Saat Dia Pergi

67 4 0
                                    

"Kenapa kita kesini, siapa yang meninggal? "tanya Devan.

Adhin dan Justin tetap berjalan tanpa menjawab pertanyaan dari Devan.

Hingga akhirnya mereka sampai tepat di depan makam dengan nisan yang bertuliskan nama "Fira".

"Fira? Fira siapa? "Tanya Devan.

Adhin dan Justin masih terdiam tanpa ada yang tega menjawab pertanyaan itu.

"Jawab dong, Ini Fira beneran? "Tanya Devan lagi.

"Iya Van itu beneran Fira"Balas Justin.

"Nggak mungkin, ini nggak mungkin, kata lo Fira baik-baik aja, pasti Fira masih di rumah sakit kan, gue harus ketemu sama dia"Ucap Devan dan langsung pergi.

"Devan"

"Devan"

"Ini nggak mungkin"lirih Devan.

Sesampainya di rumah sakit, Devan langsung menanyakan tentang Fira kepada seorang suster.

" Excuse me "

"Is there anything I can help?"Tanya suster itu.

"Is there a patient named Fira, who was in an accident a few days ago?"Tanya Devan.

"Okay, just a minute, I'll check"Balas Suster itu dan memeriksa data-data pasien.

"Sorry, the patient named Fira died yesterday"Ucap Suster itu yang mengatakan jika Fira sudah meninggal satu hari yang lalu.

"That's not possible, you must be mistaken, try checking again"Ucap Devan tak percaya.

"Sorry but that is correct"Balas suster itu.

"May I know the last room?"Ucap Devan.

"Room 325"Balas suster itu.

Devan berlari menuju kamar yang disebutkan oleh Suster itu.

Namun benar saja kamar itu kosong.

"Devan, lo harus bisa terima"Ucap Justin.

"Iya Van, dan ini surat dari Fira buat lo, dia tulis surat ini sebelum dia pergi untuk selamanya"Ucap Adhin dan memberikan sebuah surat yang ada ditangannya.

Devan mengambil surat itu dan langsung membacanya.

"Hai Van, gimana kabar kamu?
Aku harap kamu selalu bahagia,
Mengingat kenangan kita dulu,
Aku senang Van bisa punya sahabat kaya kamu, sebaik kamu dan setulus kamu, entah aku atau perasaan aku yang salah, aku nggak tau kenapa perasaan itu hadir Van, aku sayang sama kamu, aku selalu berharap memiliki hubungan yang lebih dari yang kamu bayangkan, tapi aku sadar rasa kamu tidak pernah ada untuk aku...
Dua puluh dua tahun yang aku jalani, nggak pernah satu hari pun tanpa kamu, tanpa bertemu sama kamu, karena kamu yang selalu membuat aku sadar jika ada sesuatu yang harus di perjuangkan, yaitu perasaan aku ke kamu...
Dan pada suatu hari kamu bertemu dengan perempuan yang mampu meluluhkan hati kamu...
Alya Aini Zahra..
Dia adalah perempuan paling beruntung yang bisa memiliki cinta kamu...
Maaf aku pernah menjadi penghalang cinta kalian...
Tapi kamu nggak perlu khawatir Van,
Setelah kamu baca surat ini, kamu nggak akan menemukan lagi penghalang cinta kamu, kamu akan bisa menemukan cinta sejati kamu...
Van, aku nggak tau kenapa aku terlalu memaksakan kehendakku untuk memiliki kamu, tapi yang aku tau alasan terbesarku karena aku mencintai kamu Van...
Melihat perjuangan kamu yang begitu besar untuk Alya, aku sadar cinta kamu seutuhnya hanya untuk dia dan sekarang aku ingin liat kamu bahagia meski bukan dengan aku...
Dengan mata yang aku donorin ke Alya, aku berharap kamu nggak akan pernah lupakan aku, orang yang tulus mencintai kamu...
Dan kamu harus yakin jika aku pasti bahagia saat kamu bahagia...
Terima kasih Van untuk semua yang pernah kamu berikan sama aku...
Aku pamit ya,,,
Aku mau pergi dulu... "

Tetesan air mata jatuh membasahi pipi Devan, ia begitu terpukul saat membaca surat itu, ia terlalu bodoh untuk membiarkan Fira pergi.

Kenapa ia tidak melihat keadaan Fira setelah kecelakaan itu.

"Saat itu, setelah kecelakaan, Fira dinyatakan geger otak akibat benturan yang sangat keras di kepalanya, bahkan dokter mengatakan jika Fira tidak akan lama lagi untuk hidup, dan saat itu dia pengen di waktu terakhirnya bisa ia lewati bareng sama kamu, dia minta aku buat nemenin dia ketemu sama kamu, dan saat aku nemenin dia ketemu kamu, kita nggak sengaja liat kamu yang begitu terpukul karena kondisi Alya saat itu, akhirnya Fira menyuruh aku untuk merahasiakan ini dari kalian, Fira sadar jika Alya lebih dari apapun buat kamu Van"Terang Adhin.

Devan semakin merasa bersalah setelah mendengar penjelasan Adhin, bisa-bisanya ia meninggalkan Fira disaat ia membutuhkan dirinya saat itu.

"Maafkan Gue fira"lirih Devan.

"Lo jangan sedih Van, inget Fira pengen liat lo bahagia, dan sekarang waktunya lo untuk bahagia"Ucap Justin.

Devan mengangguk dan kemudian pergi.

Satu tahun kemudian.

"Doain saya ya, saya bentar lagi akan sidang"Ucap Devan yang sudah rapi dan siap untuk tes kelulusannya.

"Iya ka, pasti, aku yakin kaka pasti bisa"Ucap Alya.

Devan tersenyum dan kemudian masuk ke ruang sidang.

Rasa gugup mulai terasa, keringat dingin mulai keluar mengikuti perasaan nya yang sangat deg-degan saat akan sidang.

Sidang Devan berjalan dengan lancar.

"Bagaimana ka? "Tanya Alya.

"Alhamdulillah berjalan lancar,tinggal nunggu hasilnya"Ucap Devan.

"Aku yakin kaka pasti lulus bahkan dengan nilai IP terbaik"Ucap Alya.

"Aamiin"Balas Devan.

Setelah beberapa waktu, tiba saat pengumuman kelulusan, Devan yang di temani Alya langsung melihat hasil sidang beberapa waktu lalu.

Nama per nama dibacakan hingga akhirnya "Devan vidialno" lulus.

"Alhamdulillah ya Allah"Ucap Devan saat mengetahui jika dirinya lulus.

"Alhamdulillah ka, aku seneng banget dengernya"Ucap Alya.

"Makasih ya, ini juga berkat do'a kamu"Ucap Devan.

"Ma pa, aku lulus"Ucap Devan saat melihat Foto kedua orang tuanya.

"Meskipun mama dan papa nggak bisa liat langsung, tapi Devan yakin mama dan papa bisa liat dari sana, Devan harap mama dan papa bangga dengan semua ini"Lirih Devan.

Tanpa sengaja ia mengarahkan pandangannya pada sebuah foto, yang mana ia terlihat sedang tersenyum memakai baju toga serta perlengkapan wisuda lainnya, namun di foto itu ia tidak hanya sendiri, terlihat seorang perempuan yang juga mengenakan pakaian yang sama, dia adalah Fira.

Tepat dua tahun yang lalu saat mereka wisuda untuk Sarjana mereka di Indonesia.

"Seharusnya kita bisa wisuda bareng tahun ini"lirih Devan.

"Maafin gue Ra, gue nggak pernah peka, gue nggak pernah ada buat lo, tapi lo tenang aja, gue akan selalu berusaha untuk bahagia dan itu semua supaya lo juga bahagia disana"Ucap Devan.

"Makasih Ra, lo udah donorin mata lo untuk Alya, gue janji akan jaga mata lo seperti gue menjaga Alya"Ucap Devan lagi sambil mengusap pelan foto mereka.

Cinta Dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang