CHAPTER 25

1K 95 0
                                    

Raka dan Indun sudah kembali ke mansion Ayah Raka. Raka kini tengah sibuk dengan berkas-berkas kantor yang beberapa hari ini tidak ia sentuh. Sesekali ia memegangi keningnya, karena sudah pusing berkutat dengan berkas yang tak kunjung usai.

Itulah Raka, ia lebih nyaman jika pekerjaannya dikerjakan di rumah. Jadi, wajar saja jika publik banyak tidak mengetahui tentangnya. Bisa dibilang dia itu orang yang tertutup, beda dengan ketiga saudarinya yang sudah banyak dikenal khalayak ramai.

Tok tok!!

Suara pintu diketuk dari luar, mencuri perhatian Raka yang sedang sibuk itu. "Masuk!" titahnya.

Terlihat sosok Indun dengan nampan dikedua tangannya. Raka sedikit mengerutkan keningnya.

"Apa itu?" tanya Raka.

Indun belum menjawab, saat ia meletakkan secangkir kopi dan camilan barulah ia bersuara. "Ini kopi sama cookie buatan Bunda," katanya.

"Terima kasih," balas Raka dengan senyum yang mengembang.

Indun pun membalas dengan senyum singkatnya. Selanjutnya, hanya keheningan yang menghampiri dua sejoli itu.

"Sibuk bener yak. Gue liat lama bener lo di sini." Indun memberanikan diri untuk bersuara lebih dulu, walau hanya basa-basi.

Kini pandangan Raka sepenuhnya menuju Indun.

"Ya, ginilah kerjaan aku. Aku lebih suka kalau kerjaannya di bawa ke rumah. Jadi, bisa dibilang aku sekarang lagi kerja di kantor," jelasnya. Indun hanya manggut-manggut.

Lagi. Raka terfokus pada lembaran-lembaran kertas di hadapannya. Ia memang terkenal dengan sifat tak suka menunda pekerjaan. Raka juga terkenal dengan keuletannya dalan bekerja.

Karena merasa terkacangi, Indun pun pergi begitu saja dari hadapan Raka tanpa sepatah kata pun. Raka melihat sekilas punggung wanita itu, sebelum hilang di balik pintu ruang kerjanya.

Tercetak senyum di wajah Raka saat melihat tingkah gadis itu, ia tahu betul kalau dia sedang ngambek karena dikacangi Raka.

Bruk!

Suara cukup keras dari luar ruangan kerja Raka mengejutnya, tak lama berselang terdengar suara kesakitan dari luar.

"Auhh!"

Raka cepat-cepat keluar, ia ingin tahu apa yang terjadi, sehingga menghasilkan suara kegaduhan itu.

Saat Raka sudah berada di kamar yang bersebelahan dengan ruangan kerjanya itu, tidak ada siapa-siapa di sana. Ini aneh, terdengar jelas tadi ada suara kegaduhan dan rintihan seseorang.

"Aaa! Kaki gue!" teriak seseorang dari arah kamar mandi.

Dengan langkah seribu Raka menuju sumber suara. Saat membuka kamar mandi, benar saja, sudah ada Indun di sana. Dalam keadaan terduduk di lantai kamar mandi, memegangi kakinya.

"Kamu kenapa?!" tanya Raka panik. Ia segera menggendong Indun dan memposisikan Indun duduk di bibir kasur.

Sedangkan Raka mengambil posisi jongkok menghadap Indun. Ia melihat kondisi kaki Indun.

"Kaki gue!" Indun meringis kesakitan. Terlihat sedikit memar di sana, tepatnya pergelangan kaki kanannya.

"Gue kepeleset tadi," jelas singkat Indun. "Gue tadinya mau mandi," sambung Indun.

Itu bisa terlihat jelas dengan handuk yang tengah Indun pakai sekarang.

"Makanya, hati-hati," peringat Raka.

Indun mendelik ke arah Raka tidak suka. "Kok gue dimarahin sih, lantai kamar mandinya aja tu yang licin," cetus Indun, tak terima diberi peringatan oleh Raka.

I Love You Mr. Idiot [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang