CHAPTER 4

1.4K 132 0
                                    

Hari ini merupakan hari pengesahan keputusan kerjasama antara Arkana dan Prasmana.

Mereka berdua bahkan belum bertanya kepada kedua anak mereka atas keputusan yang mereka buat untuk menikahkan anak-anak mereka.

Setelah keputusan itu, Prasmana pulang dan berusaha mencari cara untuk berbicara secara baik-baik kepada anak dan tentunya istrinya.

"Papa, kok hari ini Papa keliatan murung gitu. Papa sakit?" tanya istri Prasmana.

Tak tega rasanya jika prasmana harus mengatakan fakta menyakitkan tentang keputusan yang ia buat tanpa sepengetahuan istrinya itu.

"Ma, aku mau ngasih kabar gembira buat kita." Istri Pras tampak tersenyum mendengar ucapan Pras.

"Perusahaan kita mendapat bantuan dana untuk menyelesaikan masalah," ucap Pras dengan ekspresi bahagianya.

Begitu pun istrinya, tercetak senyum indah di wajah istri Pras. Seakan beban yang ditanggung tadi hilang.

"Tapi..." mendengar kata itu, seketika istri Pras mengerutkan dahi.

"Semua itu tidak gratis Ma, Pak Arkana selaku penyumbang dana untuk perusahaan kita, meminta agar putri kita dijodohkan dengan putranya," jelas Pras pelan-pelan.

Ekspresi terkejut tidak bisa ditutupi oleh istri Pras saat mendengar hal itu. Hampir saja ia terjatuh ke lantai jika Pras tidak menangkapnya.

"Pa, Papa kok tega Pa, kalau Mama tau bakal kayak gini. Mendingan sekalian aja bangkrut perusahaan kita."

"Mama kok ngomongnya gitu, Papa juga awalnya berpikir gitu Ma. Tapi, setelah Papa pikir lagi, apa salahnya kita berkorban demi kelangsungan perusahaan yang udah Papa aku bangun dari dia muda dulu. Tugas kita cuman mempertahankan eksistensi itu."

"Tapi, gimana caranya kita ngomong sama Jeni Pa?" tanya istri Pras, ia tidak bisa membayangkan ekspresi anaknya jika mendengar berita ini.

"Jeni masih terlalu kecil buat ngertiin situasi ini Pa." Tangis istri Pras pecah tak kala membayangkan nasib putrinya jika menikah.

"Nanti Papa coba omongin ke Jeni Ma."

Setelah perdebatan sengit antara Prasmana dan istrinya, mereka memanggil Jeni putri mereka untuk membicarakan masalah perjodohan ini.

"Papa sama Mama mau ngomongin apa sih sama Jeni, kayaknya penting banget," tanya Jeni sesaat setelah mendaratkan diri di sofa ruang keluarga.

Prasmana dan istrinya saling bertatap mata.

"Jen, Mama harap kamu bisa mencerna dengan baik apa yang bakal Mama sama Papa sampaiin ke kamu ya," pinta istri Prasmana pada putrinya itu.

Mendengar itu, putri Prasmana semakin menampakkan wajah penasarannya.

"Kamu pasti tahukan Jen, berita yang beredar tentang perusahaan kita." Prasmana memulai pembicaraan.

"Iya, Jeni tahu kok," jawab Jeni.

"Tapi, kita patut bersyukur Jen. Ada yang mau bantu perusahaan kita."

"Terus, masalahnya sama Jeni apa Pa?" tanya Jeni yang tak tahan lagi akan perasaan penasarannya.

"Pimpinan perusahaan yang membantu kita itu, mau menjodohkan anak Papa dengan anak laki-lakinya," ucap Pras dengan memejamkan mata, tak sanggup jika mengatakan itu dengan melihat wajah putrinya langsung.

Seketika wajah Jeni berubah drastis. Air matanya jatuh tak terbendung. Matanya sinis menatap Ayahnya.

"Jadi maksud Papa, aku mau dinikahin sama anak pimpinan itu." Jeni langsung mengerti maksud dari Ayahnya.

I Love You Mr. Idiot [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang