Sebelum baca, usahakan untuk vote terlebih dulu ya 🌟
Wahai para pembaca yang budiman~
~🖤🖤🖤🖤🖤~
-BAB. 05-
Aku memacu motor metik menuju kantor dimana hampir selama tiga tahun terakhir ini aku bekerja. Aku bekerja sebagai staff keuangan di sebuah kantor perusahanaan elektronik terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara. Dengar-dengar kabar burung juga mengatakan perusahaan tempat ku bekerja ini akan membuka anak cabang lagi di Negeri Matahari Terbit, setelah anak cabang di Negeri Singa Putih sudah mulai beroperasi. Aku belum memastikan akan kebenaran hal tersebut.
Aku memarkirkan motor di depan gedung kantor, lalu masuk kedalam gedung sepuluh lantai tersebut. "Selamat pagi." sapaku pada teman-teman yang sudah tiba dan bersiap untuk melakukan briefing morning.
Kegiatan yang nantinya akan di lakukan rutin setiap pagi karena peraturan dari sang bos baru. Setelah melakukan briefing morning, aku duduk di kursiku dan menyalakan komputer. Menatap malas note yang tertempel di layar komputer mengenai apa saja pekerjaan ku hari ini.
Mengingat bulan ini bulan wajib Setor Pajak Tahunan, kami seluruh staff di gembleng habis-habisan sejak awal tahun untuk mereview ulang seluruh penjualan, piutang, pemasukan & pengeluaran bank, setoran pajak bulanan dan jumlah stok persediaan di gudang alias stock opname.
"Des, minta file pengajuan voucher kamu dong. aku mau cari biaya pengeluaran atas pembelian perlengkapan mekanisme." Ucap mas Gilang di depan kubikel ku sambil menyodorkan flashdisknya.
"Oke siap. Udah berapa persen progresnya mas?" Canda ku berpura-pura seperti pak Firman yang selalu menanyakan 'progres' kesetiap staff berkaitan dengan SPT.
"Halah. jangan ikut-ikutan kayak si Firman kamu, Des. Progres, progres. Nanti kalau udah selesai juga kumpul semua."
Nah ini nih kelakuan kami jika sudah kesal dengan pak Firman, pasti kami akan menanggalkan panggilan 'pak' di depan namanya.
"Haha gitu-gitu juga dia yang nge gaji kita mas. Nggak boleh begitu."
"Yah beginilah kalau jadi kacung macam kita begini. Tetap harus tunduk pada orang yang menggaji kita."
Yah benar apa yang di katakan mas Gilang. Kacung tetaplah kacung. Kita tetap harus tunduk pada sang bos besar yang sudah berbaik hati menerima kita sebagai kacung di perusahaannya meski kelakuannya amat sangat menyebalkan sekalipun.
"Ini mas. Di file voucher bulan maret ya." Ucap ku menyodorkan kembali flasdisk mas Gilang. "Thanks ya Des." Aku pun hanya menganggukan kepala membalas ucapan mas Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scelta D'amore [END]
RomanceTerjebak friendzone selama sembilan tahun pada sahabat sendiri membuat seorang Deskaria merasakan perasaan gundah gulana yang tidak terbendung. Tidak bisa mengungkapkan perasaannya sebelum wish list yang dia dan ketiga sahabatnya buat dapat terwujud...