THE END

2.6K 121 1
                                    

Dengan perasaan yang menggebu-gebu, Raka mengendarai mobilnya. Hingga peta mengantarnya pada suatu tempat yang asing baginya. Dari kejauhan ia bisa melihat bangunan besar di depan sana. Terlihat juga di depan bangunan itu terdapat beberapa mobil terparkir sembarangan dan salah satu mobil itu adalah mobil yang membawa Indun tadi. Ia lalu menghentikan mobilnya jauh dari bangunan itu, tak mau si penculik mencurigai kedatangannya.

Dengan mengendap-ngendap Raka mencoba mencari celah untuk masuk ke bangunan. Saat menemukan pintu belakang yang tidak terkunci, Raka tak membuang waktu lagi dan masuk ke dalam bangunan besar itu.

Di dalam bangunan itu lumayan gelap, hanya ada satu cahaya di sana. Tepatnya di tengah bangunan besar ini. Terlihat ada sesuatu di bawah lampu itu. Raka menyipitkan mata, mencoba untuk memfokuskan pandangannya.

Indun. Raka melihat sosok itu di bawah lampu di tengah sana. Raka berlari sekuat tenaga menuju Indun. Ingin rasanya ia berteriak memanggil Indun. Tapi, ia tak mau itu malah mencuri perhatian si penculik yang entah di mana sekarang berada. Raka tak mau mangambil risiko akan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Raka bersimpuh di hadapan Indun yang terkulai lemas. Indun yang menyadari kehadiran Raka meneteskan air matanya. Ia tahu lelaki ini pastilah akan datang. Tapi, bagaimana ini, ia akan membahayakan nyawanya sendiri jika menyelamatkan Indun.

Raka memeluk erat Indun. "Emm...emmm..." Indun seperti mencoba memberitahukan sesuatu. Raka yang sadar bahwa Indun dibekap mulutnya, kemudian membuka bekapan itu.

"Raka, lo ngapain di sini. Cepet pergi Ka, mereka mau nyawa lo, mereka bakal bunuh lo," bisik Indun ketakutan.

Raka memegangi wajah istrinya itu. Memberikan senyum menenangkan di sana. "Tenang sayang, aku gak bakal mati karena mereka. Karena, aku akan bawa kamu pergi sekarang dari sini sebelum mereka datang," ucap Raka dengan tenang. Ia kemudian membuka eratan tali yang mengikat kencang istrinya. Bisa ia lihat bekas ikatan itu membekas di pergelangan tangan Indun.

"Raka awas!" teriak Indun.

Tubuh Raka tiba-tiba tersungkur di lantai. Kepala sangat pusing, sepertinya barusan ada benda menghantam kepala bagian belakangnya. Namun, ia tak mau kehilangan kesadaran di sini. Ia harus kuat.

Buk!

Pukulan itu datang lagi. Namun Raka bisa mengelak kali ini. Ia berdiri dan melihat sudah ada beberapa orang mengepungnya. Mereka menggunakan topeng persis dengan yang digunakan penculik tadi. Baku hantam pun tak terelakkan di sana. Raka dengan lihainya melumpuhkan mereka semua.

Tapi, Raka salah duga. Penculik yang awalnya melawannya tanpa senjata, kini mengeluarkan sebilah pisau dari balik jaket yang mereka kenakan.

"Raka awas!"

Raka refleks menghindar, ternyata di belakang sudah ada yang siap menghunuskan pisau itu kepadanya. Jika saja Indun tak memperingatkan, mungkin ia akan terkena hunusan itu. Raka melirik balok kayu yang berada tak jauh darinya, lalu ia berlari ke arah balok itu dan melawan semua penculik bersenjata itu.

Lagi-lagi ia bisa mengungguli mereka, walau ia sendirian melawan mereka. Ternyata, tidak sia-sia ia menerima sakit beberapa minggu akibat cedera yang melandanya saat berlatih bela diri yang dipaksa oleh Ayahnya. Kini ia bisa merasakan imbas dari semua itu.

"Aaa!"

Suara teriakan Indun tepat ada di belakang Raka. Raka membalikkan tubuhnya, di sana sudah ada tiga orang bersama Indun. Salah satu dari mereka menodongkan sebilah pisau tajam di leher Indun.

Raka terkejut melihat semua itu. Terlebih lagi, yang ia lihat adalah Sarah, Jeni, dan Hazel di sana. Raka mengernyitkan dahinya, ia tak mengerti dengan semua ini. Apakah mereka semua di balik penculikan ini? Sungguh tak bisa dipercaya.

I Love You Mr. Idiot [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang