девятнадцатый

10.2K 1.1K 153
                                    

"Soalnya bunga matahari cantik. Seperti echan~"

Hehe. Bocah kecil itu bersenandung riang. Sekelumit kalimat yang diucapkan sahabatnya terlintas di otaknya. Hatinya membuncah, membayangkan bagaimana rupa sahabatnya nanti saat menerima kado ulang tahun darinya. Hadiah ini spesial dari si bocah manis berkulit tan. Ia sengaja menyisihkan uang bekal, demi membeli kado ulang tahun terbaik untuk sahabatnya.

Appa dan Eomma Seo sudah sejak tadi di rumah yang berulang tahun. Pasangan suami-istri itu mendaulat diri mereka sebagai manusia paling sibuk untuk membantu menyiapkan segala keperluan acara. Ini hari ulang tahun salah satu anaknya. Meskipun yang berulang tahun ini adalha anak atasan appa Seo, Eomma Seo dan Appa Seo sudah menganggap si kecil yang berkulit putih ini seperti anak sendiri. Bukankah putra satu-satu mereka juga begitu dekat dengan si kecil berkulit putih ini? Bahkan kedua orang tua si anak yang berulang tahun juga sudah menganggap anak kecil berwajah manis ini seperti anaknya sendiri. 

Kalau saja appa dan eomma tidak menyuruhnya untuk pulang, ia mungkin masih berada disana dan belum berganti pakaian. Awalnya ia sempat merasa enggan saat Appa dan Eomma memintanya untuk pulang. Ia masih harus membawa beberapa gelas air ke dalam kamar sahabatnya. Untuk kejutan! begitu alasan si bocah kecil berwajah manis saat ditanya fungsi dari gelas-gelas berisi air tersebut.  Andai saja ia tidak ingat jika ia tidak membawa hadiah yang ia siapkan, Haechan mungkin tidak akan mau pulang.  

Kakinya melangkah dengan ringan. Hamparan bunga matahari yang mommy nya tanam membuat senyuman si manis makin lebar. Hihihi. Melihat hamparan bunga itu membawa angannya pada kejadian beberapa bulan lalu. Waktu itu kan sahabatnya memberi ia kado satu pot bunga matahari sebagai kado.

"Min yung~ aku datang~"

**

"Appa? Eomma?" Bocah manis itu merasa heran. Kemana balon-balon lucu yang bermotif semangka?  Saat ia tiba, tidak ada orang di rumah. Bahkan bibi cantik yang biasanya menemaninya bermain dengan temannya yang berkulit putih itu juga tidak ada. 

"Mommy? Daddy?" Si Kecil berwajah manis itu memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah megah tersebut. Berharap ada satu-dua orang yang bisa ia temui. Tapi tidak. Tidak ada siapa-siapa di rumah. Banner besar dengan foto sahabatnya di tengah-tengah belum selesai dipasang. Beberapa balon warna-warni juga belum selesai ditiup. Kemana perginya orang-orang?

Si manis memutuskan untuk melangkahkan kaki pendeknya ke atas. Satu ruangan di ujung lantai 2 itu milik sahabatnya. Itu kamar milik Min Yung. Si bocah manis menghela nafasnya gelisah. Ia sudah menunggu cukup lama, tapi orang-orang sama sekali belum tiba. Apa Mommy dan Daddy mengubah tempat acara? 

Perlahan dua kelopak mata itu tertutup. Matanya begitu berat. Tidur sebentar di kamar Min Yung tidak apa-apa, kan? Toh, sahabatnya itu sudah pasti mengizinkannya. Ia hanya berharap, semoga saat ia membuka mata semua orang sudah kembali.

~~

Nyuuut~

Lagi, Haechan terbangun dengan wajah yang basah karena air mata. Sudut hatinya seperti tengah diremat kuat. Ia merasa pedih, padahal ia sendiri tidak tahu kenapa ia bisa merasa se pedih itu. Ia menoleh ke belakangnya, mendapati satu sosok lain yang tengah tertidur lelap dibelakangnya. 

Si pemuda manis menghela nafas panjang. Ia melirik pada ponselnya untuk melihat jam. Pukul 3 pagi. Terlalu pagi untuknya membuka mata. Haechan ingin melanjutkan tidurnya yang sempat terpotong, namun matanya berkata tidak. Seperti malam-malam sebelumnya saat ia terbangun dini hari karena mimpi aneh yang membuatnya menangis, Haechan akan sangat kesulitan untuk tidur kembali. Alih-alih tidur, ia malah mendapati dirinya terjaga.

HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang