34

578 124 17
                                    

Seperti pulang ke rumah orang tuanya saja, Shin Hye merasa betah dengan rumah yang memiliki pemandangan pantai itu. Bahkan dengan manja ia menagih masakan bayi gurita yang pernah dijanjikan ibunya Yong Hwa. Entah kenapa ia merasa nyaman seperti bukan dengan keluarga yang baru dikenalnya beberapa hari saja. Ia pun turut turun ke dapur, namun hanya menonton saja.
"Di rumahku, aku tidak pernah turun ke dapur, Eommoni. Aku bahkan lupa kalau ditanya dapurku seperti apa begitu aku jarang menginjaknya. Jika Eommoni menghendaki menantu yang pandai memasak... aku sudah langsung tereliminasi tanpa harus bersaing terlebih dahulu." senyumnya tanpa malu membuka kekurangannya.
"Perempuan seperti aku pasti tidak diminati oleh calon mertua mana pun. Sebab hobiku belanja, jalan-jalan, menghabiskan uang kesana-kemari. Aku juga hobi ke klub malam, Eommoni. Aku bahkan menjadi member tetap salah satu klub malam di Seoul. Dan aku selalu jadi orang pertama yang datang ke pesta. Aku ini gadis yang payah. Tidak punya harapan." ceracaunya lagi, duduk di hadapan Ny Jung yang sedang meracik bumbu.

Namun juga sama sekali tidak membantu, dia hanya duduk dan berceracau.
"Eommoni tahu, saat SMA dulu, aku ditolak oleh ibu-ibu sosialita untuk jadi pacar anak-anak mereka. Sebab gadis seperti aku pasti hanya merepotkan, itu yang dikatakan mereka. Begitu pun saat kelak aku menjadi istri, aku hanya akan menghabiskan uang anak-anak mereka dengan kesukaan belanjaku itu. Apa lagi aku ini hanya anak perempuan. Dimana yang akan mengambil alih Dong Il pasti Oppa-ku." lanjutnya.
"Lalu sekarang bagaimana sikap mereka saat tahu kau-lah yang menjadi pucuk pimpinan Dong Il?" tanya Ny Jung.
"Geuseo... Sekarang aku betul-betul tidak punya waktu untuk berhubungan dengan mereka. Mengikuti pesta atau kegiatan amal yang mereka buat. Aku sekarang menjadi sangat sibuk bekerja, Eommoni. Aku tidak pernah pergi ke klub malam, tidak pernah mendatangi pesta... apalagi belanja. Aku sekarang tidak punya waktu untuk itu. Saat sekretaris Choi memberiku waktu luang, aku hanya ingin datang ke rumah ini. Menikmati udara disini, melihat pemandangannya, menatap pantai dari teras kamar... Rasanya lega sekali dada ini. Di Seoul dadaku terasa begitu pepat setiap hari." Shin Hye menghempaskan napasnya yang terasa berat.

Mendengar itu Ny Jung menghentikan pekerjaannya, ia lalu menatap Shin Hye tajam.
"Kau tahu kenapa sekarang kau merasakan dadamu pepat? Itu karena kau baru memasuki dunia baru. Yaitu dunia kerja yang tidak pernah kau masuki sebelumnya. Kau yang semula bebas sekarang terikat oleh tanggung jawab. Kau yang biasanya sesukamu melakukan apa pun, sekarang ada kewajiban yang harus kau dahulukan. Tapi saat kau sudah dapat beradaptasi, semuanya akan terasa ringan. Jadi nikmati saja jangan kau jadikan beban." nasehat wanita itu yang walau terlihat seperti ajhumma~sebab hanya sibuk di dapur, namun kata-katanya itu bagai mutiara, selalu mampu melecut semangat Shin Hye.
"Iya, Eommoni benar. Aku ini masih kaget. Kaget oleh banyak hal. Dan aku belum mempersiapkan diri untuk semua ini, tiba-tiba beban berat menjadi tanggung jawabku. Namun aku pun tidak bisa menolaknya, sebab ini yang mendiang Appa inginkan. Mengamanatkan Dong Il padaku.

"Kau sebetulnya gadis yang hebat, Sayang. Eommoni sekarang tahu kenapa mendiang Appa-mu lebih mempercayakan perusahaan sebesar Dong Il kepadamu daripada Oppa-mu." seloroh Ny Jung.
Shin Hye menarik ujung bibirnya kecut. "Dengan fakta yang telah kusebutkan tadi, dimana hebatnya aku, Eommoni?" tanyanya rendah diri.
"Kau hebat, karena kau bisa mengambil keputusan yang cepat dan tepat saat berada dalam titik nadir kehidupanmu. Kau baru kehilangan tumpuan terbesarmu, yaitu ayahmu. Tapi kau segera bangkit dan berani mengambil tanggung jawab besar. Tidak semua orang bisa melakukannya, Sayang."
Shin Hye terkekeh sekarang. "Tentu saja karena aku bertemu Eommoni. Bila tidak, mungkin aku sudah meneguk obat-obatan sampai over dosis atau memotong nadiku. Aku ingin ikut kemana pun Appa pergi."
"Itu makanya kau hebat, kau menghargai apa yang dikatakan orang. Yong Hwa sering cerita, tidak sedikit orang yang terbaring koma berhari-hari, begitu bangun mengikat lehernya sendiri dengan kabel karena frustasi. Orang-orang yang mentalnya lemah. Dan kau layak menjadi pemimpin karena kau kuat. Eommoni sungguh bangga padamu."
Sekali lagi Shin Hye hanya tersenyum sumbang.

Malam itu Shin Hye tidur dengan sangat nyenyak setelah sebelumnya mendapat therapy akupuntur. Ny Jung memanggil orang untuk memberikan Shin Hye therapy akupuntur. Besoknya tubuhnya terasa sangat segar dan ia banyak mengobrol dengan Tn Jung. Meski begitu ia tidak bertanya adakah kerjasama yang pernah dijalin Haeundae Beach Hotel dengan Dong Il selama ini? Sebab Tn Jung pun tidak menyinggungnya. Namun Shin Hye ingat logo Hotel Haeundae Beach itu pernah ia lihat di dalam brankas ruang kerja ayahnya. Ada amplop besar bergambar logo hotel itu. Jika tidak ada kerjasama diantara keduanya, mengapa ayahnya menyimpan dokumen dengan amplop bergambar logo Haeundae Beach Hotel secara rahasia? Ada misteri apa sebenarnya ini?

Meski teramat penasaran dan ingin segera mengetahui, tapi Shin Hye tidak ingin buru-buru pulang. Seperti anak sekolah yang sedang berlibur, ia malas untuk segera masuk sekolah.
"Anak lelaki Eommoni itu hanya bekerja yang dipikirkannya, dia pasti tidak pernah mengajak ibunya jalan-jalan." ucap Shin Hye saat wanita itu mengajaknya mengurus bunga-bunga yang tumbuh subur di halaman belakang rumah. Dengan mengenakan pakaian dan topi ala petani.
Shin Hye meski membantu namun ogah harus memakai pakaian tidak modis begitu rupa. Bukan artinya merendahkan, tapi merasa geli saja.
"Nde, betul sekali. Saat pulang pun dia hanya akan tidur dan sibuk bertemu dengan teman-temannya." Ny Jung mengamini.
"Eommoni, bagaimana bila kita pergi. Aku akan ajak Eommoni belanja. Biar Eommoni tahu bagaimana aku belanja. Kita makan dan pergi ke klub." tiba-tiba ajak Shin Hye tiada hujan tiada angin.
"Mwoya...? Pergi ke klub?" wanita paruh baya itu melotot.
"Klub malam aku coret, kita pergi ke pemandian umum. Di Seoul banyak pemandian umum bagus baru dibuka, kita kesana, Eommoni. Otteyo?"
"Eonjeyo?"
"Kita pergi hari ini, seharian ini jalan-jalan dan besok baru ke pemandian umum."

Mendengar kata pemandian umum, membuatnya agak tertarik. Meski jalan-jalan belanja, tidak. Sebab dirinya bukan penggila belanja. Hidupnya tidak mengenal menghamburkan uang dan berfoya-foya meski lebih sandang, pangan dan papan. Hanya seperlunya saja. Banyak berbagi buatnya menjadikan hidup lebih bermanfaat dan bahagia.
"Tapi bukankah besok akhir pekan?" tatapnya.
"Kenapa kalau besok akhir pekan?"
"Yong Hwa akan menyusulmu ke sini bukan?"
"Biarkan saja. Biarkan dia bertemu Abeoji. Karena dia pun kemarin menolak ajakanku. Eommoni tahu, aku ini atasannya paling atas, tapi dia berani menolakku. Jadi biar sekalian kubalas sekarang. Mari kita pergi bersenang-senang, Eommoni! Kita saja para wanita. Biar para pria menunggu di rumah."

Bagai racun mematikan, bujuk rayu Shin Hye meluluhkan hati wanita lugu itu. Cukup penasaran bagaimana rasanya hidup ala sosialita yang glamour. Pekerjaannya belanja, pamer ini itu, menghadiri pesta-pesta... dimana semuanya itu berbalut kata kegiatan sosial. Pesta mereka beri nama menggalang dana amal, belanja berkedok untuk kepentingan kaum papa, sementara itu mereka selalu pelesir ke berbagai tempat di dunia tidak lebih dari memamerkan kemampuan finansial masing-masing. Sangat bukan keluarga Jung.

Tapi hari itu Ny Jung akan melihat dari dekat potret kehidupan yang kurang lebih konsepnya seperti itu. Ala seorang gadis yang mengaku tanpa tedeng aling-aling sebagai tukang menghamburkan uang, tukang pesta dan tukang dugem. Mengantongi restu dari suaminya, Ny Jung bertolak dengan privat jet siang itu. Bukan kata orang memang jika Dong Il adalah perusahaan yang sangat mapan. Maka pantas Shin Hye hanya bersenang-senang dan berhura-hura hidupnya. Sebab semua hal baginya sangat melimpah. Dia bahkan kebingungan bagaimana cara menghabiskan uangnya.

Sekarang mengikuti gadis itu Ny Jung akan berubah menjadi ibu-ibu nakal. Dia akan mengikuti kemana pun Shin Hye mengajaknya. Bahkan dia tidak keberatan lagi jika gadis itu akan mengajaknya ke klub malam. Hal-hal yang selama ini dirinya dan banyak orang pandang buruk, benarkah seburuk itu?

TBC

Whispers IncarnateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang