26

411 110 9
                                    

Pagi itu Sang Wook langsung menuju RS. Saat memasuki basement mobilnya datang beruntun dengan mobil Chae Won yang masuk tepat di belakangnya. Ia sengaja menunggu partner wanitanya itu sebelum melangkah ke lift.
"Gwenchana, Gyosu-nim?" sapa Chae Won begitu keluar dari belakang kemudi.
"Mwoga?" Sang Wook tidak paham.
"Apa Yong Hwa masih tidak akan masuk?"
"Eoh, sekitar 1-2 hari lagi dia masih akan cuti. Wheo?" Sang Wook menjajari langkah dokter bedah wanita itu.
Chae Won memindai seluruh basement sebelum bicara seperti memastikan tidak ada orang yang akan mendengar.
"Aku tadi berada sekitar setengah kilo dibelakang mobil Gyosu-nim sejak dari traficlight di atas jembatan. Dan aku melihat ada mobil yang mengikutimu." ucapnya setengah berbisik.
"Jeongmal?" Sang Wook kaget.
"Nde, awalnya aku tidak yakin sedan hitam itu mengikuti Gyosu-nim, tapi beberapa kali Gyosu-nim ke lajur lambat, dia mengikuti. Dan saat kau berbelok ke sini baru dia menyalibmu." lapor Chae Won.
"Aku tidak lihat spion tadi jadi aku tidak tahu. Thank's, Chae Won-ah! Informasimu itu sangat penting untukku."
"Nde, aku melihatnya sangat ganjil, Gyosu-nim."
"Iya, sekali lagi thank you kau telah memberitahuku."
"Apa Gyosu-nim tahu siapa mereka?"
"Arrayo."
"Siapa?"
"Aku tahu yang menyuruh mereka siapa dan belum bisa memberitahumu. Nanti aku ceritakan semua."

Sang Wook tahu itu pasti ulah Shi Hoo atau Sang Woo. Jadi mereka sudah tahu dirinya yang telah membawa Shin Hye. Pasti sekarang mereka sedang mencari dimana Shin Hye disembunyikan. Sang Wook langsung mengeluarkan ponsel begitu tiba di ruangannya. Ia memberitahu sekretaris Choi dan Yong Hwa tentang kemungkinan Shi Hoo sudah tahu siapa yang membawa Shin Hye, sekarang mereka sedang mencari dimana Shin Hye disembunyikan makanya mobilnya dibuntuti seseorang.
Tapi saat menekan nomor kontak Yong Hwa, smartphone-nya itu tidak disahuti. Hal tersebut membuatnya sangat gelisah.
"Yong Hwa-ya, whe geudaeyo? Angkat teleponnya, tolong!" pintanya dengan hati tak menentu.

Sementara Yong Hwa yang sedang berdiri di samping bed Shin Hye terpaku diam. Matanya menatap tajam wajah Shin Hye, tangannya yang tengah mengatur tetesan infus tidak bisa bergerak. Cairan infusnya baru saja ia ganti. Ia terkejut melihat mata itu terbuka. Begitu terkesima membuatnya abai terhadap bunyi telepon.
"Annyong." Yong Hwa menyapanya. Mata itu bergerak pelan ke arahnya. "Nae mogsoliga deullyeo?" tanya Yong Hwa pelan.
"Nuguseyo?" dia balas bertanya dengan suara sangat pelan nyaris tidak terdengar.
Yong Hwa segera membungkuk. "Perkenalkan, aku Jung Yong Hwa! Sementara ini dokter yang menjaga Anda."
Wajah lelah Shin Hye berpaling lagi lurus ke depan. Yong Hwa segera melepas masker oksigen yang menutupi hidungnya.
"Maaf, aku akan memeriksa Anda." Yong Hwa meraih senter dari atas meja tidak jauh dari bed. Ia lalu membuka kelopak mata Shin Hye memeriksa pupil.
"Tolong katakan apa yang Anda rasakan sekarang? Apakah pusing?" tanya Yong Hwa.
"Oppaneun eodini?" dengan suara sepelan tadi Shin Hye balas bertanya lagi.
"Joo Gyosu-nim di RS. Anda sekarang ada di rumahku." jelas Yong Hwa. "Bisa tolong Nona jelaskan padaku apa yang Anda rasakan sekarang?"
"Kepalaku..." Shin Hye memejam.
"Pusing?" terka Yong Hwa.
Shin Hye mengangguk.
"Apa pusing sekali?"
Dia menggeleng, juga pelan.
"Baiklah. Sekarang Anda istirahat. Aku akan beritahu Joo Gyosu-nim supaya datang kesini secepatnya."
"Appaneun... tto..." pintanya.
Yong Hwa ragu untuk menjawab tapi akhirnya ia mengiyakan.
"Nde."
"Gomowo."

Yong Hwa langsung menyambar samrtphone-nya di atas meja di ruang tengah. Dan ia kaget melihat banyak panggilan dari nomor kontak Sang Wook. Segera saja ia pun menekan nomor kontak atasannya itu.
"Yong Hwa-ya..." sahut dari ujung telepon suara Sang Wook. Yong Hwa sendiri ingin segera melaporkan apa yang terjadi.
"Gyosu-nim, Nn Park sudah siuman. Beliau mempertanyakan Anda. Bisakah Gyosu-nim datang sekarang?"
"Shin Hye sudah siuman? Thaengitha! Ah, bagus Yong Hwa-ya! Tapi... Sayang aku tidak bisa datang. Kau tahu, saat pergi ke RS tadi aku dibuntuti. Shi Hoo sepertinya sudah tahu aku yang membawa Shin Hye. Mereka sekarang sedang mencari persembunyian Shin Hye."
"Apa, Gyosu-nim?" Yong Hwa kaget sekali mendengar itu.
"Yong Hwa, dengarkan aku! Apa kau bisa membawa Shin Hye dari sana? Tempat itu sudah tidak aman. Bawa Shin Hye kamana saja! Ke Busan pun tidak masalah..."
"Tidak, Gyosu-nim. Nn Park meminta bertemu dengan Anda. Beliau juga mempertanyakan ayahnya, aku harus jawab apa?" Yong Hwa panik.

Sejenak Sang Woo memejamkan mata, berpikir. "Aku akan suruh Immo-nim ke tempatmu. Kalian pergilah! Pergi tinggalkan tempat itu amankan Shin Hye."
"Tidak mungkin sekarang, Gyosu-nim. Dalam kondisi Nn Park baru saja membuka mata. Bahkan kondisinya belum stabil."
"Kita tidak punya waktu Yong Hwa-ya!"
"Apa tidak sebaiknya Nn Park dibawa ke RS saja, disana ada banyak orang yang akan menjaga. Tidak mungkin Kwon Pujang dan Park Sajang akan berani menyentuh."
"Saat ini kita tidak tahu siapa kawan dan siapa lawan. Aku yakin sekretaris Choi pun diikuti orang suruhan Shi Hoo sekarang. Immo-nim akan aku suruh naik taksi menuju rumahmu. Kuyakin mereka bukan ingin merebut Shin Hye lagi dari tangan kita, tapi menghabisinya. Aku merasa Shin Hye akan aman bila hanya bersamamu."
Yong Hwa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Segenting itukah kondisinya sekarang?
"Baiklah, Gyosu-nim. Cepat kirim tantenya Nn Park kesini. Aku sungguh tidak sanggup sendirian."
"Nde, kau tunggu. Dan tetap hati-hati, Yong Hwa-ya!"
"Aguesmidha."

Lee Il Hwa sendiri pergi dengan sangat hati-hati. Ia senantiasa memperhatikan sekeliling, adakah terlihat yang membuntuti? Syukur hingga akhirnya tiba di rumah Yong Hwa, tidak tampak diikuti seseorang. Wanita itu begitu emosional saat bertemu dengan keponakannya. Ia menangis sambil memeluk Shin Hye yang semakin sadar dengan sekeliling. Sedangkan Yong Hwa mengamati sekitar rumah, memastikan benar-benar tidak ada yang mengikuti Lee Il Hwa. Ia memikirkan ucapan Sang Wook untuk membawa pergi lagi Shin Hye dalam kondisinya yang baru membuka mata. Itu sungguh bukan hal mudah. Kalau pun benar, kapan itu bisa dilakukan? Menakutkan menyadari keselamatan Shin Hye menjadi tanggung jawabnya seorang diri. Mampukah dirinya menjalani tugas berat itu?

Tapi setelah bertemu Il Hwa kesadaran Shin Hye semakin pulih. Ia bahkan meminta tempat tidurnya untuk ditegakan.
"Dengar, Immo akan terus di sisimu sampai kau benar-benar sehat. Dan kau jangan dulu bertanya tentang ayahmu atau Sang Wook. Mereka sangat sibuk sekarang, eoh?" pinta Il Hwa.
"Appa gwenchana?"
Il Hwa mengangguk seraya tangannya menyibakan rambut Shin Hye dan menyusunnya di belakang telinga.
"Bila kondisi Nn Park sudah lebih baik lagi, Joo Gyosu-nim memerintahkan saya untuk membawa ke tempat dimana Nona bisa menikmati laut." timbrung Yong Hwa memasuki kamar.
"Dimana itu, Uisa-nim?" toleh Il Hwa.
"Busan, Samo-nim. Kita bisa pergi sore nanti bila kondisi Nona cukup kuat."
"Sierro, aku akan pergi setelah bertemu Appa." tepis Shin Hye.
Il Hwa menatap Yong Hwa.
"Apa Sang Wook akan membawa Hoejang-nim ke Busan setelah kita disana, Uisa-nim?" tanya Il Hwa.
"Sepertinya begitu, Samo-nim."
"Kita pergi lebih dulu, Shin Hye-ya. Tidak masalah. Kita pergi saja nanti sore. Immo akan pergi denganmu." tatap Il Hwa.
"Benarkah Appa baik-baik saja, Immo? Bisakah aku bertemu dengan Appa?" mata Shin Hye membasah, ia meragukan informasi tentang ayahnya. Sebab ia ingat mereka mengalami kecelakaan bersama.

Sedangkan Il Hwa dengan Yong Hwa saling pandang. Bila mereka mengatakan fakta tentang ayahnya, khawatir Shin Hye akan mengalami syok dan pingsan, berbahaya lagi bila kembali koma. Sedang bila berbohong, hal yang sama bisa saja terjadi di Busan setelah dia tahu tentang ayahnya. Resiko yang sama bisa terjadi bila Shin Hye mengetahui kebenarannya. Di Busan atau pun sekarang. Hanya bila kejadiannya di Busan barangkali lebih leluasa untuk membawa ke RS ketimbang saat ini dengan bahaya mengintai di setiap tempat.

TBC

Whispers IncarnateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang