27

381 113 8
                                    

Yong Hwa mempersiapkan segala sesuatunya untuk pergi ke Busan. Tidak ada pilihan selain harus mematuhi perintah Sang Wook. Membeli tiket pesawat secara online dan keberangkatan mereka dijadwalkan besok pagi. Sebab Yong Hwa menolak penerbangan malam. Shin Hye sendiri masih sulit untuk berjalan, satu-dua langkah kepalanya terasa pening. Sekitar 1,5 bulan terus terlentang di bawah pengaruh obat bius. Masih bagus tidak meninggalkan luka pada bokong akibat terus terlentang, karena rupanya perawat yang menjaganya membuat posisinya selalu berubah.

Besok harinya mereka bangun sangat pagi dan meninggalkan rumah saat langit masih gelap. Yong Hwa membopong Shin Hye hingga ke dalam taksi. Sebuah kursi roda dibekalnya untuk dipergunakan di bandara. Mereka berdua sangat repot, dan Shin Hye tidak bisa menolak apa pun yang mereka lakukan terhadapnya. Pergi ke Busan atau kemana pun, saat ini dirinya menggantungkan hidup sepenuhnya kepada belas kasihan orang-orang ini. Jadi jangankan untuk banyak protes, ia bahkan berterima kasih dalam ketidak-berdayaannya sekarang mereka memperhatikannya.

Setelah kesadarannya pulih dengan utuh Shin Hye mulai banyak tanya siapa Yong Hwa? Mengapa menjaganya? Dan kenapa dirinya harus diasingkan? Semua itu membuat tanda tanya bermunculan di benaknya. Padahal dirinya putri pemilik sebuah RS besar bertaraf internasional, bersahabat dengan banyak dokter hebat, dan jika rumahnya yang berdiri megah dan mentereng di kawasan elite masih tidak cukup baik untuk tempatnya dirawat, ayahnya memiliki rumah lain bahkan villa. Tapi kenapa rumah kecil di dalam gang dan seorang dokter yang sama sekali tidak dikenalnya ini yang merawat plus menjaganya? Kalau saja tidak ada Immo, Shin Hye sudah berpikir pria ini sedang menculiknya.

"Noe nugu-ya? Kenapa aku harus bersamamu? Kemana Sang Wook Oppa?" tatap Shin Hye kepada Yong Hwa.
"Dia ini salah satu staf di departemen bedah RS Dong Il. Dia staf-nya Sang Wook." Il Hwa yang menjawab.
"Kenapa Oppa membiarkanku di tempat ini bersama dia, Immo? Kenapa aku bukan berada di RS?" desaknya kepada Il Hwa.
"Ceritanya panjang, Shin Hye-ya. Tapi yang pasti Sang Wook mempercayakanmu kepada dr Jung."
"Sibuk apa memang Sang Wook Oppa? Apa pasien di RS lebih penting dari padaku? Atau Oppa sangat meremehkanku sehingga aku tidak diperbolehkan dirawat di RS milik ayahku sendiri?" raung Shin Hye tiba-tiba begitu emosi. Ia merasa Sang Wook mengabaikannya sebab mempercayakan kesehatannya hanya kepada salah satu staf-nya.
"Aniya, bukan begitu, Shin Hye-ya! Kau harus mendengar penjelasan dr Jung tentang alasan medis mengapa kau harus menjalani perawatan di rumahnya ini. Coba ceritakan, dr Jung!" lirik Il Hwa kepada Yong Hwa dengan sebuah isyarat di matanya.

"Nde, Nona mengalami ketidak-sadaran panjang akibat obat bius yang berada di dalam darah Nona. Kondisi seperti ini tidak bisa dipulihkan di RS. Karena udara disana terkontaminasi oleh banyak penyakit. Itu yang membuat Anda dibawa ke rumahku ini." jelas Yong Hwa berusaha tampak ilmiah memberikan penjelasan.
"Bagaimana dengan rumahku?" Shin Hye tidak mudah menerima alasan itu. "Udara di rumahku jauh lebih segar daripada di rumah dengan padat penduduk ini?" pandangnya dengan sorot menghujam.
"Benar, namun rumah besar Nona menyulitkan evaluasi bila sewaktu-waktu dibutuhkan dalam kondisi Nona seperti kemarin. Dari tempat ini ke RS Dong Il hanya setengah jam saja." jelas Yong Hwa lagi.
Tatapan tajam Shin Hye berangsur lembut.
"Kau berada di rumah kita selama 40 hari lebih, tapi tidak ada yang berubah padamu, Sayang. Baru setelah Sang Wook dan Choi Biseo memindahkanmu kesini, kau siuman." tambah Il Hwa seraya lagi mengelus rambutnya.
"Dan Nona akan lebih cepat pulih bila berada di daerah yang berhawa bersih. Untuk itu Joo Gyosu-nim menginstruksikanku untuk membawa Anda ke Busan." Yong Hwa menyambung.
"Busan? Ada tempat apa di Busan? Kenapa harus sejauh itu?" Shin Hye lagi-lagi bernada ketus bertanya kepada Yong Hwa seperti tidak menyukainya.
"Bukan tempat apa, tapi rumah orang tuaku memiliki pemandangan pantai. Anda bisa menikmati pantai saat bangun tidur. Disamping pemandangannya yang bisa menjadi therapy, keluargaku pandai memberikan therapy tradisonal. Seperti akupuntur dan massage. Itu baik sekali untuk mempercepat memulihkan kondisi Anda." jabar Yong Hwa. Shin Hye terdiam.
"Geurae, ayo kita pergi ke Busan, Shin Hye-ya! Immo ingin sekali menikmati pijat sambil melihat pantai. Sepertinya tempat yang menenangkan." Il Hwa antusias.

"Bagaimana dengan Appa?"
Seketika suasana hening. "Ceritakan saja bagaimana kondisinya yang sebenarnya. Aku siap mendengar. Apa Appa berada di RS? Apa kondisinya parah?"
"Aku tanya padamu, apa kau ingin sembuh? Apa kau ingin bertemu Appa-mu? Berarti kau harus sehat. Setelah kau sehat kita temui ayahmu." tandas Il Hwa. "Appa-mu itu sudah tua, melihat kondisimu yang tampak tidak sehat setelah kecelakaan itu pasti akan membuatnya sedih. Itu akan memperlambat penyembuhannya. Tanyakan pada dr Jung berapa lama kita akan berada di Busan?"
"Tidak akan lebih dari 1 minggu, Samo-nim. Ketika kondisi Nona sehat, secepatnya kita kembali." jawab Yong Hwa.
"Kau dengar?"
Shin Hye mengangguk.
"Kalau begitu kau boleh pesankan tiket pesawat, dr Jung. Untuk keberangkatan paling cepat. Sebab lebih cepat lebih baik." titah Il Hwa.
"Nde, aguesmidha!"
👥

Shi Hoo mengusap rambutnya teramat kesal.
"Kau sudah tahu Sang Wook yang membawa Shin Hye tapi kau masih belum menemukan dimana adikku disembunyikan?" pelototnya kepada Sang Woo. "Apa kau takut oleh adik kelasmu itu?" teriak Shi Hoo.
"Dengar, saat ini aku tidak memikirkan lagi untuk menjadi komisaris. Asal anak sialan itu mati. Aku akan senang hati masuk penjara." tandasnya.
"Tidak ada yang lebih baik dari saudara sendiri, Sajang-nim. Adik Anda betapa pun Anda membencinya, akan lebih baik daripada Anda memberikan posisi penting kepada Choi Biseo." Sang Woo mencoba mengingatkan.
"Kata siapa aku akan membiarkan Choi Biseo mengambil posisiku. Aku masuk penjara, dia pun mati. Semua orang yang berpihak kepada ayahku dan tidak mematuhiku, akan berakhir dengan kematian saat aku memasuki penjara. Apa kau pun sekarang ingin melawanku?" Shi Hoo semakin kalap.
"Aku sudah menyuruh orang untuk terus menguntit dr Joo, namun dia belum pergi kemana-mana selain rumah dan RS."
"Dasar goblok! Hanya begitu saja usahamu? Pantas ketua gangster itu ingin membunuhmu. Aku pun sama sekarang ingin menghabisimu. Kau sungguh anjing yang tidak berguna. Padahal aku sudah menggelontorkan uang sangat banyak untuk menyelamatkanmu, tapi hanya begini saja yang bisa kau lakukan?" Shi Hoo meremas kerah kemeja Sang Woo lalu dengan sangat keras kepalnya meninju rahang Sang Woo membuat cairan merah meleleh dari ujung bibir pria tampan itu.
"Cepat bangkit dan lakukan sesuatu! Aku beri waktu kau 24 jam untuk menemukan adikku dan membunuhnya. Lakukan bagaimana saja caranya. Dan jika gagal, kau bersiap dengan kematianmu sendiri." perintah Shi Hoo dengan raut bengis.

Sang Woo tidak bersuara. Selama ini ia cukup akrab dengan macam-macam gangster dan para kriminal. Tapi baru sekali ini melihat karakter sedemikian bengis. Padahal dia pria terhormat. Jika ayahnya sendiri tega dia bunuh, bagaimana nasib dirinya? Sungguh salah perhitungan mengira pria ini lebih baik dari ketua gangster, yang betul Shi Hoo lebih iblis dari ketua gangster serta para kriminal.
Sang Woo mengusap ujung bibirnya yang terasa berdenyut. Matanya menatap punggung Shi Hoo berjalan menjauh. Saat ini pria iblis itu telah mencengkramnya, dia tidak akan melepaskannya begitu saja. Pilihan untuknya sekarang, membunuh atau dibunuh. Kuduknya meruap.
👥

TBC

Whispers IncarnateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang