17

389 102 12
                                    

Suara dari alat perekam itu belum berhenti, pembicaraan 2 orang yang salah satu suaranya Yong Hwa kenali sebagai Sang Woo membuat dadanya terasa sesak. Sejenak benaknya seperti hang, system di dalamnya seolah me-reset seluruh informasi mengejutkan yang didapatnya nyaris bersamaan. Ulu hatinya bahkan merasakan mual selama proses itu. Setelah itu dengan cepat benaknya menyusun puzzle informasi itu membuat kuduk Yong Hwa merinding. Namun seperti ingin pasti, ia mendengarkan rekaman pembicaraan itu sekali lagi. Tidak berubah, bahkan sekarang Yong Hwa dapat pula mengenali suara pria satu lagi adalah dirut Park. Sambil gemetar Yong Hwa melajukan mobil. Joo Sang Wook tetap tujuannya, namun sudah tidak akan berteka-teki lagi.

Tapi baru sekitar 1 km meninggalkan rumah ia menepi lagi. Dirogohnya ponsel dari saku jasnya. Membicarakan hal itu tidak mungkin bisa dengan tenang di RS, dirinya butuh bertemu kepala departemennya itu di suatu tempat di luar RS.
"Ya, Yong Hwa-ya. Whe geudae-yo?" suara Sang Wook menyahuti panggilannya.
"Gyosu-nim, ada hal sangat penting ingin kusampaikan pada Anda. Ini tentang putri mendiang komisaris, Nn Park Shin Hye. Bisakah Gyosu-nim bertemu denganku sekarang di suatu tempat yang bukan RS?" suaranya gemetar. Sang Wook sampai menyipit matanya, mengernyitkan kening sangat dalam.
"Apa maksudmu? Aku tidak paham."
Yong Hwa memutar pandangan, di ujung lampu merah matanya melihat sebuah kedai tteokbokki.
"Di traffic light pertama keluar komplek ada kedai tteokbokki. Aku menunggu Anda disana, Gyosu-nim. Tolong secepatnya! Sebab ini sangat mendesak."
"Kau membuatku bingung. Kau akan datang terlambat ke RS apa sudah memberitahu dokter jaga dan kepala perawat Yun?"
"Informasiku ini jauh sangat penting dari sekedar jadwal, Gyosu-nim. Aku boleh dijadwalkan setiap hari siang malam untuk jaga bahkan saat weekend setelah ini, Gyosu-nim. Tapi tolong Anda cepat temui aku! Ini menyangkut nyawa Nn Park." pekik Yong Hwa gusar sementara dadanya sudah nyaris meledak karena gelisah.
"Kau ini ada apa pagi-pagi buatku panik? Lagi pula Nn Park~putri mendiang komisaris Park, tidak ada di Seoul. Kau mendapat informasi apa tentangnya?" Sang Wook sedikit pun memang tidak tertarik mendengarnya.
"Kalau begitu sekarang Anda dimana? Apa masih di rumah? Tolong jangan dulu berangkat jika masih di rumah, aku menuju rumah Anda, Gyosu-nim." Yong Hwa siap mematikan ponselnya.
"Andwe, aku sudah hendak berangkat. Kau tunggu di kedai itu saja!" putus Sang Wook akhirnya.
"Nde, aku tunggu! Tolong cepatlah, Gyosu-nim!" tanpa menunggu jawaban dari ujung telepon Yong Hwa segera menutup teleponnya. Ia tidak mau mendengar bantahan dari atasannya itu. Kemudian melajukan lagi mobilnya menuju kedai tteokbokki.

Meski sama sekali tidak paham, tak urung Sang Wook mengikuti permintaan Yong Hwa. Nada suara Yong Hwa yang terdengar gemetar membuatnya sedikit penasaran, informasi apa yang dimaksudkannya tentang Shin Hye. Hanya sedikit saja ia merasa penasaran, karena setahunya Shin Hye saat ini sedang berada di Amerika untuk menjalani perawatan medis. Hal lain yang membuatnya tidak antusias, Yong Hwa tidak mengenal Shin Hye secara pribadi. Jadi mau berbual apa anak itu tentang putri bos besarnya?

Kedai yang dimaksudkannya sudah tampak, Sang Wook membelokan setir memasuki pelataran parkir tempat itu. Mobil Yong Hwa sudah terparkir disana. Kedai itu masih sepi dari pengunjung, bahkan pemiliknya masih siap-siap. Mungkin seharusnya masih tutup. Tapi Yong Hwa sepertinya telah memaksa pemiliknya untuk membuka. Sang Wook melangkah memasuki kedai, dan Yong Hwa yang sedang duduk langsung berdiri begitu melihatnya masuk.
"Kau membuatku bingung dan terus bertanya-tanya, Park Shin Hye siapa maksudmu?" tanya Sang Wook seraya menarik kursi.
"Silakan Gyosu-nim duduk dulu! Apa Gyosu-nim mau pesan kopi?" sambut Yong Hwa.
"Aniyo, aku sudah sarapan. Kau sudah memberitahu kepala perawat Yun dan dokter jaga?" Sang Wook balik bertanya. Tetap kepatuhan kerja yang menjadi fokusnya, sebab dia tidak mau departemen yang dipimpinnya dan tengah menjadi sorotan, lalai.
"Nde, sudah." angguk Yong Hwa.
"Kalau begitu, cepat katakan ada apa! Kita harus segera pergi ke RS."

Sebelum memulai Yong Hwa menghela napas dalam, lalu tangannya merogoh saku dalam jasnya.
"Igeo-yo." ucapnya menyodorkan jepitan dasi kepada Sang Wook. "Gyosu-nim tolong dengarkan dengan tenang. Walau pun nanti akan sangat mengagetkan Anda." pesannya.
"Ige mwoya?" Sang Wook memungutnya.
"Itu alat perekam. Ada karet hitam di tengah, tekan itu. Tolong dengarkan pelan-pelan dan tenang, Gyosu-nim. Supaya Anda paham." lagi pesan Yong Hwa.
Sang Wook lalu mengikuti instuksi itu, ia menekannya, kemudian terdengar sebuah suara dan selanjutnya percakapan antara 2 orang.
"Beberapa orang yang akan menjadi batu sandunganmu adalah, yang pertama Joo Sang Wook. Saat ini dia sebagai kepala departemen bedah umum. Lalu Ha Ji Won, kepala departemen bedah spesialistik, wanita ini sangat keras kepala dan kejam dalam menerapkan aturan. Dia juga cukup kuat karena ayahnya pemegang saham terbesar di Dong Il Group setelah ayahku. Satu lagi yang harus kau waspadai Lee Pil Mo, kepala IGD. Kalau kau mampu menaklukan 3 orang itu yang lainnya bukan masalah." suara yang sangat Sang Wook kenal yaitu suara Park Shi Hoo.
"Dokter-dokter bedah di Dong Il rupanya orang-orang menyebalkan." sahut sebuah suara.
"Benar, mereka berpegang teguh pada idealisme. Itu sangat memuakan."
Lalu sepi, terdengar suara dentingan botol beradu dengan gelas serta air yang dituang. Mungkin orang itu sedang mengisi lagi gelasnya yang kosong.

"Lalu Shin Hye bagaimana kondisinya sekarang, dokter?" terdengar lagi suara Shi Hoo.
"Aku tadi telah menambah lagi eter, Sajang-nim. Kondisinya sendiri baik, mudah untuk dibangunkan kapan saja. Hanya kita perlu membuatnya tetap tidur bukan?" suara yang semakin jelas di telinga Sang Wook adalah suara wakil direktur RS Dong Il, Kwon Sang Woo.
"Bagus. Tapi ingat, jaga dia tetap dalam kondisi koma. Adikku tidak boleh bangun dulu sampai rapat luar biasa para pemegang saham memilihku untuk menggantikan posisi mendiang Abeoji. Dan segera setelah aku dilantik kau bangunkan dia, pastikan kondisinya sehat sehingga Shin Hye bisa membubuhkan tanda tangannya dengan baik di hadapan notaris. Setelah itu sebaiknya lenyapkan dia supaya tidak menggangguku. Bagaimana saja caranya, kau tentu lebih tahu."

Reaksi Sang Wook sama dengan Yong Hwa kala pertama mendengar cuplikan pembicaraan itu, menjatuhkan jepitan dasi tersebut.
"Apa ini? Darimana kau dapatkan ini, dr Jung?" tatapnya dengan ekspresi wajah yang sulit dijelaskan, antara terkejut, tidak percaya dan takut salah memahami.
"Aku menemukannya di dalam mobilku pagi ini, Gyosu-nim."
"Kau tahu 2 orang yang berbicara itu?"
"Park Sajang-nim dengan Kwon Pujang-nim."
"Kau bilang di dalam mobilmu? Apa kalian pernah berkendara bersama? Kapan?" Sang Wook menatap tajam mata Yong Hwa.
"Nugu?"
"Kau dengan wakil direktur Kwon?  Bukankah kalian teman sekampung?"
"Aniyo, kami tidak sedekat itu, Gyosu-nim. Disamping itu sekarang dr Kwon adalah wakil direktur, walau beliau mengenaliku tapi kami sama sekali tidak punya alasan untuk berkendara bersama." tepis Yong Hwa.

Sang Wook mengambil lagi alat perekam itu, ia mengulang mendengarkan lagi rekaman tadi dari awal dengan seksama. Lalu seperti yang baru sadar akan maksud pembicaraan itu, tiba-tiba ia berdiri. Napasnya tampak memburu.
"Tolong tetap tenang, Gyosu-nim!" Yong Hwa mengingatkannya lagi.
"Siapa sebenarnya kau, Jung Yong Hwa? Apa kau kaki tangan wakil direktur baru itu yang bertugas untuk memata-mataiku? Kenapa kau memiliki alat perekam ini?" Sang Wook melemparkan penjepit dasi itu ke wajah Yong Hwa.
"Tolong tenanglah, Gyosu-nim! Aku memberitahu Anda tentang ini karena menyangkut nyawa Nn Park yang tengah dalam bahaya."
"Apa kau kenal dengan Shin Hye?" pelotot Sang Wook.
"Aniyo, tapi sekarang nyawanya terancam. Dan dari yang kupahami dari rekaman itu, Nn Park sekarang tidak berada di Amerika seperti yang dikatakan Park Sajang, tapi sedang ditangani Kwon Pujang di suatu tempat yang mereka rahasiakan masih di Seoul. Dan kondisi koma-nya disengaja oleh mereka berdua. Apa Gyosu-nim berpikir begitu juga sama denganku?" tatap Yong Hwa. Tiba-tiba Sang Wook meremas kerah kemeja Yong Hwa dan menarik ke arahnya.
"Kau jangan bicara sembarangan, atau aku akan melaporkanmu kepada polisi!" ancamnya.

TBC

Whispers IncarnateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang