CHAPTER 15

1.1K 109 0
                                    

Sudah 15 menit lebih Raka dan Indun di dalam mobil menuju rumah orangtua Raka. Suasana sangat hening. Raka yang sedang mengemudi, hanya fokus pada jalan di depannya. Sementara Indun yang berada di sebelah Raka, tidak berani membuka suara terlebih dahulu.

Sampai pada akhirnya, Indun mulai jengah dan membuka suara, "Ini kita mau kemana? Diem aja lo kayak patung pancoran."

Raka menoleh sebentar, lalu kembali menatap ke arah depan. Namun, selang beberapa detik Raka pun bersuara, "Kita mau ke rumah Ayah."

Tentunya Raka memasang wajah juteknya pada Indun. Mengetahui telah dibohongi oleh Indun, Raka sangat kecewa. Tapi, nasi sudah menjadi bubur, mereka sekarang sudah sah menjadi sepasang suami istri.

Terlebih lagi dengan prinsip yang dipegang teguh oleh Raka, membuat ia mau tidak mau harus bertahan dengan pernikahan ini. Entah sampai kapan, walau tanpa cinta.

"Oh." Indun yang tak mau kalah membalas lebih jutek lagi.

"Sebelum itu, kita belanja dulu," ujar Raka.

"Belanja apaan?" tanya Indun penasaran.

"Nanti kamu bakal tau sendiri." Mendengar itu, Indun lantas memalingkan wajahnya dari Raka.

"Pengen gampar orang," guman Indun.

"Apa kata kamu?" Raka yang mendengar sayup penasaran apa yang dikatakan Indun barusan. Namun bukan Indun namanya kalau gak bisa ngeles, biasanya dulu suka bolos kelas, tapi gak pernah kena hukum. Kenapa? Ya karena mulutnya yang selalu bisa ngeles.

"E-enggak, nggak kenape-nape. Ini, bagus juga ya mobil lo, hehehe. Berapaan ni harganya?"

"Yang pasti kamu gak bakal mampu beli mobil ini," sombong Raka.

Indun semakin yakin kalau si Raka ini tipe-tipe orang yang sombong akan kekayaannya. Tipe-tipe anak mami papi yang cuman bisa menikmati harta orangtua saja.

"Iye deh. Gue emang gak mampu beli mobil kayak lo begini. Tapi, yang penting gue gak ngerepotin Emak gue. Kalau kagak nikah ama lo ni ya, gue berencana mau kerja, terus hasil kerja mau gue pake buat kuliah. Mandiri!" Indun memberi penekanan pada kata mandiri ke arah Raka.

"Oh, jadi kamu ini ternyata bocil ya. Masih sma? Atau udah lulus?" tanya Raka.

"Baru lulus gue, kenapa imut ya gue. Ya iyalah," ucap Indun dengan angkuh, sembari membusungkan dada dan menopang dagu dengan kedua telapak tangannya.

"Oh jadi kamu ini masih bocil ya. Pantesan aja tepos banget," ucap Raka, ia melirik sekilas ke arah tubuh Indun.

Indun refleks menutup dadanya saat Raka melihatnya tadi.

"Yee.. Dasar Om Om cabul lo. Tua bangkek lo," balas Indun, tak mau kalah.

"Aku gak setua itu kali. Umur aku baru 23 tahun. Dasar, mata kamu katarak ya, gak bisa liat cowok cakep gini."

Memang gak bisa dipungkiri kalau Raka itu tipe cowok idaman-able kalau dilihat dari wajah dan perawakannya.

Indun terdiam dan memandangi Raka yang ada di sampingnya. Tak sengaja ia tertangkap basah oleh Raka saat sedang memandang Raka.

"Aku tau aku ganteng, gak usah diliatin mulu, risih tau," kata Raka tiba-tiba.

Indun yang tertangkap basah langsung memalingkan wajahnya ke sisi lain.

"Yeeee, GR amat lo. Noh ada laler di muka lo," cetus Indun.

"Hahahahah... Alasan apaan itu. Di mobil wangi, bersih, dan ketutup gini ada laler. Yang ada tuh kamu lalernya," balas Raka.

I Love You Mr. Idiot [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang