51. Bintang Senja

24.1K 1.8K 348
                                    

Eits, absen dolooooo di sini, seperti biasa.

...

Aku di sini, katamu. Beberapa saat ketika aku baru saja mengatakan, jangan pergi.

...

Hari ini, sehari sebelum hari perlombaan vokalnya, Venus pergi ke rumah sakit bersama Azka. Dan sesampainya di rumah sakit, Venus langsung menuju ruang rawat Elara. Benar dugaan Venus, Rigel kembali menemani gadis itu lagi hari ini. Namun sudah dengan pakaian yang berbeda. Nampaknya, Rigel sudah pulang terlebih dulu dan kembali ke rumah sakit untuk menemani gadis yang dicintainya itu.

Azka masih menunggu di luar ruangan, sebab mereka harus bergantian masuk. Sebenarnya boleh langsung barengan, namun Azka memilih untuk bergantian. Hal itu ia cegah agar tidak menciptakan kebisingan di dalam ruangan dimana sahabatnya itu tengah tertidur dan belum juga terbangun sampai sekarang.

"Halo El, cie kan gue ke sini lagi, pasti lo udah kangen gue, kan?" kata Venus, ia duduk di samping ranjang Elara. Keluarga Elara hari ini absen menemaninya, sebab kedua orang tua Elara terbilang memiliki pekerjaan yang cukup sibuk. Alhasil, keduanya menumpahkan semua rasa percayanya kepada Rigel. Hanya kepada lelaki itu, orang tua Elara, terutama Papah Elara yang begitu overprotektif dengan anak gadisnya itu bisa secepat itu percaya pada seseorang. Dan orang itu, adalah Rigel.

"Ah, lo mah pasti kangennya sama Bang Iel, bukan gue." ujar Venus, ia memanyutkan bibirnya beberapa centi. Venus meraih jemari Elara yang dingin dan sangat pucat. Namun tetap saja, kelentikan jari yang dimiliki Elara membuat jarinya itu terlihat cantik saat tidur.

"Sssstttt, jangan berisik." kata Rigel, mendekati adik semata wayangnya itu.

"Ish, galak amat sih. iya tau Elara pacar lo, gak usah galak gitu dong. Gak gue embat kok," kata Venus nyerocos, membuat Abangnya itu memutarkan bola matanya jengah. Kelakuan adiknya itu memang selalu seperti ini, tak bisa direnovasi sekali pun sejak dulu.

"El, besok gue tampil. Minta doanya, ya? iya, gue maafin lo gak dateng besok, tapi lo cepet bangun dong. Udah kangeeen." kata Venus bicara sendiri. Tak peduli apakah Elara mendengarnya dari sana atau tidak, yang jelas ia ingin bercerita banyak dengan Elara. "Padahal lo janji mau dateng, nyemangatin gue, huh. Cepet bangun ya, El, abis itu sembuh, biar kita bisa gosip lagi." kata Venus, ia mengusap pergelangan tangan Elara lembut.

"El, kapan bangun, Bang?" tanya Venus, kali ini dengan volume yang sudah lebih rendah.

"Belum tau, tadi kata dokter kondisinya udah semakin membaik. Tinggal nunggu dia siuman aja,"

"HAH CIUMAN?"

"Siuman budek." sahut Rigel menarik hidung Venus gemas. Setelahnya membuat hidung Venus memerah akibat ulahnya itu. Venus meringis kesakitan, dan beberapa kali memukul lengan Rigel kesal.

"Kok ke sini? gak ada latihan buat besok?" tanya Rigel, akhir-akhir ini ia melihat Venus yang nampak santai menuju hari perlombaannya. Dan ada satu lagi hal yang membuat Rigel bertanya-tanya, ya, keberadaan Mars yang biasanya selalu bersama Venus kini sudah tak terlihat.

"Nggak."

"Kenapa?"

"Males aja." jawab Venus.

Eh, Mars! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang