Pendonor

79 5 0
                                    

Darah segar mengalir dari balik selang menandakan darah yang ada ditubuh Devan diambil sebagian.

Setelah selesai, Devan keluar ruangan dan menghampiri Alya yang sedang menunggu penanganan dokter.

Alya berjalan mondar-mandir.

Terlihat dari wajahnya jika ia sangat resah dan khawatir.

"Kamu yang sabar ya, papa kamu pasti sembuh kok"ucap Devan menenangkan Alya.

Namun ucapannya sama sekali tidak direspon oleh Alya, Devan memaklumi sikap Alya.

Mungkin karena ia masih kecewa.

Jam menunjukkan pukul dua malam, namun penanganan belum juga selesai.

Alya terlihat lelah dan duduk di bangku.

Perlahan mata Alya menutup karena ngantuk. Devan yang melihatnya pun  langsung duduk disebelahnya dan memindahkan kepala Alya kepundaknya.

Seorang dokter keluar. Devan membangunkan Alya.

"Alya"

"Eh, maaf"ucap Alya kaget saat menyadari jika ia tertidur dipundak Devan.

"Bagaimana keadaan papa saya dok? Tanya Alya.

"Masa kritis pasien sudah berakhir, jadi pasien bisa langsung dipindahkan ke ruang rawat"balas Dokter.

"Tapi Papa saya baik-baik aja kan?

"Pasien baik-baik saja, mungkin hanya menunggu waktu untuk pasien bisa sadar"ucap Dokter.

"Baik dok, terima kasih banyak"ucap Alya.

Beberapa suster memindahkan papa Alya menuju ruang rawat.

"Alya, daripada kamu resah, lebih baik kita ke musholla yuk, masih ada waktu untuk sholat tahajjud"ajak Devan.

"Yuk"ajak Devan.

Alya tak membalas ucapan Devan, namun tetap mengikuti ajakan Devan.

Saat Devan keluar dari kamar mandi, ia tanpa sengaja melihat Alya yang sedang berwudhu dengan kerudung yang diselempangkan kebelakang. Devan menyadari jika dileher Alya tidak ada kalung pemberiannya.

"Apa kalung itu, dibuang Alya? Atau tidak ia pakai? Tanya Devan dalam hati. 

Kedua tangan menengadah meminta pertolongan kepada Allah.

Itu yang Alya dan Devan lakukan disepertiga malam itu.

Dalam do anya Alya meminta kesembuhan papanya begitupun dengan Devan.

Selesai melaksanakan sholat tahajjud Devan mengambil Al-qur an dan membaca nya.

Terdengar suara lantunan Al-qur an dari bilik hijab antara laki-laki dan perempuan.

Alya melipat mukena yang dipakainya dan beranjak mengintip siapa yang sedang membaca Al-qur an.

"Pasti itu suara ka Devan"batin Alya.

Suara yang tak asing lagi ditelinganya mampu membuat tenang hatinya yang kacau saat itu.

Sampai jam menunjukkan waktunya subuh, Devan menyelesaikan tadarrusnya dan langsung mengumandangkan adzan.

"Papa, papa udah sadar? Tanya Mama Alya saat suaminya sadar.

"Tadi papa kekurangan banyak darah untung ada temannya Alya yang mau mendonorkan darahnya ke papa"ucap Mama.

"Siapa ma? Temannya Alya, Alya pulang? Tanya papa.

"Iya pa, mama yang telepon Alya supaya Alya pulang"ucap mama.

Cinta Dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang