24

379 117 10
                                    

Merasa sangat frustasi Shi Hoo meminta rapat luar biasa para pemegang saham dipercepat, tapi jawaban yang didapatnya mengejutkan. Bahkan nyaris membuatnya semaput. Ayah Ha Ji Won, yang adalah pemegang saham kedua terbesar setelah ayahnya, malah memperdengarkan rekaman percakapannya dengan Kwon Sang Woo tentang rencananya untuk membunuh Shin Hye setelah meminta tanda tangannya. Lengkap dengan kondisi koma Shin Hye yang disengaja serta keberadaannya bukan di Amerika. Shi Hoo melotot dibuatnya. Darimana rekaman itu berasal? Apakah ada yang memata-matainya selama ini? Atau mungkin ini kelakuan Sang Woo mengkhianatinya? Sebab hanya mereka berdualah yang tahu tentang itu, tidak yang lainnya. Napas Shi Hoo sampai terasa sesak.

Setelah bertemu dengan wakil dari para pemegang saham, Shi Hoo langsung memanggil Sang Woo. Raut wajahnya tidak bisa digambarkan, antara takut dan sangat marah. Dan langsung saja ia melancarkan tuduhan kepada anteknya itu.
"Apa kau yang telah dengan sengaja merekam pembicaraan kita lalu memberikannya kepada para pemegang saham? Apa yang kau inginkan sebenarnya?"
Sang Woo mengernyit. "Maksud, Sajang-nim?"
"Tn Ha memperdengarkan rekaman pembicaraan kita, sehingga dia tahu semua rencana kita. Apa yang kita lakukan kepada Shin Hye, dan semuanya..."
"Rekaman pembicaraan kita?" Sang Woo kaget tak terkira. "Bagaimana bisa, Sajang-nim?" kernyitnya semakin dalam.
"Itu yang ingin kutahu. Siapa yang diam-diam merekam pembicaraan kita? Apa bukan kau, dokter?"

Sang Woo menyeringai sinis. "Apa aku ingin membunuh diriku, Sajang-nim? Tentu saja bukan." tepisnya keras, kesal telah dicurigai sebagai pengkhianat.
"Kalau begitu siapa yang melakukannya? Kau tahu, rapat para pemegang saham itu sekarang pasti akan mempertimbangkanku untuk dipilih menggantikan Abeoji."
"Jadi karena pembicaraan kita bocor yang membuat orang-orang itu menculik adik Anda?"
"Eoh, orang itu pengkhianat." maki Shi Hoo marah.
Sang Woo terdiam.
"Kalau bukan aku yang terpilih untuk menggantikan Abeoji, adikku pun jangan. Jadi tidak ada pilihan lain sekarang, dr Kwon. Selain temukan Shin Hye, lalu bunuh dia." serunya dengan rahang gemeretak. "Oleh sebab itu temukan cepat, dokter siapa yang telah membawanya lari!" tambahnya.

Sang Woo menatap wajah Shi Hoo. "Apa Anda yakin yang menculik Nn Park dokter RS Dong Il?"
"Diantara Sang Wook, Pil Mo Hyung dan Ji Won tidak ada yang kau curigai?" Shi Hoo balas menatap.
"Nde."
"Neo babo-ya? Untuk membuatmu curiga, apa mereka harus melapor padamu? Tentu saja mereka akan membuat semuanya tampak normal untuk menghilangkan jejak. Kau yang harus lebih sensitif dengan gerak-geriknya, harus cerdas, dr Kwon. Arrachi?" teriak Shi Hoo.
Sang Woo tidak bersuara tapi wajahnya tampak tersinggung.
"Kalau masuk penjara jelas aku tidak sendiri, tapi denganmu yang telah membuat Shin Hye terus tertidur. Sebaliknya jika aku mendapatkan posisi yang kuinginkan, kau akan bergeser lagi dari posisimu sekarang. Yaitu semakin naik. Kau akan menjadi penguasa RS Dong Il. Itu kompensasi yang sangat tinggi. Jadi cerdaslah! Buka mata dan telingamu lebar-lebar!" Shi Hoo menekan. "Disamping itu bila kau tidak mengerahkan kemampuanmu untuk menemukan Shin Hye, aku tidak bertanggung jawab lagi atasmu. Aku akan menyerahkanmu kembali kepada ketua gangster Teratai. Mungkin mereka akan mencincang batok kepalamu, aku tidak peduli. Tolong kau pikirkan itu!" bisik Shi Hoo di telinga Sang Woo.
Dokter itu pun hanya memejamkan mata.
👥

Malam itu Sang Wook mampir untuk menengok Shin Hye sepulang dari RS. Ia membawa nasi untuk Yong Hwa.
"Kau pasti lapar dan tidak bisa pergi untuk membeli makanan, jadi aku membelikanmu ini." ucapnya sambil menyerahkan kantong plastik.
"Kamsahamnidha!" angguk Yong Hwa.
"Besok aku suruh ajhumma datang kesini, supaya kau bisa makan dengan layak."
Yong Hwa tersenyum sambil membuka kantong plastik itu. Sang Wook lalu memeriksa Shin Hye.
"Kadar eter yang ditemukan di dalam darahnya siang tadi nyaris 60%, aku kira baru besok Shin Hye bisa siuman." oceh Sang Wook sambil mengatur tetesan infus. "Biasanya dr Kwon menambahnya lagi pada sore hari untuk membuat Shin Hye terus seperti ini. Kasihan kau, Gadis nakal! Oppa sangat bersalah padamu. Mianhe!" Sang Wook membelai rambut Shin Hye, lalu menatap lembut wajahnya yang terpejam.

"Apa Gyosu-nim benar cinta pertamanya?" Yong Hwa yang sedang menikmati makanan dan menatap apa yang dilakukan Sang Wook melempar tanya, membuat pria itu menolehnya dengan senyum tipis.
"Kau tahu? Siapa yang bilang?" tanyanya sambil menghampiri.
"Dia sendiri yang mengatakannya padaku." tutur Yong Hwa polos.
"Dia...?" kening Sang Wook mengernyit.
"Maksudku, beliau... Nn Park." Yong Hwa segera meralat panggilannya untuk Shin Hye.
"Apa kalian saling kenal? Dimana kau mengenalnya, Yong Hwa-ya?" Sang Wook jelas terkejut. Setahunya Shin Hye sangat jarang berada di Seoul, dia bolak-balik melulu ke luar negeri. Apalagi main-main ke RS, lebih jarang lagi.
"Mh...." Yong Hwa tersedak lalu terbatuk-batuk. Keceplosan bicara. Pasti Sang Wook terkejut. "Tentu saja kami tidak saling kenal, Gyosu-nim. Benar aku tidak kenal dengan beliau." elak Yong Hwa gugup, lalu hatinya mengutuki kebodohannya.

"Tunggu, kalau kau tidak kenal dia, darimana kau tahu aku cinta pertamanya? Tidak ada yang tahu tentang ini kecuali orang dekat kami." Sang Wook menatap mata Yong Hwa lekat, begitu penasaran.
Yong Hwa tersenyum masam. "Aku hanya asal tebak saja, Gyosu-nim. Melihat Anda begitu penuh perhatian terhadap beliau, lebih dari seorang kakak."
"Tidak, Yong Hwa-ya. Kau pasti mengenalnya. Kalian pasti saling kenal. Apa kalian teman SMA?"
"Aniyo, aku SMA di Busan, Gyosu-nim. Aku tadi salah bicara."
"Ani. Aku tidak percaya kau salah bicara. Apa kau menyembunyikan sesuatu yang harusnya aku tahu? Ayo ceritakanlah!" Sang Wook menarik kursi di depan Yong Hwa.
"Aku sedang makan. Bukankah Gyosu-nim membawa ini untukku?" Yong Hwa pun terus mencoba mengelak.
"Kau bisa bicara sambil makan. Pelan-pelan saja bicaranya." Sang Wook juga memaksa.
Yong Hwa akhirnya diam, pura-pura konsentrasi menyantap nasi putih dengan bulgogi, menyumpit irisan bawang bombay helai demi helai sengaja mengulur waktu. Sang Wook pun dengan sabar menunggu. Tidak bisa mendesak.

Tanpa menghabiskannya akhirnya Yong Hwa menyudahi makannya. Sang Wook duduk tepat di depannya menunggu, tidak enak makan sambil ditonton begitu rupa. Ia meneguk air mineral dan merapikan bekas makan. Tidak punya pilihan selain bercerita.
"Geurae, mulai cerita!" pinta Sang Wook. "Pasti ada hubungannya dengan rekaman yang kau berikan itu. Mengapa kau yang memilikinya?"
"Tapi Gyosu-nim pasti tidak akan percaya." terka Yong Hwa.
"Aku memang tidak terlalu tahu kegiatan Shin Hye dalam 2 tahun terakhir. Yang kutahu dia sering bepergian keluar kota, mungkin saat itu kalian bertemu di Busan misalnya. Sangat bisa."
"Pertemuan kami tidak normal, Gyosu-nim. Dan mungkin setelah sadar nanti Nn Park malah tidak akan mengenaliku lagi."
"Kenapa bisa begitu?" kening Sang Wook mengernyit.
"Karena kami memang tidak saling kenal."
"Aku tidak paham. Katakan lebih jelas agar bisa kumengerti."
"Awalnya yang beliau cari itu Anda, Gyosu-nim. Pada hari ke-40 beliau koma. Namun sulit bertemu dengan Anda, dan malah bertemu denganku. Seperti itu awal kisahnya."

Penjelasan itu malah membuat Sang Wook makin mengernyit. "Dia mencariku? Maksudmu dia datang ke RS dan mencariku?"
"Rohnya, Gyosu-nim. Atau jiwa Nn Park mencari Anda pada hari ke-40 beliau koma." Yong Hwa memperjelas informasinya. Tapi tetap saja kening Sang Wook mengernyit.
"Maksudmu... Kau ini orang pintar yang bisa melihat roh?" kali ini mata Sang Wook melotot.
"Aniyo, bukan begitu. Aku pun tidak paham kenapa bisa melihatnya datang ke RS padahal beliau dalam kondisi koma seperti itu di rumahnya."
Sang Wook terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aniyo, aku tidak percaya cerita seperti itu. Itu hanya ada di dalam dongeng. Roh seorang yang sedang koma keluar dari jasadnya. Maldoandwe." Sang Wook menyanggah dengan keras.

TBC

Whispers IncarnateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang