двадцать седмьой

6K 766 24
                                    

+010xxxxxxx

Bisa menemuiku sebentar?

Pria manis bersurai hijau itu menggigit bibir bawahnya pelan. Mata sipitnya sesekali melirik pada pergelangan tangan, berharap waktu cepat berlalu. Pagi tadi sebelum ia berangkat ke kampus, sebuah pesan dari nomor tidak di kenal masuk ke ponselnya. Pemuda Zhong itu tidak perlu bertanya siapa gerangan yang mengiriminya pesan. Sudah jelas, pria manis yang merupakan seniornya sudah mewanti-wanti Zhong Chenle jauh-jauh hari.

Chenle tidak tahu jika hari ini akan datang sangat cepat. Pria manis yang ditiduri oleh sang kakak sepupu menghubunginya, minta untuk bertemu. Na Jaemin sunbae pernah bilang jika ia memberi kontak Chenle pada pria tersebut. Sehingga, saat orang itu menghubunginya, mau tidak mau Chenle harus menemui pria manis tersebut. Disamping itu, ia juga penasaran dengan sosok pria manis yang kemungkinan sedang mengandung calon keponakannya.

"Eung, Chenle-ya kau baik-baik saja?" Seorang pemuda bersurai cokelat disebelahnya akhirnya buka suara. Pemuda Park itu perhatikan sejak tadi, teman disebelahnya yang bersurai hijau ini tampak sangat gelisah menatap jamnya. "Apa kau sedang sakit?"

Chenle menggeleng cepat. Bibirnya mengulas senyum tipis, mengatakan dirinya baik-baik saja.

"Kau yakin? Sepertinya ada yang mengganggumu sejak tadi."

Chenle kembali menggangguk. Bukannya enggan menjawab dari mulutny. Jika sedang gugup dan gelisah seperti ini, si pria Zhong lebih suka diam dan tidak bersuara sama sekali. Tekniknya untuk menenangkan diri.

Pria tinggi itu, Park Jisung, tidak seratus persen percaya. Diam-diam ia mengamati pria manis bersurai hijau. Kesimpulannya satu, sesuatu tengah mengganggu pikiran pria manis berdarah China tersebut. Sesuatu tengah memburu-burui si manis Zhong tersebut.

Dan ketika akhirnya sang dosen menutup pelajaran hari itu, Chenle segera bergegas keluar. Mengabaikan kernyitan heran sekaligus penasaran seorang pria tinggi bermarga Park. Kedua alis milik pria Park tersebut mengerut dalam. Penasaran pada hal yang memburu pria manis tersebut. Ingin rasanya Park Jisung lari dan menyusul Chenle. Andaikan setelah ini bukan kelas Dosen Kim yang terdengar sangat kejam dalam memberi nilai, Jisung akan dengan senang hati mengekori Chenle. Disini nilai ujiannya yang dipertaruhkan.

Menghela nafas pelan, Jisung merapikan barang-barangnya. Otaknya masih berputar bayang-bayang kegelisahan pria manis tersebut. Ia harap, sesuatu yang buruk tidak menghampiri pria manisnya.

Semoga saja.

"Ah sial! Aku akan terlambat."

**

Dan disanalah Chenle berada. Langkah kakinya gugup, seorang pria bersurai cokelat dengan tubuh semampai melambai-lambaikan tangan ke arahnya. Pria manis itu mengulas sebuah senyuman di bibir untuk menyambut si surai hijau.

"Annyeong" pria manis bertubuh tinggi itu mengulurkan tangannya pada si pemuda Zhong. "Namaku Kim Jungwoo."

Chenle dengan gugup menyambut uluran tangan pria manis bermarga Kim dihadapannya. Seulas senyum canggung terulas di bibir pria manis berdarah China itu. "Zhong Chenle."

Sunyi kemudian menyelimuti keduanya. Seorang pelayan menghampiri meja mereka dan mengambil pesanan. Sepeninggal pelayan tersebut, Chenle dan si pemuda Kim lebih banyak diam. Tidak memiliki inisiatif sendiri untuk memecah keheningan diantara mereka berdua.

Bahkan hingga sang pelayan kembali dan menghidangkan pesanan. Hanya suara denting sendok dan garpu yang menjadi latar belakang mereka.

"Eum... Jadi" Pemuda Kim itu mengusap tengkuknya tidak nyaman. Percaya atau tidak, suasana diantara mereka benar-benar canggung. "Kukira kau sudah tahu tujuan ku mengajakmu bertemu hari ini." Sambungnya pelan.

HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang