28. Topeng

26.8K 1.7K 83
                                    

Hati kita berbeda, berlawanan dengan takdir yang terus memaksa.

...

Banyak makanan yang sudah tersusun rapih diatas meja makan yang tak begitu luas. Dengan wadah-wadah beragam bentuk yang dipenuhi dengan jenis-jenis lauk pauk diatasnya. Ada juga wadah perak yang menampung beragam jenis buah-buahan segar yang sukses membuat siapapun tak kuasa untuk menyantapnya. Venus cukup melongo ketika melihat banyaknya koleksi segala macam mangkuk, piring, gelas sampai sendok milik Tante Erna. Dari mulai yang terlihat biasa saja, sampai juga ada yang terlihat antik.

Dengan meja yang dilapis dengan kain berbahan tebal, ketiganya mulai menyantap makanan yang tersedia diatas meja. Makanan ini memang sudah disiapkan Erna khusus untuk ketiganya. Erna menyuruh Bi Ijah, pembantu rumahnya, untuk menyiapkan makanan lezat itu untuk Mars, Venus dan juga Alexa.

Erna sengaja menyuruh ketiganya untuk makan dimeja makan daripada harus bergabung dengan gerombolan tamu yang datang. Alasannya, agar mereka lebih nyaman dan tidak terlalu terganggu oleh teman-teman Erna. Namanya juga ibu-ibu, gak rumpi bukan nongki namanya. Gak rumpi, ya gak asik momen kumpulnya. Suara semarak tawa juga sudah terdengar sampai ruang tamu rumah. Dan dipastikan pasti ibu-ibu tengah membicarakan sesuatu yang hanya bisa dicerna oleh mereka saja.

Beda halnya dengan bapak-bapak. Mereka akan lebih memilih bersantai diluar, berkumpul bersama suami dari ibu-ibu lainnya. Saling mengobrol dan bertukar pengalaman mengenai bisnis yang dijalani mereka. Ditemani dengan secangkir kopi yang membuat suasana semakin hangat dan lengkap. Mungkin ada beberapa dari mereka yang juga merokok, namun tak sebanyak dari mereka yang sudah memilih menjauh dari benda mematikan itu.

Sejak makan malam dimulai, tak ada perbincangan diantara mereka bertiga. Sehabis Venus mengobrol hal-hal santai bersama Alexa sebelum makan, kini keduanya sudah diam kembali. Entah mengapa Venus merasa ada kecanggungan yang menyerang hubungannya dengan Alexa.

Begitu pula Mars, lelaki itu tak berkutip sedikit pun sejak tadi. Dengan posisi tegap, lelaki itu menyantap makanannya dengan begitu tenang. Venus bisa mengetahuinya karena sejak tadi matanya tak bisa berhenti untuk mencuri pandang kearahnya.

Tunggu,

Kenapa melihat Mars menjadi sesuatu yang kini sudah biasa saja untuk Venus?

Bahkan, Venus seperti merasakan ada sesuatu yang memaksa pandangannya untuk terus melihat wajah tampan milik Mars.

Venus pun ikut terdiam ketika dua orang yang ada disamping dan didepannya juga saling diam. Venus memilih duduk disamping Alexa yang duduk tepat didepan kekasihnya, Mars.

Mereka tuh pacaran apa gimana sih? Kok diem-dieman kayak orang musuhan aja......

Venus beberapa kali mendumel dalam hati. Keadaan seperti ini benar-benar bisa membunuhnya jika terus terjadi. Bahkan Mars juga enggan memulai pembicaraan diantara mereka.

"Eh, mon maap nih ya kalo gue lancang, cuma mau nanya, kalian lagi marahan kah? Kok pada diem-dieman?" tanya Venus yang akhirnya tak kuasa menahan mulutnya yang sejak tadi sudah tidak betah untuk diam. Mula-mula diam, mulai berkeringat, eh taunya nahan pup! IUH.

Mars menegakan kepalanya ketika mendengar Venus mengatakan itu, begitu juga Alexa yang menoleh kearah Venus.

"Ng, ng, nggaaaaak, kok, Ve." jawab Alexa terbata-terbata. Kemudian tersenyum kecut menyakinkan Venus jika semuanya benar baik-baik saja.

Eh, Mars! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang