CHAPTER 31

1.1K 90 1
                                    

Langkah Raka semakin cepat menyusuri lorong rumah sakit, padangannya mengedar setiap pintu ruang rumah sakit untuk mencari ruang kamelia nomor 12, seperti yang sudah diberiahu oleh seorang suster tadi. Akhirnya ia pun mendapati ruangan yang ia cari. Di sana ada Roki yang baru saja keluar ruangan, tempat Indun dirawat. Raka segera menghampiri Roki.

"Roki!"

Yang dipanggil menoleh ke sumber suara. "Bos," sapa Roki. Raka mengatur napasnya agar kembali normal. Berlari sepanjang lorong rumah sakit membuatnya letih.

"Apa dia baik-baik saja?" tanya Raka. Roki bergeming dan hanya membalas itu dengan senyum. "Mending bos liat sendiri dah." Roki membukakan pintu untuk Raka.

Saat masuk ke ruangan itu, mata Raka dan Indun saling beradu pandang. Dari pandangan mata masing-masing, mereka seolah berkomunikasi.

"Elo lagi, ngapain sih?" Ana sudah gedeg melihat wajah Raka. Apalagi yang Raka mau, pikir Ana. Dan dari mana dia tahu Indun di rumah sakit.

"Mak, saya mohon jangan usir saya. Saya mau ketemu Indun," ucap Raka lirih. Ana pun luluh karenanya. Selama dirawat di rumah sakit, Indun tampak tidak semangat. Raganya di sana, tapi tidak dengan jiwanya. Ana yakin sekali, bahwa Indun dan Raka itu saling mencintai. Ana pun melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.

Raka sedikit demi sedikit mendekati Indun. Ia mengambil posisi duduk di samping tempat tidur Indun. Indun melihat pergerakan Raka dengan sinisnya.

"Ngapain lo ke sini. Gue kan udah bilang, kita harus cerai," cetus Indun.

Raka memutar bola mata malas, saat mendengar kata 'cerai' keluar dari mulut Indun. Mana mungkin ia tega menceraikan Indun yang tengah mengandung anaknya. Bagaimanapun caranya, ia akan berusaha mempertahankan hubungan mereka.

"Stop bahas masalah itu lagi, kita gak akan cerai." Ucapan Raka barusan berhasil membuat mata Indun membulat sempurna.

"Kamu gak usah khawatir, aku akan cari cara buat mempertahankan perusahaan Prasmana. Aku gak bisa hidup tanpa kamu Ndun, please kamu percaya sama aku." Raka mencoba meyakinkan Indun.

"Tapi gimana Ka?" tanya Indun. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Kamu gak usah pikirin itu, biar aku yang usahain, kamu fokus aja sama kandungan kamu, di sini sedang ada kehidupan," ujar Raka, sembari mengelus perut Indun.

Tak ada penolakan dari Indun, atas apa yang dilakukan oleh Raka. Ini justru membuatnya merasa nyaman. "Kamu yang sehat ya Nak, Ayah gak sabar ketemu kamu," ucap Raka. Indun yang tanpa sepengetahuan Raka tersenyum dengan indahnya.

Indun berharap waktu bisa berhenti beberapa menit saja. Ia akan sangat menikmati saat-saat seperti ini. Karena terhanyut dalam kebahagiaan yang mereka rasakan, Raka dan Indun terlonjak kaget saat pintu ruangan terbuka. Menampakkan keluarga Raka di sana.

Raka mengernyitkan dahinya, apa lagi ini? Batin Raka.

Arkana lebih dulu mendekati Raka yang sudah berdiri di dekat ranjang rumah sakit itu. Ia menatap Indun sekilas, lalu menatap anaknya.

"Mau apa lagi Yah? Raka udah bilang gak bakal ceraiin Indun," tegas Raka.

Arkana menatap manik mata cokelat milik anaknya itu. Mata memang tidak bisa berbohong, bisa Arkana lihat di sana terdapat cinta yang penuh untuk Indun. Raka yang seorang penurut dengan orangtua, baru kali ini ia menentangnya.

"Ayah juga gak mau kamu cerai sama dia Nak," ucap Arkana.

"Kita semua mau minta maaf sama kalian, terutama pada Indun," sambungnya. Tetesan air mata membasahi pipi renta itu, ia lalu mendekap hangat anaknya.

I Love You Mr. Idiot [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang