Indun sedang sibuk merapikan pakaiannya di lemari kamar apartemen Raka, tadinya ia membersihkan kembali lemari yang berdebu itu, dengan sedikit bergumam kesal, "Apartemennya emang gede sih, tapi kamarnya cuma satu."
Saat Raka memasuki kamar, Indun mendelik ke arah Raka. "Kenapa?" tanya Raka.
"Apartemen lo, designnya jelek ya," kata Indun ketus.
"Loh kenapa emangnya, gini-gini aku beli pake uang sendiri tauk," balas Raka.
"Kamarnya masa cuma satu doang," kata Indun dengan mencebikkan bibirnya.
"Yeee, biarin, emangnya salah kalau kita tidur berdua sekamar. Kita kan suami istri," ucap Raka tegas.
Indun memutar bola matanya malas, pasalnya selalu alasan itu yang dipakai Raka kalau Indun membahas tentang tidur sekamar.
"Au ah, capek gue ngomong sama lo. Laper nih gue." Indun pun bergegas meninggalkan Raka sendirian di kamar. Ia tak mau lagi terlibat cekcok dengan Raka, yang tentunya tak ada habisnya.
Indun berjalan membongkar plastik belanjaan mereka tadi. Iya. Mereka sempat berhenti di minimarket saat menuju apartemen, untuk membeli persediaan makanan.
Indun bersenandung ria untuk melepaskan rasa penatnya, setelah beberes apartemen tadi. Ia berencana memasak tempe balado hari ini.
"Kamu mau masak apa?" tanya Raka tiba-tiba. Ia baru saja keluar dari kamar.
"Entar lo tau sendiri," jawab Indun ketus.
"Ihh ketus banget sih, lagi dapet ya," kata Raka. Pasalnya Indun selalu bersikap ketus dengannya.
"Bacot lo," balas Indun.
Lelaki di depannya ini banyak berubah akhir-akhir ini. Entahlah, apa ini cuma prasangkanya saja atau memang dia berubah, atau apa mungkin ia mulai suka dengan Indun. Beberapa hari ini pikiran Indun selalu mengarah kepada hal itu. Tapi, ia cepat-cepat menepis itu semua.
Tidak mungkin seorang Raka yang hampir sempurna di mata itu menyukainya. Ia tidak mau mengambil kesimpulan cepat dan nanti berakhir dengan rapuhnya hati, saat mengetahui semua tak sesuai ekspektasi.
Tangan lihai Indun mengolah bahan mentah di hadapannya menjadi hidangan yang menggugah selera Raka. Bahkan, Raka yang tengah menonton tv di ruang tengah bisa mencium aroma sedap masakan Indun.
Suara perutnya bisa ia dengar dengan jelas, cacing-cacing perutnya sudah berdemo sejak tadi, camilan manis di hadapannya tidak mampu menahan gejolak lapar yang dirasakan Raka saat ini.
Perlahan ia melangkah menuju dapur. Bisa ia lihat sudah ada nasi dan lauk lain di meja makan dan di sana Indun yang sedang menyelesaikan sesuatu.
"Masih lama ya." Suara Raka membuyarkan fokus Indun yang sedang memasak.
Tanpa menoleh Indun berkata, "Iya, dikit lagi kelar kok."
Tak lama Indun membawa sepiring balado tempe yang harum ke meja makan. Raka dengan cepat mengambil piring dan mengisinya dengan beberapa sendok nasi.
Makan siang mereka diliputi keheningan, mereka sibukkan dengan menikmati makanan masing-masing. Tidak ada yang berani bersuara duluan.
"Masakan kamu enak!" Akhirnya Raka sekali lagi mengalah, agar keheningan ini cepat berakhir.
Indun hanya manggut-manggut.
Raka melirik Indun sekilas. Ada apa dengan istrinya ini, sikapnya sungguh dingin akhir-akhir ini. Tidak seperti Indun yang ia kenal sebelumnya, batin Raka.
"Mulai besok aku bakal kerja di kantor," ucap Raka lagi, mencoba membangun suasana.
"Kok bisa, biasanya lo kerja dari rumah," ujar Indun. Kini pandangannya sepenuhnya menuju Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Mr. Idiot [Completed]
RomanceBanyak cara yang digunakan manusia untuk memenuhi hasratnya menemukan cinta sejati. Mungkin cara Raka sedikit aneh, namun ia meyakini itu akan berhasil. Bagaimana caranya? Penasaran? Langsung baca aja yuk! #1 in akad (May 2021) #2 in different (Sept...