9

445 104 18
                                    

Air mata Shin Hye menetes mendengar ucapan itu. Sejak awal dirinya tahu siapa dalang dibalik dirinya tetap koma, bukan orang lain. Tapi kakaknya sendiri. Kakak tirinya. Yang juga telah membunuh ayah mereka berkedok sebuah kecelakaan. Ia tahu namun tidak bisa memberitahu siapa pun. Sebab dirinya dalam kondisi koma. Dan sekarang ia sedang berusaha mencari bukti untuk ditunjukan pada orang-orang. Ia butuh alat sadap itu untuk merekam bukti percakapan mereka. Semua itu tidak bisa ia lakukan sendiri melainkan melalui raga seseorang. Dan meski tahu sejak awal Shi Hoo ingin melenyapkannya, tak urung ia sedih kala mendengar Shi Hoo memerintahkan orang untuk menghabisinya.
"Kau menangis, Son-nim?" usik Angeline menatap wajahnya.
"Eonni, bisakah kau menolongku lagi?" pinta Shin Hye.
"Mwoga?"
"Tolong ambilkan bila menemukan sesuatu di meja bekas mereka. Mungkin bentuknya botol kecil atau sebuah kemasan obat... sesuatu seperti itu, lalu kau simpan. Nanti berikan padaku. Eoh?" pintanya seraya melepaskan alat sadap dari kupingnya. "Sementara alat ini aku pinjam."
"Kau sudah mau pergi?"
"Eoh. Aku tidak kuat lagi mendengar pembicaraan mereka." Shin Hye melangkah dari balkon, tapi pintu private room Cathleya tiba-tiba terbuka, pada jarak sekitar 2 atau 3 meter dari jaraknya berdiri. Sejenak Shin Hye yang sembunyi di tubuh Yong Hwa itu panik. Shi Hoo mungkin tidak akan mengenalinya sebab dia tidak mengenal Yong Hwa, tapi Sang Woo pasti mengenalnya. Bahaya jika memergokinya.

Dalam kondisi panik itu tidak ada yang bisa dilakukannya selain menarik tangan Angeline, lalu menyeretnya ke dinding dan menciumnya. Benar saja, Shi Hoo dengan Sang Woo beriringan keluar dari private room, wajah mereka sama-sama menoleh ke balkon, melihat ada orang disana. Shi Hoo menyeringai melihat pria di balkon sedang mencium seorang kupu-kupu malam.
"Nde, untuk itulah dia hadir di klub. Supaya kalian bisa menikmatinya." komentarnya usil.
Sedang Sang Woo hanya menoleh tanpa suara, lalu mengikuti langkah tuan besarnya meninggalkan private room. Setelah bayangan keduanya tidak tampak, baru Shin Hye melepaskan Angeline.
"Mianhe, Eonni." ucapnya.
"Gwenchana. Aku menikmatinya, Son-nim." senyum wanita penghibur itu seductive "Tolong jangan bilang Nn Park, eoh? Dia bisa membunuhku kalau tahu aku tidak menolak ciuman kekasihnya." pintanya seraya jemarinya mengusap bibir Yong Hwa yang memerah terkena liptint-nya.

Shin Hye ingin muntah, tapi daripada ditemukan Sang Woo. Ia segera melangkah ke private room yang ditinggalkan kedua tamu itu bersama Angeline. Shin Hye memeriksa meja, siapa tahu ada sesuatu yang ditinggalkan kakak dan anteknya itu, sedangkan Angeline mangamankan alat sadap yang ia letakan dibawah tempat es batu. Tindakan ceroboh yang mengundang bahaya. Untung selamat karena benda kecil itu tidak ditemukan oleh mereka, begitu serius keduanya membahas rencana-rencana liciknya. Dan keuntungan lain karena Shi Hoo mengenalnya jadi tidak akan mencurigainya macam-macam. Yang tidak dipahami, Angeline percaya begitu saja kepada orang yang baru dikenalnya yang mengaku sebagai pacar tamu tetap klub. Park Shin Hye. WTS itu tiba-tiba merasa dekat dengan Yong Hwa sehingga tidak merasa dengan orang baru dikenalnya.

Shin Hye memindai dengan cermat tempat itu. Terutama di sekitar meja dan kursi juga asbak. Tapi bersih, tidak ditemukan apa pun. Dan ia akan meninggalkan tempat itu kala Angeline berseru sesuatu.
"Ighe mwoya? Uisa-nim, lihat botol kecil ini!" dari dalam tempat es batu dia mengambil botol sangat kecil, seperti bekas obat.
"Berikan padaku!" Shin Hye segera merebutnya. Setelah mengamatinya sejenak ia mengamankannya di dalam saku coat-nya bagian dalam.
"Perfect, Angel-ah! Ini yang kucari. Tidak sia-sia usahaku malam ini. Thank's untuk bantuannya, Eonni." Shin Hye tampak gembira menemukan benda yang akan sangat berguna untuk dijadikan petunjuk bagi orang-orang akan kejahatan Park Shi Hoo terhadapnya.
"Apakah kau akan pulang sekarang, Son-nim?" tanya Angeline seperti yang berat akan ditinggalkan oleh Yong Hwa.
"Nde, najung-e bwayo!"
"Geurae. Hati-hati di jalan!"
"Eoh."
Shin Hye berwujud Yong Hwa itu menuju pintu keluar klub.

Whispers IncarnateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang