49. Kembali lagi?

29.5K 1.9K 386
                                    

eit, sebelum itu komen dulu dong, kita absen.

...

Perasaan muncul secara perlahan. Bermula samar sampai akhirnya terasa nyata.

...

Pagi ini, Venus sudah berada di kelas lebih awal dari biasanya. Waktu masih menunjukan pukul setengah tujuh kurang lima belas, yang menandakan jika masih ada waktu empat puluh limat menit lagi bel masuk berbunyi. Tidak ada yang mengantarnya membuat Venus datang lebih awal diantar oleh ojol yang di pesannya. Rigel belum pulang dari rumah sakit sampai pagi tadi, abangnya itu benar-benar tengah melakukan pembuktian cintanya untuk Elara.

Suasana kelas masih sepi, belum banyak murid yang datang. Saat ini di kelas hanya berisikan Venus, dan lima orang murid lainnya. Suasana sekolah pun juga masih sama sepinya, murid-murid pembuat onar pada belum datang. Sebenarnya sudah ada yang datang, namun satu siswi pembuat onar kali ini tengah kehilangan kekuatannya. Yang membuat dirinya kini hanya duduk sendirian di kelas dalam diam. Dengan kepala yang di letakan di atas kedua tangannya yang terlipat di atas meja.

Rasanya mata Venus berat sekali, sebab malam tadi ia baru pulang dari rumah sakit sekitar pukul 11 malam diantar Azka. Setelah sampai kamarnya pun, Venus tak langsung tidur. Semalam pikirannya benar-benar tak bisa diajak kerja sama. Disaat raga Venus memberi peringatan sudah terlalu lelah, lantas beda halnya dengan seluruh pikirannya yang masih memutuskan bekerja.

Entah memikirkan apa, yang jelas malam itu hanya ada Elara di setiap bagian otak Venus. Hatinya tak pernah berhenti berharap akan kesembuhan Elara. Dan ada satu nama lagi yang membuat isi kepala Venus tak bisa beristirahat, Azka.

Malam tadi, lelaki itu mengantar Venus pulang mengenakan motor besarnya. Melaju kencang menerobos jalanan sepi kota Jakarta tengah malam. Memori otak Venus kembali mengingat kejadian malam itu, dan sedikit obrolan di dalamnya.

Venus berpegangan pada pinggang Azka kuat, seraya merasakan angin malam ibu kota yang damai. Rasanya seperti sudah lama sekali Venus tidak sedekat ini dengan Azka, sampai baru malam ini lagi ia bisa mencium aroma parfum milik cowok itu.

“Az,” Venus memberanikan diri untuk memulai pembicaraan. Sebab sejak tadi, Azka hanya diam tak bergeming. Cowok itu seperti sangat fokus memegang kedua stang motor besarnya. Matanya menyorot lurus ke depan tanpa mengarah ke arah lain. Mungkin hanya dirinya yang tahu, jika sejak tadi ia diam-diam menatap ke arah kaca spion motornya, hanya untuk memastikan gadis di belakangnya tetap aman.

Malam ini, ia berterimakasih pada kaca spion motornya yang telah memberikannya izin untuk melihat gadis yang dicintainya lebih lama. Di saat Azka ingin menatap Venus langsung tanpa perantara, hatinya seolah tak memberikan izin. Karena katanya, cukup sampai di sini, jangan lebih jauh lagi.

Azka mendehem, memberikan tanggapan atas panggilan Venus.

“Besok kalo ke rumah sakit, bareng ya?” Venus sedikit mencondongkan kepalanya, agar Azka dapat mendengar suaranya dengan jelas. Saat itu juga tubuh Azka berdesir, merasakan jika sekarang dagu milik Venus sudah mendarat di bahunya sempurna.

“Iya.” Jawab Azka, berusaha tenang walau jantungnya kini sudah berkontraksi.

Kemudian Venus mengangguk, menjauhkan kepalanya dari bahu Azka. Venus menghela napasnya pelan. Di saat mulutnya sejak tadi memilih diam, beda dengan hatinya yang terus bicara. Berharap Azka mendengar apa yang sejak tadi hatinya ucapkan untuknya.

Eh, Mars! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang