Shin Hye menempati sebuah bangku di bawah pohon. Yong Hwa mengikuti. Sedang sekretaris pergi membeli ice cream seperti yang diperintahkannya. Seperti yang dikatakannya mereka akan meniru anak TK.
"Apa kau akan sangat sibuk akhir pekan ini, dr Jung?" tanyanya membuka percakapan.
"Geuseo, wheo?"
"Sejak kita pulang dari Busan, kau belum kesana lagi?"
"Belum. Aku sibuk mengisi jadwalku yang ditinggal cuti, jadi belum sempat kemana-mana."
"Aku ingin kesana, apa kau mau mengantarku?"
"Kapan?"
"Besok."
"Besok?" Yong Hwa menoleh Shin Hye.
"Ye, aku ingin bertemu Eommoni. Kau tahu kenapa?"
"Heojang-nim merindukan ibuku."
"Salah satunya. Ada alasan lain kenapa aku ingin sekali kesana."
"Alam di sana indah."
"Iya, tapi juga bukan alasan utamaku."
"Lalu apa alasan utamanya?" Yong Hwa sangat penasaran.
"Dadaku terasa sesak. Eommoni bilang, kalau dadaku terasa sesak aku disuruh segera menemuinya."
"Apa yang menyebabkannya sesak?" tatap Yong Hwa.Shin Hye menghela napas sebelum menjawab.
"Jabatanku ini. Aku merasakan dadaku sangat pepat sejak hari pelantikanku. Sesungguhnya beban ini terlalu berat untuk kutanggung, dan semula aku pikir Shi Hoo Oppa-lah yang akan mengambilnya. Tidak kusangka malah aku yang ditunjuk oleh para pemegang saham dan kemudian dilantik. Dan walau berat aku tidak bisa melepaskannya lagi, sebab aku pun merasa bertanggung jawab dengan banyak kepala yang menggantungkan hidup kepada keberlangsungan Dong Il. Jadi sejak aku dilantik, aku merasakan dadaku sesak setiap bangun tidur untuk melewati hari." jabarnya dengan raut wajah yang tidak bisa disembunyikan adalah penuh beban.
"Bila begitu cepatlah pergi ke Busan, mudah-mudahan alam disana mampu melegakan dada Hoejang-nim." dukung Yong Hwa.
"Kau mau temaniku?" Shin Hye menatap.
"Aniyo."
"Wheo?"
"Tidak bisa bila besok, tapi aku akan beritahu Eomma dan Appa supaya jangan pergi kemana-mana sebab Hoejang-nim akan datang."
"Kau tega mengabaikan aku demi pekerjaanmu?"
"Bila weekend aku bisa mengantar Heojang-nim. Tapi jangan awal minggu seperti besok."
"Seperti yang kukatakan tadi aku punya otoritas penuh untuk membuat keputusan apa pun dan dimana pun. Sebab aku pucuk pimpinan dari Dong Il dan seluruh anak perusahaannya."
"Tolong jangan pergunakan otoritas Hoejang-nim itu di departemen kami. Aku sudah membuat janji dengan beberapa pasien, dan itu tidak bisa diganti orang. Apalagi sebelumnya aku sudah mengambil cuti agak lama, aku sungguh tidak bisa lagi memberikan jadwalku untuk diisi dokter lain. Mohon Hoejang-nim memahaminya!" hiba Yong Hwa memohon pengertian.
"Bila begitu sama artinya dengan kau tidak menganggap penting masalahku."
"Hoejang-nim bisa pergi ke Busan dengan diantar siapa saja. Tapi jadwalku sampai hari jumat sudah padat. Aku meng-handle beberapa jadwal teman yang tidak bisa bekerja karena beberapa alasan. Jadi aku sungguh tidak bisa tidak masuk..." Yong Hwa pun tidak bisa dibujuk.Shin Hye terlihat menghela napas lagi.
"Mianhamidha!" pinta Yong Hwa menggosokan kedua telapak tangannya.
"Geurae, aku akan pergi dengan Immo saja. Tapi kau pastikan Eommoni tidak pergi. Supaya perjalananku tidak sia-sia."
"Nde. Dan aku akan menyusul begitu pekerjaanku selesai." janji Yong Hwa. Shin Hye tidak memberi tanggapan.Bersamaan dengan itu ice cream datang, tapi Shin Hye sudah kehilangan selera untuk menikmatinya. Sebab keinginannya ditolak Yong Hwa dan sebalnya ia tidak bisa mempergunakan otoritasnya memecat staf departemen bedah yang mengatur jadwal dokter-dokter di sana. Lantaran alasan Yong Hwa masuk akal. Karena mengurusnya, tempo hari Yong Hwa terpaksa mengambil cuti cukup lama. Dan sekarang barangkali giliran teman-temannya yang berhalangan, maka Yong Hwa harus meng-handle jadwal teman-temannya. Cukup fair. Masalahnya dulu itu Yong Hwa dan Sang Wook sembunyi-sembunyi saat menyelamatkannya, sebab sama bahaya bila tidak demikian.
"Karena kau mengecewakan, aku jadi malas melanjutkan makan ice cream seperti anak TK denganmu. Aku akan pulang saja sekarang. Jangan lupa beritahu Eommoni, besok aku akan datang. Eommoni juga masih punya utang memasak bayi gurita buatku." sungutnya seraya bangun dari duduknya.
"Nde, pasti disampaikan. Dan aku janji weekend nanti menyusul." tukas Yong Hwa.
"Terserah."
Mereka beriringan menuju mobil kembali.
👥Hari itu Shin Hye pergi ke Busan mempergunakan jet pribadi. Dengan diantar beberapa pengawal dan Immo. Sekretaris tidak turut serta sebab bukan untuk dinas. Dan ada fakta yang baru diketahuinya tentang keluarga Jung yang tak ayal membuatnya tercengang, bahwa hotel bintang 5 yang berdiri megah di pesisir pantai Haeundae adalah milik keluarganya. Ayahnya yang selalu berpenampilan sederhana itu rupanya direktur hotel dengan jumlah kamar seribu lebih itu. Shin Hye ternganga dibuatnya. Mengingat keluarga itu sangat sederhana dalam kesehariannya. Padahal untuk seantero Busan mereka itu chaebol.
Shin Hye mengetahuinya ketika tiba di bandara yang menjemputnya adalah sedan mewah milik salah satu hotel bintang 5 yang berderet di sepanjang pesisir pantai Haeundae.
"Selamat datang di Busan, apakah Anda Komisaris Park dari Dong Il Group?" tanya sopir sambil berdiri sangat sopan di hadapan Shin Hye dan Immo.
"Masmidha. Ajhussi menjemput siapa?" tatap Shin Hye.
"Bapak direktur menyuruh saya untuk menjemput Nona berdua."
"Direktur? Sepertinya Ajhussi salah orang. Pengawalku sedang mengambil mobil. Kami tidak reservasi hotel." tepis Shin Hye.
"Namun betul, direktur Haeundae Beach Hotel menyuruh saya untuk menjemput dan mengantar Anda ke rumahnya langsung." jelas ajhussi.
"Maaf, orang yang Ajhussi maksud pasti bukan kami." Shin Hye keukeuh menolak.Tiba-tiba ajhussi itu merogoh saku pakaiannya mengeluarkan ponsel. Lalu menghubungkannya dengan seseorang, setelah tersambung dia menyerahkan ponsel itu kepada Shin Hye.
"Silakan Nona berbicara dengan Bapak Direktur!" perintahnya.
Shin Hye meski dengan setengah ragu menerimanya. Dan menatap layar smartphone sopir, sebab rupanya dia menggunakan panggilan video. Di layar itu tampak wajah ayahnya Yong Hwa yang tersenyum sambil menatapnya. Terdengar pula suaranya.
"Annyong, Park Shin Hye Hoejang-nim."
"Abeoji...?" sapa Shin Hye kikuk. Sebab orang tua itu tampil rapi dengan stelan jas dan dasi.
"Maaf, Abeoji tidak bisa menjemputmu. Sedang ada rapat. Kau pulanglah dengan Ajhussi. Eommoni sudah menunggumu di rumah."
"Nde, silakan dilanjutkan rapatnya, Abeoji." Shin Hye menganggukan kepala lalu menyerahkan kembali ponsel kepada ajhussi sopir.
Kemudian ia seperti orang linglung.
"Whe geudae?" Immo yang sama kaget menatapnya penasaran.
"Apa selama ini Immo tahu ayah dr Jung itu direktur hotel?" tanya Shin Hye.
"Ani, Immo juga baru tahu."Ajhussi sopir mulai mengangkut tas milik mereka ke dalam bagasi. Masih dengan sisa kaget mereka pun menaiki mobil, Shin Hye tidak menolak menaiki mobil itu meski mobil yang dikemudi pengawalnya ada di belakang mobil itu. Dan di dalam mobil hotel mereka banyak tanya kepada sopir.
"Sebelum ke rumah bisakah mampir sebentar ke hotel, Ajhussi?" pinta Shin Hye yang tak habis penasaran dan antara percaya dan tidak percaya.
"Nde, aguesmidha."
Tiba di hotel pun tingkah Shin Hye seperti orang bego, melanga melongo seperti yang baru pertama kali menginjakan kaki di hotel. Dan gedung megah itu membuatnya takjub.
"Jadi dokter itu pewarisnya?" bisiknya dalam hati tetap tidak percaya. Hanya singgah di resepsionist, melihat-lihat kemudian keluar lagi dan kembali ke dalam mobil.
"Kau tidak menemui Tn Jung?" tanya Immo yang jadi terbawa linglung.
"Aniyo, Abeoji sedang rapat, aku tidak ingin mengganggunya. Aku hanya ingin tahu saja hotelnya. Kita ke rumah, Ajhussi."
"Nde."Sementara para pengawalnya pun terus saja mengikuti kemana mobil hotel itu berjalan. Jadi hotel itu didirikan oleh kakek buyutnya. Ayahnya Yong Hwa generasi ke-3 yang memimpin. Shin Hye seperti familiar dengan logo hotel ini. Dimana dirinya pernah melihatnya di sekitar rumah dan kantor? Apa hotel ini merupakan relasi perusahaannya? Mungkin saja, walau Sekretaris Choi tidak pernah menyebut nama hotel ini dalam daftar relasi. Mungkin karena dirinya masih baru, belum banyak tahu.
👥TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Whispers Incarnate
Mystery / ThrillerJung Yong Hwa seorang dokter digambarkan sebagai pria cool, smart dan penuh kasih. Terlihat dari cara dia memperlakukan pasien-pasiennya. Sedangkan Park Shin Hye berpenampilan classy, berpembawaan ceria cenderung konyol, meski merepresentasikan diri...