Belajar soal hati, jujur, aku masih remedial.
...
Hari ini Venus terlihat berbeda dari hari biasanya. Saat pulang sekolah tadi, senyumnya tak henti-hentinya muncul disudut bibirnya. Rona kebahagiaan juga nampak jelas disekitar wajahnya.
Siang tadi, Venus tak menyangka saat melihat Rigel yang telah menunggunya didepan gerbang SMA Pelita Bakti. Padahal Venus sama sekali tak meminta Rigel untuk menjemputnya, terlebih untuk akhir-akhir ini Rigel dilarang untuk menjemputnya oleh Ahmad.
Sesaat jam pelajaran selesai, Venus langsung menuju halaman depan Pelti. Niatnya ia ingin menunggu Mars yang terlihat masih sibuk dikelasnya. Masih ada seorang guru yang berdiri menjelaskan suatu materi didepan kelasnya. Venus yakin pasti cowok itu memiliki jam tambahan. Venus mengeluh kesal karena mau tak mau ia harus menunggu Mars dengan waktu yang tidak bisa diperkirakan. Venua berniat untuk meminta Azka mengantarnya, namun cowok itu sudah lebih dulu hilang setelah bel pulang berbunyi tadi. Azka harus mengejar waktu latihannya siang ini di lapangan basket Pelti.
Saat itu Venus tengah duduk sendiri diarea Pelti seraya memperhatikan sudut demi sudut sekolahnya. Dan tiba-tiba ia menerima satu buah pesan masuk kedalam ponselnya. Pesan yang berisi...
Rigel : gue digerbang
Senyum Venus mengutas lebar.
Sampai akhirnya sampailah Venus siang ini sudah dirumah. Hari ini ada jadwal les musik sore hari nanti. Jadi Venus memutuskan untuk pulang lebih dulu daripada menunggu lama ditempat lesnya nanti. Hitung-hitung Venus bisa mengisi perutnya lebih dulu dengan masakan lezat yang dimasak Hana untuknya.
Beda dari hari-hari biasanya, Venus kembali gagal untuk pergi les musik bersama Bintang. Venus memang tak menunggu kabar dari Bintang, namun ia sudah bisa menebak jika lelaki itu pasti akan absen les musik lagi karena harus mengejar latihan basketnya.
Entah mengapa, les musik bagi Venus sudah bukan tentang hal mengenai Bintang atau mungkin bertemu Bintang. Namun tentang bagaimana Venus harus terus meningkatkan kemampuannya untuk lomba yang akan ia ikuti.
"Ve?" panggil lelaki yang tengah menggedor pintu kamarnya. Venus sudah bisa menebak jika itu suara Rigel.
Venus meletakan gitar cokelat yang tengah terpangku diatas pahanya sejak tadi disamping meja belajarnya. "Kenapa?"
"Bukain dulu pintunya," suruh Rigel dari luar. Venus hanya tertawa kecil dan kemudian bergerak untuk membukakan pintu kamarnya untuk Rigel.
Venus memang selalu mengunci kamarnya. Alasannya untuk menghindari orang-orang yang masuk kedalam kamarnya tanpa izin termasuk anggota keluarganya.
"Eh, apa-apaan ini?" tanya Venus melihat Rigel yang sudah memboyong semua perlengkapan play station miliknya.
Rigel belum menjawab. Ia berjalan santai memasuki kamar adiknya itu tanpa permisi. Bahkan ia langsung duduk didepan televisi yang tersedia didalam kamar Venus.
"Tivi dikamar gue error, jadi gue numpang tivi lo, ya. Sebentar doang buat maen PS, paling dua jam." izin Rigel yang setelah itu membuat Venus melongo.
"HAH DUA JAM?" kata Venus tak terima.
Rigel terkekeh kecil dan masih sibuk menyambungkan kabel-kabel play station ke televisi milik Venus. Venus hanya bisa menghela nafasnya dalam. Jujur, akhir-akhir ini Venus tak bisa marah pada abangnya ini. Rigel, yang entah sudah berapa banyak ia repotkan karena masalahnya dengan Ahmad. Rigel tak pernah memarahi Venus dalam keadaan ini. Bahkan ia tetap menjadi dirinya sendiri yang memperlakukan Venus seperti tak ada apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eh, Mars!
Teen FictionVenus membenci Mars tanpa penolakan. Tak ada yang lebih menyebalkan selain melihat sosok cowok dingin, ketus dan angkuh itu di matanya. Baginya, Mars hanyalah cowok yang selalu membuat matanya mendadak perih setiap kali melihatnya. Sampai akhirnya s...