CHAPTER 30

1.1K 103 0
                                    

Raka ke rumah Emaknya Indun. Ia sangat khawatir saat Indun tak kunjung kembali ke apartemen, setelah pamit untuk mengajak Emaknya jalan-jalan dan Raka yang dalam masa pemulihan belum bisa menemani Indun, karena tidak dianjurkan oleh Dokter bepergian jauh dan terlalu capek. Itu akan membahayakan kondisinya.

Alhasil Indun pun harus pergi sendiri. Sudah ditunggu lama dan ditelepon tapi tak ada jawaban atau pun balasan dari Indun, hal ini membuat Raka semakin khawatir. Ia pun berinisiatif untuk menyusul Indun di rumah Emaknya.

Tok tok!

Raka mengetuk pintu rumah Indun. Tak lama terlihat Indun dengan mata sembabnya membuka pintu. Raka pun terkejut melihat istrinya itu.

"Sayang kamu kenapa? Kamu nangis?" tanya Raka terus-menerus.

Indun menatap Raka nanar. Ia tak tahu harus bilang apa pada Raka, akan sangat menyakitkan jika ia mengatakan yang sebenarnya. Tentang keputusan yang ia ambil untuk menerima gugatan perceraian yang akan ia terima sebentar lagi.

"A-aku, aku mau kita ce--"

Belum sempat Indun menyelesaikan ucapannya, sebuah mobil berhenti di depan pekarangan rumah Emak Indun. Raka yang mengenali mobil itu pun mengernyitkan dahi. Ia tampak bingung, kenapa orangtuanya tahu tempat ini. Apa yang harus ia katakan nanti.

"Ayah, Bunda. Kalian tahu dari mana Raka di sini?" tanya Raka saat Rachel dan Arkana di depannya.

"Sudahlah Raka, Bunda tahu semuanya. Gak perlu ada yang ditutupin lagi. Bunda mau kamu ceraikan wanita penipu itu," jelas Rachel dengan menatap sinis Indun. Tatapan itu mengintimidasi. Indun takut dibuatnya, mertua yang lembut bak sutra itu, bisa juga berubah ketika tahu kebohongan yang ia buat.

"Bun, Raka bisa jelasin semuanya. Raka gak mau Bunda salah paham di sini." Raka mencoba menenangkan Rachel.

"Cukup Raka, Bunda gak mau lagi terlibat dengan wanita jalang ini. Wanita yang hanya mau harta saja," tukas pedas Rachel.

Ana yang mendengar keributan dari dalam rumah, kemudian keluar menghampiri sumber keributan itu.

"Heh! Nenek lampir ini lagi!" teriak Ana dari dalam rumah, saat ia tahu siapa yang membuat keributan.

"Ngapain lagi lo, gak puas lo nyakitin anak gue. Lawan gue lo kalau berani." Ana mengambil posisi seolah-olah akan menerkam Rachel. Namun, Rachel hanya menatapnya sinis.

"Dasar kampungan!" ledek Rachel.

Mendengar itu membuat kuping Ana panas dan tak tahan lagi. Ingin rasanya ia mencengkram wajah Rachel. Untunglah, Raka menahannya.

"Khem." Arkana berdeham, membuat keributan itu reda.

"Maaf sebelumnya. Ada baiknya kita membicarakan ini dengan kepala dingin agar masalah ini menemukan titik selesainya," nasihat Arkana. Semua pun seolah terhipnotis oleh kata-kata Arkana. Mereka semua duduk di kursi yang ada di teras rumah Emak Indun.

"Begini, saya sangat kecewa dengan kebohongan yang dilakukan oleh keluarga kalian kepada kami. Di dalam hidup saya, semua kesalahan itu bisa dimaafkan kecuali suatu kebohongan," jelas Arkana dengan menekankan kata 'kebohongan'.

Indun pun semakin tertohok akan hal itu. Ia tahu sekali ucapan itu tertuju padanya.

"Namun, saya masih punya hati nurani dalam menghukum orang yang sudah membohongi saya. Apalagi pada menantu saya ini. Jadi, kami beri kamu dua pihan--"

"Ayah apa-apaan sih!" bentak Raka. Ia memotong ucapan Ayahnya, walau ia tahu sosok Ayahnya itu sangat benci orang yang memotong pembicaraan orang.

"Raka! Diam dulu," tukas Arkana, yang mendelik ke arah Raka. Raka hanya bisa terdiam.

I Love You Mr. Idiot [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang