13

466 109 8
                                    

"Jika aku tidak mau menolongmu, apa yang akan terjadi denganmu?" Yong Hwa menatap tajam.
"Sebetulnya tidak penting apa yang terjadi denganku, tapi kau sama dengan mendukung seseorang melakukan kejahatan."
"Kejahatan apa?" kejar Yong Hwa penasaran.
Shin Hye menghela napas. "Jika kuceritakan semua sama dengan aku membuka identitasku. Itu akan membuat wujudku hilang dari pandanganmu."
"Itu lebih baik bagiku. Ceritakan saja siapa kau ini sebenarnya! Setelah aku tahu siapa kau, aku akan membantumu dengan sedaya upayaku walau aku tidak melihatmu lagi." pinta Yong Hwa.
"Itu akan sangat sulit dan membahayakan dirimu. Aku tidak akan membiarkan kau dalam bahaya."
"Omong kosong! Tingkahmu sekarang pun sangat membahayakanku." cibir Yong Hwa.
"Aku beritahu kau satu hal, dokter. Dr Kwon bukan dokter biasa. Tidak ada salahnya kau lacak kematian mendiang kakekmu itu, siapa tahu kau menemukan kejanggalan."
"Hentikan! Apa kau juga mau mengatakan dr Kwon adalah Yong Pal?" hardik Yong Hwa kesal.
"Jadi kau pun sudah mendengarnya...?" Shin Hye terkejut. "Cepat sekali gosip itu beredar." gumamnya takjub.
"Jadi kau yang telah melemparkan gosip itu?" Yong Hwa menatap Shin Hye dengan tatapan menuduh.

"Neo babo-ya? Bagaimana aku bisa bergosip kalau wujudku saja tidak dapat mereka lihat?" dampratnya.
"Mungkin seseorang peka dengan bisikanmu seperti aku peka dengan penglihatanku."
"Nde, orang yang peka dengan pendengarannya itu juga adalah kau. Dan walau kau sudah melihat wujudku, kau tetap bebal, keras kepala dan hatimu sama sekali tidak peka. Apa kau tahu?" belalak Shin Hye galak.
"Kau tidak harus melotot seperti itu, matamu sudah sangat menyeramkan." teriak Yong Hwa seraya menutup matanya dengan jemari.
"Dasar pria buta gaya! Tidak tahu trend. Maka pantas koleksi pakaianmu pun kurang update." Shin Hye balas mencaci.

Mendengar gaya berpakaiannya diejek, Yong Hwa jadi ingat, semalam wanita ini telah dengan tidak sopan mengacak-acak lemarinya.
"Meski tidak update tapi pakaianku masih diterima dengan baik oleh mata orang-orang. Dan sekali lagi kau berani mengacak-acak isi lemariku, aku tidak akan mengampunimu." ancamnya tidak main-main marah.
"Mianhe!" Shin Hye menyeringai malu. "Tapi nanti aku akan ganti semua apa yang telah aku pakai itu... Sungguh!" janjinya sambil mengacungkan 2 jarinya.
"Kau selalu saja mengumbar janji. Bosan!" cemooh Yong Hwa sambil bangkit dari duduknya hendak pergi dari sana.
"Sungguh, aku sungguh-sungguh dengan janjiku!" teriak Shin Hye.
Yong Hwa tidak peduli, ia mulai melangkah meninggalkan atap.
"Kau akan pergi? Lalu bagaimana, apa kau mau menolongku?" teriakan Shin Hye semakin kencang. "Dr Jung! Jung Uisa-nim! Jung-ssi! Nae mogsoli an deullyeo?"
Dia terus berteriak-teriak tapi Yong Hwa tidak mengacuhkannya. Ia terus berjalan.
👥

Yong Hwa belum memberi Shin Hye kepastian mau membantunyakah atau tidak? Menjengkelkan sekali. Pria itu seperti sengaja jual mahal. Padahal Shin Hye sudah tidak sabar ingin segera memperlihatkan rekaman percakapan itu. Jika ia perlihatkan sekarang, itu sama artinya dengan dirinya membuka identitasnya. Sebab Yong Hwa nanti pasti akan bertanya, siapa pria yang bicara dengan dr Kwon? Ketika ia katakan itu adalah Park Shi Hoo dan apa hubungan mereka, maka wujudnya akan lenyap dari pandangan Yong Hwa.

Lalu seumpama ia berbohong supaya wujudnya tetap dapat dilihat Yong Hwa, esensi-nya ia tetap membuka jati diri. Akibatnya Yong Hwa mungkin saja nanti akan memberinya pertolongan tetapi bukan atas ketulusan hatinya lagi. Melainkan lantaran tahu siapa Park Shin Hye. Dan yang lebih penting lagi, dalam kondisi mereka tidak bisa saling berkomunikasi tentu semuanya akan sangat menyulitkan. Ia khawatir sebelum Yong Hwa berhasil, Shi Hoo mengetahuinya. Kondisi itu sangat membahayakan bagi Yong Hwa. Itu yang Shin Hye hindari.

Sementara itu benak Yong Hwa terasa semakin kacau. Ia sangat kaget dan bingung saat mendengar gosip tentang Yong Pal. Bahwa disinyalir dokter pujaannya~dr Kwon adalah Yong Pal. Lalu sekarang ia diminta untuk melacak kematian kakeknya yang sebelumnya memang ditangani dr Kwon. Hantu itu mungkin saja asal bicara begitu jengkel dengan dirinya yang tetap saja tidak mempedulikan permohonannya, tapi sekarang Yong Hwa jadi memikirkannya. Ia jadi selalu memikirkan dr Kwon, sebab orang-orang membicarakannya dengan begitu miring. Jangan-jangan selama ini hanya dirinya yang begitu kagum tanpa tahu kebenarannya. Dan jangan sampai kekagumannya itu membutakan matanya. Yong Hwa jadi khawatir sendiri.

Meski begitu terlalu sulit hatinya untuk membenci sosok dokter yang terlanjur sudah menjadi panutannya sejak lama. Ia hanya mendengarkan ketika orang-orang yang begitu membenci dr Kwon membicarakannya. Dan biasanya mereka langsung mengatupkan bibir saat melihatnya. Di mata mereka Yong Hwa adalah pengikut atau simpatisan wakil direktur. Mereka tidak berani sembarangan bicara tentang dr Kwon di dekat Yong Hwa. Hanya karena wakil direktur itu mengenali Yong Hwa sebab pernah menjadi dokter kakeknya, dan mereka berasal dari kota yang sama.

Lalu bagaimana hatinya akan sanggup membenci, lihat saja sikapnya yang sangat bersahaja itu! Siang itu wakil direktur baru itu memilih makan siang di kantin RS. Sontak saja semua mata jadi mengarah kepadanya. Bukan hal baru memang bagi petinggi makan di tempat makan umum tersebut, namun tetap saja mengagumkan sebab belakangan sangat jarang terjadi para petinggi sudi bergabung dengan para staf. Dan Yong Hwa yang berada di salah satu meja dengan teman-temannya tidak bisa menyembunyikan tatap kagumnya. Hal itu membuat Shin Hye yang juga berada disana membulatkan mata menatap pria bebal itu. Ia membuat gerakan mengangkat kedua jari tangannya yaitu jari tengah dan telunjuk yang diarahkan ke matanya lalu ia tunjukan pula ke mata Yong Hwa. Yang artinya Shin Hye sedang mengawasinya.

Yong Hwa mendelik, ia kesal sekali. Setelah menyelesaikan makannya ia pamit kepada teman-temannya untuk pergi lebih dulu. Melihatnya berdiri, Shin Hye pun turun dari atas meja yang didudukinya. Yong Hwa melangkah ke arah rak untuk meletakan nampan kosong bekasnya. Kembali dari rak ia menunggu wakil direktur yang baru selesai mengambil nasi lewat lebih dulu untuk mencari meja kosong. Ia membungkukan badan takjim sekitar 5 langkah lagi petinggi itu akan persis di hadapannya. Dan diantara wajahnya yang tersenyum kepada dr Kwon matanya meneleng Shin Hye yang sengaja berkacak pinggang hendak menghadang pria yang sangat dibencinya itu.
"Bigha!" bisiknya kepada hantu gothic itu.
Shin Hye malah menyeringai licik, ia seperti punya rencana jahat.
"Yong Hwa-nie, sudah makan?" terdengar dokter kharismatik itu bertanya dengan penuh perhatian kepada teman satu kampungnya tersebut. Wajah-wajah di belakang mereka mencibir mendengar itu.
"Nde, Pujang-nim. Sudah." angguk Yong Hwa.
"Geurae."
Ia hendak berbelok ketika tiba-tiba kaki Shin Hye menyandungnya, tubuh Kwon Sang Woo limbung dan lalu nampannya jatuh ke lantai, nasi dan lauknya berhamburan. Tubuhnya sendiri nyungsep ke sela-sela kursi.
Yang melihat serempak berseru kaget, sedangkan Yong Hwa menganga mulutnya. Lantas ia menuding Shin Hye yang sedang bertepuk tangan kegirangan. Ia ingin berteriak memaki hantu gila itu, tapi sekarang semua mata mengarah padanya. Satu-satunya orang yang ada disana hanya dirinya, berdiri pada jarak yang hanya selangkah saja. Siapa lagi yang pantas jadi tertuduh selain dirinya.

Akhirnya Yong Hwa memburu dr Kwon untuk menolong. Tapi dokter itu yang juga mencurigainya telah menyandung kakinya menolak ia tolong, Sang Woo bangun dengan wajah merah padam menatap Yong Hwa. Antara marah dan malu berbaur di parasnya yang rupawan.
"Mianhamidha! Mianhamidha, Pujang-nim! Sungguh tidak disengaja..." Yong Hwa membungkuk-bungkukan badan sangat dalam memohon ampun.
"Apa kau tadi menyandungku?" tanya Kwon Sang Woo.
"Tidak disengaja, Pujang-nim. Mohon maaf! Biar aku ambilkan lagi nasinya." ringis Yong Hwa sambil tak henti membungkuk.
"Tesseo. Napsu makanku sudah hilang." pria itu mengibaskan nasi dan sayur yang tumpah ke jas mahalnya. Setelah itu dia melangkah pergi sambil mata mendelik kepada Yong Hwa.

TBC

Whispers IncarnateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang