CHAPTER 9

1.2K 119 0
                                    

Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Namun, ditengah perjalanan pulang, ada seorang gadis yang terlihat melambai-lambaikan tangannya ke arah mobil mereka.

"Pa, itu kayaknya ada orang yang lambaiin tangan di depan," kata Sarah, sembari menyipitkan mata untuk lebih memastikan.

"Tapi gak usah diladenin Pa, takutnya itu sindikat begal Pa," pinta Sarah ketakutan.

"Gak apa-apa Ma, gak usah takut," ucap Prasmana menenangkan istrinya.

Prasmana menghentikan mobilnya tepat di hadapan orang yang melambaikan tangannya tadi.

Orang itu mengetuk kaca mobilnya. "Ada apa Dek?" tanya Prasmana.

"Di depan sana jalannya ditutup karena banjir, jadi Bapak harap putar balik." Mendengar hal itu Prasmana langsung memutar balikkan mobilnya.

"Tuh kan Ma, kita itu gak boleh langsung su'uzon sama orang lain. Coba kalau tadi Papa nurutin kata Mama, mungkin kita udah kejebak banjir," tegas Prasmana.

Sesampainya mereka di rumah, mereka langsung dihadapi oleh kepanikan asisten rumah tangga mereka yang memberitahukan bahwa Jeni jatuh pingsan.

Semenjak mengetahui keadaan orang yang akan dijodohkan dengannya, keadaan Jeni menjadi drop. Jeni sering tidak makan, tidak fokus akan sekolahnya, dan sering menangis. Puncaknya hari ini dia jatuh pingsan.

"Dari tadi Mbok sudah mencoba menghubungi tuan dan nyonya, tapi tidak bisa," jelas asisten rumah tangga Prasmana dengan berderai air mata.

Segera Prasmana menggendong Jeni menuju mobil untuk dibawa ke rumah sakit.

"Jen, bangun nak," panggil Sarah, mencoba mengembalikan kesadaran anaknya. Air mata tak bisa dibendung, Sarah tidak tega melihat putrinya menjadi seperti ini karena perjodohan.

"Ini semua gara-gara Papa, Jeni jadi kayak gini karena Papa!" teriak Sarah.

Prasmana tidak menghiraukan istrinya, ia mencoba fokus mengendarai mobil, ditengah hujan dan malam.

---

Lagkah kaki dengan pola gerak yang sama, rambut acak tak karuan, serta kepalan tangan yang erat tak kunjung mendapat kepastian. Sudah setengah jam Prasmana menunggu para medis keluar dari ruangan. Suasana hati dan pikirannya sudah tak bisa dijelaskan lagi, sementara rasa bersalah selalu menghampirinya.

Sementara di kursi tunggu seberang sana terlihat sosok ibu yang tak kuasa menahan tangis dengan hati yang selalu berdo'a untuk keselamatan putrinya. Sesekali mata tajamnya seolah menyayat hati Prasmana.

Dan akhirnya yang ditunggu sudah datang. Dokter yang menangani Jeni, memberikan penjelasan panjang lebar kepada Prasmana dan Sarah, tidak ada hal yang perlu ditakuti. Keadaan Jeni hanyalah bentuk pemberontakan tubuhnya akan pola hidup Jeni yang berubah beberapa hari belakangan. Jeni hanya butuh istirahat beberapa hari saja untuk memulihkan tubuhnya.

Setelah berbincang mengenai satu dan lain hal dengan dokter, Prasmana menuju ruang administrasi untuk membayar biaya rumah sakit.

"Awas!!!" teriak perempuan dengan ekspresi khawatirnya.

Berlari menyusuri lorong rumah sakit, sembari mendorong kursi roda yang di sana sudah ada wanita dewasa terkulai lemah dan pucat. Teriakan wanita itu berhasil membuat siapa saja yang menghalangi jalan segera menyingkir. Tak terkecuali Prasmana, namun betapa terkejutnya Prasmana dengan apa yang barusan ia lihat. Sedetik yang lalu, otaknya kembali mengingat Ana. Wajah itu. Wanita yang terkulai lemah itu, Ana.

Segera Prasmana mengejar wanita tadi. Tangan Prasmana otomatis membantu wanita tadi mendorong kursi roda.

Sontak, wanita tadi terkejut dan menoleh ke arah Prasmana. Namun, Prasmana tak menggubris dan langsung menuntun kursi roda itu menuju ruang UGD.

I Love You Mr. Idiot [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang