2

727 135 8
                                    

Tapi Yong Hwa tidak mempedulikan teriakan itu, dia menyambut Min Young dengan senyum ramah. Pasti perawat cantik itu bingung dengan keramahannya yang tidak biasanya tersebut. Dan tidak mustahil membuatnya gede rasa. Karena hal itu merupakan kesempatan langka, Min Young tentu saja tidak melewatkannya. Segera ia menghampiri Yong Hwa seraya membawa nampan makan. Si gadis model tampak gusar. Ia mondar mandir membuat suara heels-nya berisik tak tuk-tak tuk menginjak lantai, mengawasi dua orang yang tengah menikmati makan siang. Kedua tangannya berkacak di pinggang.

Yong Hwa bukan tidak tahu tapi pura-pura tidak melihat, justru dengan sengaja memancing kemarahan gadis model tersebut.
"Apa Anda sendirian saja, Uisa-nim?" tanya Min Young basa basi.
"Ya, seperti yang kau lihat, Suster!" jawab Yong Hwa.
"Seperti yang kau lihat? Lalu aku...?" protes gadis model berteriak.
"Apa tidak masalah aku makan dengan Anda?" lanjut Min Young
"Jelas masalah besar buatku." sambar gadis model lagi sambil menggeretakan rahang.
"Aniyo, kenapa memangnya?" balas Yong Hwa santai.
"Khawatir ada seseorang yang marah padaku, Uisa-nim."
"Hah..." si model tertawa mengejek. "Memangnya siapa kau hingga harus ada yang cemburu padamu? Kau sungguh gede rasa, Ajhumma!" makinya pula.

Yong Hwa hanya tersenyum dalam menanggapi ucapan Min Young. Entah apa maksudnya? "Kita hanya makan siang bersama di tempat umum, kenapa seseorang harus memarahimu?" kilahnya membuat si gothic tertawa puas.
"Geurae... Sudah kubilang, si Ajhumma ini gede rasa." soraknya.
"Karena kita hanya berduaan saja, Usia-nim. Dan di sekitar kita tidak ada yang lain."
Dengan ekor matanya Yong Hwa meneleng ke arah si gothic yang kali ini berdiri di sampingnya seraya menyilangkan kedua tangan di dada. Menatap wajah Min Young dengan sangat gemas. "Ini karena kita terlambat makan siang, dan karena hanya kita berdua saja yang makan, jadi sebaiknya kita makan bersama. Tidak berjauhan, aku disini dan kau disana. Padahal kita baru menyelesaikan pekerjaan bersama." jelas Yong Hwa sadar untuk membuat perawat itu tidak GR hanya karena dirinya mengajak makan satu meja.
"Ah, nde. Mohon maaf! Aku jadi ngelantur." senyum Min Young malu.

Si gadis gothic tersenyum lebar sambil tangannya menepuk pundak Yong Hwa keras, seraya ucapnya : "Ah, aku jadi malu sendiri, Uisa-nim. Kau memang menyebalkan." tawanya girang karena Yong Hwa telah membuat perawat itu tidak punya muka. Lihat sekarang dia menunduk dalam seraya menyuap.
Dan gebukannya yang keras itu tak ayal membuat tubuh Yong Hwa terdorong ke depan. Karuan saja hal itu membuat Min Young kaget, wajah Yong Hwa tiba-tiba nyelonong ke wajahnya. Apa yang terjadi dengan pria ini? Mulutnya masih basah berlagak jaim, tapi semenit kemudian bertingkah seperti pria murahan dengan hendak menciumnya. Ketika ia menghentikannya, wajah mereka sangat dekat. Min Young berhenti mengunyah begitu kaget. Begitu juga Yong Hwa tampak terkesima rautnya sangat polos seperti tak berdosa, tapi jelas kelakuannya tidak sopan.

"Anda sedang apa, Uisa-nim? Mau menciumku saat kita sedang makan?" tanya Min Young.
"Ani, ini tidak disengaja." ucap Yong Hwa gugup.
"Demi Tuhan! Sikap Anda ini seperti bukan sikap seorang yang berpendidikan tinggi." kecam Min Young marah.
"Seseorang mendorongku, Suster. Maaf!" jelas Yong Hwa lagi setelah rasa kagetnya hilang dan kembali ke posisinya semula.
"Anda memang keterlaluan, dokter. Berlagak cool bahkan terkadang sangat dingin. Tiba-tiba Anda pun begini ramah, lalu bersikap jual mahal, rupanya itu hanya muslihatmu saja. Maaf, aku tidak bisa lagi kita seakan sangat akrab dan dekat. Permisi!" Min Young berdiri sambil mengambil nampan makannya ia berjalan meninggalkan Yong Hwa.

Terdengar tepuk tangan meriah di belakang Yong Hwa. Saat Yong Hwa menolehnya dengan sangat kesal, si gothic tengah tersenyum lebar, tampak sangat bahagia.
"Joa, joa, joa... Uisa-nim! Good job!" soraknya mengacungkan ibu jari.
"Apa yang kau lakukan?" geram Yong Hwa berbicara tapi tanpa membuka mulut. Walau bagaimana pun ia tidak mau disebut gila, berbicara sendiri.
"Aku tidak sengaja, tapi aku suka dengan hasilnya. Mianhe!" tukas si gothic sambil sedikit pun tidak tampak menyesal.
"Kau sungguh menyebalkan." umpat Yong Hwa menyudahi makannya begitu saja, lalu berdiri dan menyambar nampan makannya untuk dikembalikan ke rak.
"Eodiga?" si gothic tidak mau ketinggalan. "Jakanman!" teriaknya.
"Jangan ikuti aku!" larang Yong Hwa sambil berjalan dengan cepat meninggalkan kantin.
"Uisa-nim... Jung Uisa-nim, jakanman-yo!"
Percuma dilarang kayak apa pun, makhluk itu pasti akan sanggup mengejarnya tidak peduli apa yang menjadi sekat atau batasnya. Dia mampu menembus itu semua. Dia tidak terhalang dimensi ruang dan waktu.
👥

Gadis bak model itu bernama Park Shin Hye. Yong Hwa pertama kali bertemu dengannya sekitar 1 minggu yang lalu di rumahnya. Dan membuatnya sangat ketakutan selama beberapa hari. Ia sampai di rumah sangat larut hari itu, setelah menangani banyak pasien. Tubuhnya sangat lelah. Sebelum membersihkan badan ia merebahkan tubuh di sofa melepas letih. Karena terlalu letih ia pun tertidur, namun diantara setengah kesadarannya matanya menangkap sebentuk bayangan tengah duduk di kursi makan sambil menatapnya. Yong Hwa berpikir dirinya berhalusinasi, antara ingin segera pergi tidur namun belum membersihkan badan. 

Tapi saat ia membuka mata untuk pergi ke kamar mandi, bayangan itu tidak hilang, malah semakin tegas menjelma. Seorang gadis dengan dresscode putih biru navy untuk roknya, kelopak mata dan bibirnya hitam. Lalu terdengar pula suaranya.
"Annyong, dr Jung!"
Dari pada bisa menjawab Yong Hwa malah melotot ketakutan. Hilang seketika lelah dan ngantuknya. Yang ada jantungnya seperti hendak lepas.
"Nu... nuguse-yo?" tanyanya tergagap.
"Tenang, dokter! Aku bukan ingin mengganggumu. Namaku Park Shin Hye."
"Lewat mana kau bisa masuk ke rumahku? Apa membongkar jendela? Atau melalui atap?" Yong Hwa melihat ke sekeliling rumahnya. Barangkali ia menemukan jendela bekas dicongkel atau langit-langit yang jebol.
"Aniyo. Aku sudah berulang kali keluar masuk rumah ini tanpa harus merusak apa pun. Dan kau tidak usah takut! Karena aku tidak akan menakutimu, bukan juga untuk berbuat jahat padamu. Aku datang dengan damai, dokter." jelasnya.

Yong Hwa menelan ludah. Ia justru menjadi semakin takut mendengar menjelasannya itu. Key card rumah itu jelas hanya dirinya saja yang memiliki, tanpa mencongkel jendela dan menjebol atap, lantas melalui celah mana dia memasuki rumahnya? Apalagi berulang kali. Kemudian kehadirannya yang tiba-tiba ini, tanpa permisi, tahu-tahu sudah berada di depan mata, apa tidak membuat Yong Hwa berpikir bahwa dia itu hantu?
"Tolong pergi! Jangan menggangguku!" usir Yong Hwa dengan suara gemetar.
"Aku tidak akan mengganggumu."
"Pergi, atau aku berteriak memanggil semua orang." kali ini Yong Hwa memberanikan diri berdiri tapi kakinya terasa berat untuk dilangkahkan sehingga seperti orang belajar berjalan, mundur dengan tertatih. Namun yang ada dia tersandung kaki meja, menyebabkannya terjerembab lagi ke sofa. Melihatnya jatuh, hantu cantik itu refleks berdiri hendak mendekat. Hal itu membuat Yong Hwa tunggang langgang berlari memburu kamarnya.

Bruk! Sekuat tenaga ia menutup pintu kamar dan berusaha menguncinya dari dalam dengan tangan gemetar. Tapi saat membalikan badan gadis yang membuatnya takut setengah mati itu telah dengan santai pula duduk di sisi tempat tidurnya. Menatapnya dengan senyum. Yong Hwa tersentak dan semakin kalut. Tangannya berusaha memutar lagi anak kunci, tapi karena katakutannya semakin menjadi, kunci itu sulit bergerak membuat pintu tidak mau dibuka meski berulang kali handle-nya ia putar dan tarik. Ia terperangkap oleh kelakuannya sendiri. Tapi ia harus keluar lagi dari kamar, ia terus berusaha sampai akhirnya pintu dapat dibuka. Yong Hwa berlari keluar seraya kepala menoleh ke belakang, memastikan si hantu tidak mengikutinya. Dan tingkahnya itu membuatnya tersandung, sekali lagi ia terjerembab ke sofa. Persis seperti adegan dalam film atau drama horor.

TBC

Whispers IncarnateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang