bisa menemanimu. Tapi ia juga sebenarnya merindukanmu.
Lagipula kalau ia bekerja keras dan sukses, pasti ia bisa membahagiakanmu.
"Bibi-loh? Kenapa kenapa banyak makanan di sini?"
Bibi Jung hanya tersenyum kecil, lebih tepatnya ia bingung mau mengatakan apa.
"S-sebenarnya tadi (y/n) kesini," kata Bibi Jung.
"Oh ya? Dimana dia?" tanya Minghao lalu duduk di kursi setelah menaruh tasnya.
Bibi Jung tidak menjawab, ia kembali lagi setelah membawa sebuah amplop di tangannya. Bibi Jung menaruh amplop ini di depan Minghao, membuat pria itu mendongak.
"Bacalah, Bibi rasa ini ... penting."
Kaget adalah ekpresi yang muncul pada Minghao melihat siapa pengirimnya. Aneh, tidak biasanya kamu mengirim surat begini.
Dan ketika ia sudah membacanya isi suratnya, perlahan tangannya gemetar. Matanya yang merah menatap Bibinya.
"A-apa maksudnya ini?" tanya Minghao dengan lirih.
"Bibi pasti tau kan? Bibi pasti tau." Desak Minghao yang mana membuat Bibi Jung juga ikut menahan kesedihan.
Jujur ia tidak tau harus bertindak apa, karena ketika kamu memberikan surat itu, terdapat perasaan sedih yang mendalam di wajahmu.
Minghao tidak tau harus mengatakan apa. Ia tidak lagi sedikit merasa bersalah. Tapi benar-benar merasa sangat bersalah.
🍃🍃🍃
To my love,
Halo, Minghao!
Masih ingat bagaimana dulu kita bertemu? Hehe dulu aku sangat pemalu, benar kan? Apalagi semanjak kamu diam-diam melirikku, aku berusaha untuk tidak menarik perhatian jadi aku bersembunyi hehe.
Minghao, masih ingat kan janjimu dulu? Jangan bilang kamu lupa. Tidak masalah aku akan mengingatkannya.
Dulu, kamu berjanji padaku bahwa apapun keadaannya kamu tidak akan mengabaikanku. Kamu akan berusaha untuk menemaniku. Aku minta maaf kalau kamu tersinggung, tapi jujur aku merasa bahwa kamu melupakan janjimu.
Aku tau ini demi diriku, demi kita. Tapi kamu harusnya mengerti kalau aku juga butuh dirimu, aku butuh pelukan hangat, aku butuh kamu didekatku. Melihat wajahmu saja jarang sekali terjadi. Aku tau kamu sibuk, tapi tidak bisakah luangkan waktu sedikit saja untukku? Sedikittt saja.
But Minghao, you deserve to get your happiness. You can get someone who always beside you, even you are busy enough. I can't wait for a long time, i'm sorry for that. So, i decide to let you go.
Minghao, i know it's not easy. It's hard for me too, but it's our way. You must know that i love you more than i love my self, good bye.
Your lovely,
Cho (y/n)🍃🍃🍃
Ini gatau Zizi nya lagi baper apa gimana, tapi serius pas tadi bikin ada sedikit bawang-bawangnya wkwk
Semoga suka yaw😉
KAMU SEDANG MEMBACA
SVT Imagine ✔️
Short StoryChallenge! Can you handle your smile? Bcs this story 100% pure cheesy, happy reading! Note : Bahasa baku, non baku Highest rank : #1 in seungchol [150920] #1 in carat [101120] #1 in pledis [130521] #2 in woozi [010121] #2 in hoshi [160121] #3 in bap...