komen 500+ lanjut cepet. fix.
siap?
...
Sibuk memikul rindu yang kian hari semakin membuat candu.
...
Di dalam mobil sehabis kepulangannya dari Bandara, Venus masih diam di posisinya yang duduk tepat di sebelah Mars. Sementara lelaki itu juga diam seraya fokus mengemudikan mobilnya menembus padatnya kota. Hari ini, Venus memang sedikit berbeda. Terutama untuk mereka yang terbiasa mendengar semarak ramainya mulut Venus yang tak pernah diam.
"Langsung pulang?" tanya Mars yang tiba-tiba memulai pembicaraan. Arah laju mereka semakin dekat dengan perumahan rumah Venus, sehingga lelaki itu langsung bertekad menanyakan pertanyaan barusan kepada gadis yang duduk di sampingnya itu.
"Ke rumah sakit, mau ketemu Elara dulu." jawab Venus, "Mau nganterin, kan?"
"Oke." lelaki itu menyahut saat Venus tengah menoleh ke arahnya. Setelah mendapati persetujuan dari Mars, Venus pun kembali fokus dengan laju jalanan yang ada di hadapannya.
"Hari ini, perasaan gue benar-benar gak karuan. Pagi tadi gue murung, habis itu seneng pas gue berhasil buat juri kagum liat penampilan gue. Siangnya, gue hancur lagi, separuh nyawa gue kayak berasa mau mati pas denger Azka mau pindah, dan lebih parahnya lagi semua itu dadakan tanpa ngasih gue kesempatan untuk menyiapkan hati gue dulu." kata Venus yang saat itu melontarkan kalimat panjang lebar yang kala itu langsung membuat Mars menoleh beberapa saat ke arahnya. "Gue sama Azka udah bareng lebih dari tiga tahun, bohong kalo sekarang gue gak kecewa dia pergi secara dadakan kayak gini."
Venus menumpahkan semuanya, rasanya semua itu sudah menekan dadanya begitu kencang. Menahan semua kenyataan pahit yang baru saja menampar dirinya. Semua benar, hidup itu memang tentang datang dan pergi, siapapun yang datang jelas akan pergi. Entah pergi memberi kebahagiaan atau malah meninggalkan luka.
Ah tidak, Venus melupakan sesuatu. Sebenarnya bukan itu poinnya. Bukan tentang datang dan pergi. Namun tentang siapa yang datang lalu pergi, dan yang kedua siapa yang datang dan kemudian memutuskan menetap.
"Dan di saat itu juga, hati gue berasa diobrak-abrik saat liat lo tiba-tiba ada di sana."
Mars masih terdiam, menyimak semua yang terlontar dari mulut Venus dengan seksama. Gadis itu seolah meminta izin padanya untuk menumpahkan semuanya. Hari ini, mungkin adalah hari yang cukup berat untuk Venus. Dan saat itu juga, sesuatu dalam hati Mars muncul, setidaknya dengan hadirnya di sini, ia bisa memberi keringanan tanpa beban untuk gadis yang sudah merampas seluruh isi hatinya tanpa sisa.
"Semuanya emang salah gue," kemudian Venus mengakhirinya dengan kata-kata yang kembali menyudutkan dirinya.
"Berhenti nyalahin diri lo sendiri."
"Ya, emang itu nyatanya, kan?"
"Semuanya udah terjadi."
"Iya, gue tau."
"Terus mau lo apa?" kini giliran Mars yang angkat bicara. Gadis di sampingnya ini memang cukup keras kepala. Venus sama sekali tidak mengerti bagaimana hati milik Mars hampir saja hancur mendengar tiap kata yang terlontar dari bibir Venus. Mars ingin Venus menghentikannya, setidaknya dengan berhenti menyalahkan dirinya sendiri itu cukup lebih baik untuk Mars persembahkan untuk hatinya.
Venus diam, tak menjawab apapun pertanyaan Mars barusan selama beberapa menit. "Gue mau lo jangan pergi." ucapan itu seolah terlontar begitu saja tanpa celah. Bahkan Venus tidak berekspresi apapun lagi setelahnya, ia seperti tengah dikendalikan oleh jiwa yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eh, Mars!
Teen FictionVenus membenci Mars tanpa penolakan. Tak ada yang lebih menyebalkan selain melihat sosok cowok dingin, ketus dan angkuh itu di matanya. Baginya, Mars hanyalah cowok yang selalu membuat matanya mendadak perih setiap kali melihatnya. Sampai akhirnya s...