CHAPTER 22

994 98 0
                                    

Raka yang melihat Indun bersama Hazel merasakan ada yang sesak di hatinya. Entahlah, tidak bisa dijelaskan. Seperti ada batu besar menekan dadanya.

Ia pun sudah muak melihat mereka tertawa bersama. Raka heran kapan mereka saling mengenal, padahal Indun sebelumnya tidak mengenal siapa-siapa di Jepang.

Raka melangkah mendekati keduanya. Mereka pun berhenti tertawa tak kala melihat Raka mendekat.

"Raka!" panggil Indun dengan antusias.

Hazel mengernyitkan kening, ia baru tahu kalau Indun mengenal Raka. Apa mungkin, Raka ini? Segera ia menepis pemikiran yang belum tentu benar itu.

"Hai Raka, ayo bergabung dengan kami," sapa Hazel. Mereka berjabat tangan.

"Gue rasa kalian udah saling ngenal deh, soalnya gue liat kalian di panggung tadi," kata Indun.

"Oh iya, benar sekali. Raka adalah kolegaku dalam project baru kami," jelas Hazel.

"Wah, ternyata gitu," balas Indun.

"Sayang, aku mau bicara denganmu," ucap Raka sedikit berbisik dengan Indun, namun itu masih bisa didengar oleh Hazel.

Indun sangat terkejut dengan tingkah Raka saat ini. Hei, ada apa dengannya, tiba-tiba memanggil Indun sayang. Bukan hanya itu, saat ini Raka memegang tangan Indun intens, ia memasukkan jari-jarinya ke sela jari Indun.

Dan sialnya, itu membuat Indun menjadi deg-degan. Semoga Raka gak denger suara detak jantung gue, batin Indun.

Ternyata apa yang dipikirkan Hazel tadi tepat sekali. Indun memang istri Raka. Ia tahu sekarang Raka memberi kode untuk mengusirnya.

"Baiklah, sepertinya ada sepasang pasutri yang terganggu dengan keberadaanku," sindir Hazel. Kemudian, ia beranjak pergi.

"Bye Hazel," ucap Indun, ketika Hazel beranjak pergi.

Indun lantas melepas genggaman tangan Raka. Sekaligus menjauhi Raka sejenak.

"Lo kemasukan setan apaan, tiba-tiba sok manis gitu ke gua, jijik gue," ucap Indun sarkas.

"Memangnya salah kalau suami pegang-pegang istrinya. Bahkan kalau aku mau, aku bisa berbuat lebih ke kamu dan kamu gak punya hak buat nolak," jelas Raka.

Indun terlonjak kaget mendengar perkataan Raka barusan. Belum pernah ia berkata seperti itu dan itu berhasil membuat Indun merasa tak nyaman. Indun sudah cukuo dewasa untuk mengerti alur pembicaraan ini.

"Acara sudah selesai, ayo kita selesaikan tugas kita." Indun mengernyit bingung mendengar perkataan Raka barusan.

"Tugas apaan?" tanya Indun. Raka bukannya menjawab, ia malah membawa Indun keluar acara itu.

Akhirnya mereka pun sampai di kamar hotel mereka. Bukan. Bukan kamar mereka, ini memang masih hotel yang sama, tapi beda kamar.

Di sana kamarnya lebih luas dan bagus, tapi hanya terdapat satu kasur di sana. Juga sudah ada barang Indun dan Raka di sana. Kapan itu ada di sana dan apa maksudnya ini, kenapa mereka pindah kamar.

"Kita pindah kamar ya, kenape nih?" tanya Indun penasaran.

"Bunda yang pindahin," jawab Raka singkat.

"Hah?! Kok bisa."

"Bunda tau kalau di Jepang aku sama kamu sewa kamar yang kasurnya dua. Dan kamu tau kan apa tujuan Bunda nyuruh aku ngajak kamu ke sini, kita dimintain cucu sama Bunda," terang Raka pada Indun. Itu berhasil membuat Indun membelalakkan matanya, karena terkejut.

"T-tapi gue sama elo itu kan, nikah tanpa cinta dan lagi, gue gak mau punya anak sama orang yang gak gue cinta," ucap Indun bergetar.

"Begitupun aku," balas Raka.

"Aku tau saat ini belun ada cinta di antara kita, tapi kamu tau kan sama prinsip yang aku pegang teguh, jadi jangan pernah berpikir aku akan ceraiin kamu."

Indun serba salah di sini. Di satu sisi ia melakukan ini untuk membantu perusahaan yang Ayahnya bangun dulu dan punya tujuan hanya menikah selama tiga tahun dengan Raka. Tapi, apa ini, ia harus menerima keadaan bahwa keputusan Raka adalah menikah selamanya dengannya.

"Kamu tau kan sama kata pepatah yang ngomong, kalau cinta itu datang karena terbiasa, dan aku harap selama kita bersama dan sudah bisa menerima satu sama lain, cinta bakal tumbuh di antara kita," kata Raka, kini kedua tangannya memegang wajah Indun dan menatap kedua bola mata indah itu lekat-lekat.

"Aku gak bakal maksain kamu buat ngasih cucu ke Bunda secepatnya dan aku pun gak mau ngelakuin itu tanpa cinta, tapi aku mohon sama kamu, untuk selalu kelihatan mesra saat di depan Bunda, supaya beliau gak curiga," sambung Raka.

Indun semakin masuk ke dalam rasa bersalahnya. Ia tidak tega melihat orang di depannya ini penuh harap dengan ia yang punya rencana lain.

"Kapan kita pulang ke Indonesia?" tanya Indun tiba-tiba.

Raka menoleh. "Aku rasa dua hari lagi," balas Raka. Indun terlihat sedih mendengar itu, tentunya ia akan lebih lama berdua saja dengan Raka di Jepang dengan rasa bersalahnya.

Jika ke Indonesia, setidaknya ia bisa berbicara kepada Ibunya tentang masalah ini.

Ting!

Ponsel Indun berbunyi, itu berhasil mengalihkan pembicaraan mereka saat ini. Indun memeriksa ponselnya. Terdapat notifikasi dari instagram di sana. Tertulis bahwa Indun mendapat dm dari temannya Juminten.

Semenjak dibelikan ponsel oleh Raka, Indun berusaha berkomunikasi lagi dengan para sahabatnya itu. Tidak mengingat nomor ponsel mereka, Indun pun berusaha menghubungi mereka lewat instagram.

Indun tersenyum saat membaca pesan dari Juminten. Raka mendelik, namun ia berusaha untuk tidak kepo.

Juminten

Gue kangen banget sama lo Ndun.

Indun

Gue juga, elo pada apa kabar?


Juminten

Kita semua baek Ndun, lo sombong bener dah, mentang-mentang dah nikah.

Indun

Ish lo ngomong apaan sih, gue kagak sombong nyet. Cuma belum ada waktu buat nyamperin kalean.

Juminten

Gue masukin lo ke group WhatsApp ya.

Indun

Iya. Gue udah kangen beut ama klean.






Tbc...

I Love You Mr. Idiot [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang