3

559 112 7
                                    

Shin Hye mengikutinya, Yong Hwa melihatnya sudah berdiri di tepi kakinya.
"Kau bisa mencelakai dirimu sendiri bila terus ketakutan seperti ini, dokter." peringatnya santai.
"Apa kau hantu?" tanya Yong Hwa menarik kakinya.
"Yang jelas aku ini bukan orang jahat."
"Kalau kau hantu, apa tujuanmu menampakan diri padaku?" diantara ketakutannya yang sangat Yong Hwa berusaha bertahan dengan mencari tahu tujuan hantu itu menampakan diri padanya. Siapa tahu dia adalah pasien yang gagal ia selamatkan. Dirinya harus meminta maaf jika memang benar demikian.
"Nanti pun kau akan tahu sendiri tentang itu. Sekarang aku hanya memastikan bahwa kau bisa melihatku. Dan itu sangat melegakan. Kalau begitu aku akan pergi sekarang. Nanti kita akan sering bertemu. Sampai jumpa, dokter!" Pffff...! dia lenyap seketika dari pandangan.
"Ooaahhh..." Yong Hwa berteriak ngeri menyadari gadis berwajah cantik sekaligus seram itu menghilang begitu saja tak ubah hantu.

Malam itu Yong Hwa sama sekali tidak bisa tidur meski awalnya sangat lelah dan mengantuk. Matanya sulit dipejamkan. Ia sangat mengingat yang dikatakan hantu itu tadi : kita akan sering bertemu. Kalimat tersebut membuat kuduknya meruap. Artinya mereka akan bertemu lagi? Ingat pula dengan ucapan dia sebelumnya : aku sudah sering keluar masuk rumah ini.
Astaga! Ini lebih menakutkan lagi, jadi dia telah berulang kali memasuki rumahnya tanpa dirinya ketahui? Lantas kapan waktunya? Apa saat dirinya tidak ada? Atau seperti tadi, saat dirinya ada di rumah namun tidak bisa melihatnya... Yong Hwa berteriak-teriak ngeri di balik selimut.

Matanya baru dapat terpejam saat langit mulai remang. Karena lelah tak urung dirinya tertidur. Tapi tidak lama suara smartphone-nya menjerit-jerit. Yong Hwa mencari tasnya. Kepala perawat Yun yang memanggil, mempertanyakan keberadaannya. Saat menengok jam sudah pukul 10 pagi. Tapi Yong Hwa merasa tubuhnya tidak fit, kepala pening dan suhu tubuhnya tinggi.
"Aku sepertinya tidak akan masuk kerja hari ini, Suster. Kepalaku sakit dan demam. Pasienku bisa dititipkan kepada dr Lee Jin Ki saja. Nanti aku beritahu dia." ujarnya seraya meringis menahan pusing.
"Ya, baiklah dokter. Akan saya sampaikan."
"Terima kasih, Suster kepala."

Hari itu Yong Hwa tidak masuk kerja karena sakit setelah semalam mengalami hal mencekam sehingga membuatnya tidak bisa tidur. Setelah makan roti dan minum obat dia tertidur lagi sangat pulas hingga tidak mengetahui pergantian langit dari terang ke gelap. Saat bangun tubuhnya terasa fit dan segar. Sadar malam itu dirinya akan lama mengantuk, ia memilih pergi dari rumah. Dan ia pergi ke rumah Jin Ki.

Rumah sahabatnya itu hanya 2 blok dari rumahnya. Rumah yang mereka tinggali adalah rumah dinas para dokter. Dan Jin Ki agak heran dengan kedatangannya.
"Bukankah kau sakit? Apa sekarang sudah baik?" tanyanya dengan wajah tampak lelah.
"Eoh, setelah minum obat dan banyak tidur."
"Itu bukan sakit, hanya kelelahan." komentarnya seraya meneguk soft drink.
"Tapi demam dan kepala sakit sekali."
"Apa kau habis minum?"
"Aniyo. Semalam aku tidak tidur, baru pagi-pagi mataku bisa terpejam."
"Kau mengerjakan jurnal?"
"Bukan, aku..." Yong Hwa tidak lanjut, mungkin Jin Ki akan mentertawakannya jika ia ceritakan apa yang menyebabkannya tidak tidur kemarin malam. "Apa pasienku baik-baik saja? Maaf, aku jadi merepotkanmu." ia membelokan pembicaraan.
"Eoh, tapi besok aku harap kau masuk kerja. Aku meng-handle banyak pasien sendirian tadi." nada suara Jin Ki terdengar jengkel.
"Wheo? Yang lain kemana? Jong Suk, Yun Park, Young Kwang Hyung?" Yong Hwa mengernyitkan dahi.
"Yun Park di IGD, Young Kwang Hyung pergi ke seminar. Kau tahu sendiri putra kepala departemen anak itu, dia itu ikon. Bukan untuk repot seperti kita." cibir Jin Ki kesal.
"Aigo...!" Yong Hwa mengusap keningnya. "Maaf, Jin Ki-ya. Aku jadi merepotkanmu." Yong Hwa menyesal.
"Tesseo. Karena kau sakit. Besok makanya jangan sakit."
"Eoh!"

Malam itu Yong Hwa menginap di rumah Jin Ki dengan alasan saluran pembuangan di kamar mandinya macet. Ia benar-benar tidak mau melewati malam sendirian di rumah dinasnya. Ia takut makhluk itu datang lagi.
Besoknya ia bekerja seperti biasa. Diawali dengan berkeliling melihat pasien-pasiennya, lalu menerima konsul dari pasien-pasien pre op. Hari itu ia tidak masuk kamar bedah karena memang tidak ada jadwal untuknya. Yong Hwa sedang berjalan menuju stasiun perawat ketika seseorang memanggilnya.
"Jung Uisa-nim!" suara wanita.
"Nde." jawabnya sambil melirik ke arah datangnya suara.
Seorang wanita dengan tampilan mencolok melangkah ke arahnya. Kemeja gombrong, makeup eksentrik, seperti hendak melakukan peragaan busana dengan tema "dark" atau kegelapan. Penampilannya itu mengingatkan Yong Hwa dengan penyanyi Kanada Avril Lavigne. Selalu menggunakan eyes shadow warna gelap, begitu pula olesan bibirnya. Seketika Yong Hwa "connect" wanita dengan penampilan seganjil itu adalah makhluk yang ia hindari.

Kuduknya tiba-tiba meruap. Tanpa bicara lagi ia langsung melangkah pergi.
"Jakanman-yo! Jung Uisa-nim!" dia pun mengejarnya.
Yong Hwa masuk ruang dokter departemen bedah, ia langsung berbaur disana~dengan yang tengah berdiskusi, tidak menuju mejanya sendiri. Wajahnya tampak pucat.
"Apa kau masih sakit, Yong Hwa-ya?" tanya Chae Won~seniornya, melihat wajahnya tidak berdarah.
"Aniyo, Sunbae-nim. Aku sudah baik." senyumnya.
"Minum suplement, dokter itu harus terlihat bugar walau pekerjaan menguras tenaganya." sambar Joo Sang Wook~wakil kepala departemen bedah, turut menasehatinya.
"Nde, aguesmidha, Suseong-nim!" bungkuk Yong Hwa.

Meski turut memasuki ruangan para dokter, tapi yang lain tidak melihat kehadirannya. Bahkan Yun Park yang baru masuk dan hampir menabraknya, tidak melihat. Di ruangan dengan meja besar untuk rapat dan banyak kursi itu seperti tidak ada yang aneh. Yong Hwa makin menggigil, karena ternyata hanya dirinya saja yang mampu melihat makhluk itu. Atau hanya kepadanya saja makhluk kasat itu menampakan diri. Ini sangat menakutkan. Di ruangan itu dia tidak melakukan apa-apa, sebab Yong Hwa berada di tengah-tengah orang banyak. Dia hanya berdiri memandangi orang-orang disana. Riasan smokey eyes-nya membuat tatap matanya tampak menyeramkan. Ditambah dengan bentuk matanya sendiri yang bulat besar, saat menggerakan pupil matanya, dia seperti hendak menerkam. Yong Hwa menundukan wajah dalam-dalam menghindari tatapan matanya. Tapi kemudian orang-orang menyudahi diskusi dan melangkah ke mejanya masing-masing, Yong Hwa pun mau tidak mau menuju mejanya.

Dan seperti yang dirinya duga, saat ia duduk terpisah dari yang lain, makhluk itu menghampirinya. Yong Hwa memejamkan mata berusaha tidak membuat gerakan aneh seperti menjerit atau tingkah ketakutan lain.
"Kenapa kau menghindariku, dokter? Aku hanya ingin menyapamu." ujarnya membuat tubuh Yong Hwa gemetar sebab dia berada tepat disampingnya.
"Lebih baik aku tidak disapa olehmu." tukas Yong Hwa dengan suara bergetar.
"Aku ingin bersikap sopan padamu."
"Andwe!" teriak Yong Hwa spontan. Seketika teman-temannya melirik, tapi segera ia menyambar smartphone lalu ia letakan di kuping. Seolah sedang bicara di telepon. "Tidak usah... Tidak usah bersikap sopan padaku. Bahkan tidak perlu menampakan diri padaku. Jebal!" ringisnya memohon.
"Tenang, dr Jung! Kau tidak harus ketakutan seperti itu. Sudah kubilang aku tidak akan menjahatimu."
"Aku bukan takut kau jahati, tapi aku sangat takut melihat wujudmu. Bisakah kau menghilang saja dari penglihatanku?"
"Tentu saja tidak. Aku menunggu hal ini sudah cukup lama. Menunggu seseorang yang bisa melihat wujudku. Kau tahu berapa lama aku menunggu? Selama 40 hari."
Yong Hwa memejamkan mata. "Aku tidak peduli. Menghilanglah lagi, jebal!"

Menyadari hanya dirinya saja yang bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat yang lain, meski di tengah-tengah banyak orang, tetap saja Yong Hwa merasa ketakutan. Dan mulutnya terasa kelu untuk bicara pada yang lain tentang apa yang dialaminya itu. Sulit untuk menjelaskan. Bisa-bisa dirinya malah disangka berhalusinasi atau gila. Tapi sungguh, walau mahkluk itu berulang kali mengatakan tidak akan menjahatinya, ia tetap merasa takut.

TBC

Whispers IncarnateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang