Biarkan saja mengalir,
esok juga kamu akan tahu bagaimana rasa ini tumbuh..
.
.
.vote dulu.
komen dulu.
HEHEHE
...
Sekitar pukul sembilan malam, Venus sudah menuju arah pulang diantar Mars seusai seharian quality time bersama. Mars memang sudah izin kepada Ahmad dan juga Hana untuk sedikit telat mengantar Venus pulang. Sebab sebelum sampai rumah Venus, Mars mengajak pacarnya itu makan malam terlebih dahulu dan membelikan beberapa cemilan untuk keluarga Venus di rumah.
Kebiasaan Mars sejak dulu tak pernah berubah, ia tak pernah lupa membelikan sesuatu untuk ia berikan kepada keluarga Venus meski sedikit. Berkali-kali Venus menolak, namun Venus tetap harus mengalah menghadapi kekasihnya yang keras kepala itu.
"Mars?" panggil Venus.
Cowok itu hanya mendehem, tatapannya tetap fokus ke arah depan dimana ia tengah memperhatikan jalan yang dilaluinya.
"Itu,"
"Apa? mau pantun lagi?"
Venus terkekeh, ternyata cowok itu masih mengingat pantun konyolnya sore tadi. Jujur, tiap kali mengingatnya pun Venus sendiri merasa malu. Bagaimana bisa ia menciptakan kata-kata konyol itu? rasanya semua itu reflek ia ucapkan.
"Ih nggak," jawab Venus seraya masih terkekeh.
"Terus?"
"Gapapa, tes kuping aja."
Mars tak menanggapi, cowok itu hanya diam seraya tenang mengendarai mobil menerobos padatnya jalanan kota yang masih ramai. Venus mengamati kekasihnya itu dari samping, kemudian selang beberapa detik ia tersenyum.
kok gue bisa pacaran sama orang yang dulunya minta bgt gue musnahkan dari hidup gue. ucapnya dalam hati.
eh sekarang, malah minta disayang.
Lamunan Venus terhenti saat Mars meraih jemarinya. Jari-jari kuat milik Mars mengapit jari mungil milik Venus sehingga menciptakan berpaduan ikatan antar jemari yang sangat indah. Awalnya tatapan Venus mengarah ke arah genggaman itu, kemudian bergerak ke arah Mars.
"Abis ini lo bayar ya megang tangan gue mulu," ucap Venus bercanda, gadis itu tertawa kecil di samping Mars.
"Bayar?"
"Iya bayar, bayar pake cinta juga boleh." jawab Venus asal jeplak. Gadis itu tersenyum merona, padahal ia sendiri yang mengatakannya, tapi ia juga yang ingin rasanya lenyap dari dunia sekarang juga. MALU.
Mars hanya menarik garis bibirnya. Mendapati perlakuan manis dari Venus kini sudah menjadi salah satu yang ditunggunya. Bagaimana bisa dulunya ia sangat membenci setiap tingkah gadis ini, dan sekarang hal itu malah menjadi salah satu yang ingin ia lihat setiap saat.
"Abis ini langsung ke apart?"
Mars mengangguk. "Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eh, Mars!
Teen FictionVenus membenci Mars tanpa penolakan. Tak ada yang lebih menyebalkan selain melihat sosok cowok dingin, ketus dan angkuh itu di matanya. Baginya, Mars hanyalah cowok yang selalu membuat matanya mendadak perih setiap kali melihatnya. Sampai akhirnya s...