28

415 107 13
                                    

Mereka tiba di Busan saat matahari terasa hangat menyentuh kulit. Kedua orang tua Yong Hwa menyambut dengan sangat ramah. Tampaknya kedatangan mereka itu telah diinformasikan sebelumnya. Mereka diterima di sebuah rumah yang cukup besar dengan banyak kamar, dimana setiap kamar memiliki pemandangan alam yang indah. Ke sebelah Barat hamparan laut biru dan pasir putih, ke sebelah Timur adalah lanskap pegunungan yang hijau. Bergelombang seperti di dalam lukisan. Shin Hye yang baru bangun dari koma cukup lama seperti sedang menjalani therapy penglihatan. Ia tidak mau berpaling dari garis horizon laut, pasir putih, nyiur yang melambai seakan memanggil-manggilnya untuk berlari ke pinggir pantai. Benar yang dikatakan Yong Hwa, udara yang dihirupnya adalah udara bersih sehingga terasa menyegarkan memenuhi rongga dada. Membuat benaknya rileks.

Setelah melewati perjalanan cukup panjang dalam kondisinya yang belum fit, Shin Hye tidak merasa lelah. Ia memilih duduk di kursi malas sambil menatap lautan yang terlihat menenangkan di teras kamarnya. Il Hwa pun tidak mengusik, ia berinteraksi dengan tuan ramah yang sangat baik menerima mereka. Melihat itu Yong Hwa menghidupkan perangkat audio di kamar itu memperdengarkan musik instrumentalia lembut untuk therapy. Namun agaknya musik itu mengingatkan Shin Hye pada sesuatu, karena terdengar suaranya.
"Jakanman, dokter!" panggilnya.
"Nde." Yong Hwa menghampiri.
"Apa aku boleh meminjam ponselmu?"
"Ponsel?"
"Eoh. Aku ingin bicara dengan ayahku. Punyamu atau punya Immo, terserah."
"Biar aku tanyakan kepada Joo Gyosu-nim terlebih dahulu, apa Hoejang-nim bisa menerima telepon." Yong Hwa berusaha mencari alasan untuk menolak.
"Cepat tanyakan! Atau biarkan aku berbicara dengan Oppa."
"Nde, tapi aku meletakan ponselku di luar. Sebentar." Yong Hwa bergegas pergi, pura-pura mengambil ponsel namun berbisik kepada Il Hwa tentang permintaan keponakannya itu.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, dokter?" tatap Il Hwa sama bingung.
"Biar aku telepon Joo Gyosu-nim."
"Eoh."
Yong Hwa lalu menekan nomor kontak Sang Wook, menunggu sebentar terdengar sahutan dari ujung sana suara Sang Wook.
"Yong Hwa-ya, kalian sudah sampai?"
"Nde, Gyosu-nim. Kami sudah sampai dengan selamat. Thaengiyo. Tapi ada masalah."
"Syukurlah. Masalah apa?"
"Nn Park mengatakan ingin bicara dengan ayahnya, bagaimana ini, Gyosu-nim?"
"Biar aku bicara dengan Shin Hye, Yong Hwa-ya!"
"Nde, tapi tentang komisaris kami telah berbohong kepadanya. Menjaga hal yang tidak diinginkan, mengingat kondisinya belum stabil." lapor Yong Hwa.
"Eoh, aku paham. Cepat berikan ponselnya."
"Baik, Gyosu-nim." Yong Hwa membawa ponsel menghampiri Shin Hye kembali. "Joo Gyosu-nim ingin bicara dengan Anda." ucapnya menyerahkan ponsel.

Dengan antusias Shin Hye menerimanya, dan langsung menyapa Sang Wook.
"Oppa, Sang Wook Oppa!"
"Shin Hye-ya, kau-kah ini? Kau sudah bangun?"
"Oppa, kenapa kau membuangku hingga ke tempat ini? Apa kau benci padaku?"
"Aniya, bukan begitu, Shin Hye-ya."
"Kau membiarkanku, bahkan tidak mempedulikanku. Whe geudaeyo? Apa aku berbuat salah padamu?"
"Bukan begitu, dengarkan dulu!"
"Aku tidak mau mendengar penjelasan apa pun darimu, Sang Wook Oppa. Berikan saja ponselnya pada Appa, aku ingin bicara dengan urri Appa. Oppa bersama Appa bukan?"
Terdengar helaan napas dalam di ujung sana.
"Wheo? Kau juga tidak mau memberikan ponselmu pada Appa?"

Tiba-tiba ponsel dari tangan Sang Wook ada yang merebut. "Annyong, Shin Hye-ya!" tanya orang itu seraya menempelkan ponsel di telinganya.
"Shi Hoo Oppa..?" seru Shin Hye dari ujung sana.
"Nde, kau berada dimana ini?"
"Apa yang kau lakukan, Shi Hoo-ya? Merebut ponselku, apa kau tidak punya sopan santun?" teriak Sang Wook seraya berusaha mengambil ponselnya dari tangan Shi Hoo. Tapi segera dijauhkan oleh pria itu.
"Kau yang tidak punya sopan santun. Apa panggilanmu padaku sudah benar?" balas Shi Hoo.
"Apa yang terjadi? Kenapa Oppa merebut ponsel Sang Wook Oppa?" Shin Hye yang sedang berbicara dengan Sang Wook, dan tiba-tiba jadi berbicara dengan Shi Hoo, tak ayal bingung.
"Aku sedang mencari-carimu, dan mendapati kau berbicara dengan Sang Wook, jadi aku merebutnya saja dari dia. Kau berada dimana sekarang, Shin Hye-ya?"
"Andwe. Hentikan, Sajang-nim! Kembalikan ponselku!" sekali lagi Sang Wook berusaha merebut, tapi sekali lagi gagal. Ponselnya tetap dalam genggaman Shi Hoo.

"Oppa, sekarang Oppa berada di RS? Apa sedang bersama Appa?" terdengar lagi suara Shin Hye.
"Nde, aku sedang berada di RS. Dan kau dimana ini?"
"Shi Hoo-ya!" Sang Wook berteriak lagi.
"Katakan kau berada dimana sekarang, Shin Hye-ya!
"Busan. Aku berada di Busan sekarang."
"Busan...?" Shi Hoo menoleh Sang Wook
"Bagaimana kabar Appa? Bisakah aku bicara dengan Appa?"
"Apa kau tidak mengetahuinya, Shin Hye-ya? Apa mereka tidak memberitahumu tentang Appa?"
"Kenapa Appa? Apa yang terjadi dengan Appa?
"Jadi mereka sungguh-sungguh tidak memberitahumu. Appa tewas dalam kecelakaan itu, Appa sudah tidak ada, Shin Hye-ya."
"Mwo...?" suara Shin Hye pelan, kaget tak terkira.
"Sudah 40 hari lebih Appa dikebumikan, Appa meninggal di tempat kejadian kecelakaan." tambah Shi Hoo.

Ponsel dari tangan Shin Hye terjatuh, dan Sang Wook memejamkan mata menyaksikan semua itu.
"Shin Hye-ya, Shin Hye!" Shi Hoo memanggil-manggilnya, yang terdengar suara geduprak alat komunikasi itu menyentuh lantai dan jeritan samar-samar seorang wanita dari ujung sana.
Sambil menyeringai Shi Hoo mengasongkan ponsel itu kepada yang punya. Sang Woo menyambarnya dengan kasar dari tangan musuh bebuyutannya itu.
"Jadi kau menyembunyikan adikku di Busan, Sang Wook-ah?" ejeknya.
"Jangan kau sentuh Shin Hye! Atau kau mendekam dipenjara." ancam Sang Wook.
Shi Hoo tertawa. "Siapa yang kauancam dan siapa yang kau lindungi?"
"Aku tidak main-main dengan yang kukatakan."
"Kau ini menggelikan sekali, Sang Wook-ah! Apa lantaran kau mengetahui sesuatu yang aku tidak tahu? Yaitu... ayahmu dengan ayah Shin Hye adalah orang yang sama? Karena ibunya Shin Hye berselingkuh dengan ayahmu, hingga lahir Shin Hye. Dan sebenarnya Shin Hye adalah adik kandungmu bukan putri ayahku, itu makanya sejak kecil kau selalu melindunginya? Apa seperti itu, Sang Wook-ah?" ceracau Shi Hoo membuat seketika bogem mentah Sang Wook menyarang di wajahnya.

"Gyosu-nim, apa yang kau lakukan?" Chae Won menjerit melihat Shi Hoo terjungkal ke lantai.
"Katakan sekali lagi, aku tidak takut mendekam di dalam penjara karena membunuhmu." geram Sang Wook sambil kali ini mencengkram kerah kemeja Shi Hoo dan siap menghajar lagi wajah itu.
"Andwe, Gyosu-nim! Kendalikan diri Anda!" pekik Chae Won seraya menahan tangan Sang Wook yang melayang di udara.
"Biarkan aku menghancurkan wajahnya, Chae Won-ah. Orang ini tidak pantas hidup. Orang ini yang telah membunuh Hoejang-nim dan hampir membunuh adiknya sendiri." ucap Sang Wook.

Namun seketika Shi Hoo balas meninju wajah Sang Wook, cengkraman Sang Wook di lehernya pun lepas. Shi Hoo berusaha bangun dan balas menyerang Sang Wook. Di dalam ruangan kecil itu mereka lantas berduel. Chae Won yang semula berniat melerai, akhirnya ketakutan.
"Tolong! Teman-teman tolong! Gyosu-nim dan Park Sajang-nim sedang berkelahi di dalam. Tolong pisah mereka." Chae Won berteriak-teriak.
Beberapa orang dokter yang merupakan staf departemen bedah memasuki ruangan Sang Wook.

Sementara itu Shin Hye jatuh ke lantai menyusul ponsel yang terjatuh lebih dulu. Il Hwa yang menyaksikan menjerit seraya memburu. Yong Hwa pun mengikuti.
"Shin Hye-ya..." jerit Il Hwa. "Apa yang dikatakan Sang Wook, mengapa dia sampai pingsan begini, dokter?"
Yong Hwa mengambil ponselnya yang tergeletak di lantai dan melihat apakah masih terhubung. Benar masih terhubung, ia pun meletakannya di telinga. Ia akan memanggil Sang Wook namun suara Shi Hoo yang terdengar :

Jadi kau menyembunyikan adikku di Busan, Sang Wook-ah?

Jangan kau sentuh Shin Hye! Atau kau mendekam dipenjara.

"Gyosu-nim! Gyosu-nim....!" Yong Hwa memanggil-manggil Sang Wook. Namun sambungannya sudah terputus.
"Nona berbicara dengan kakaknya, Samo-nim. Tampaknya kakaknya memberitahukan fakta tentang Hoejang-nim."
"Yang berbicara dengan Shin Hye adalah Shi Hoo? Bukan Sang Wook?"
Yong Hwa mengangguk

TBC

Whispers IncarnateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang