Baby♡
Baby, dimana?
Aku sudah menunggumu lebih dari 3 jam.
Baby, kau tidak apa-apa, kan?
Tuan Jung melirik sekilas pada ponsel hitam keluaran terbaru milik menantunya yang dengan sengaja ia ambil tadi. Sebentuk siku-siku imajiner tercetak jelas di jidatnya. Entah apa yang dipikirkan oleh manusia kelebihan kalsium itu hingga tidak henti-hantinya mengirimi menantunya pesan. Bahkan, pria Wong itu tidak segan untuk menelfon ke ponsel milik Seo Haechan. Tentu saja, Jung Jaehyun memilih untuk mengabaikan berpuluh-puluu dering panggilan yang masuk ke dalam ponsel menantunya.
Baby♡
Baby?
Kenapa tidak diangkat?
Baby?
Cinta?
Sayang?
Pria Jung itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya meraih ponsel tersebut. Secercah perasaan prihatin muncul pada dirinya. Sebagian mungkin juga termasuk kesalahannya karena membiarkan pernikahan putranya dilangsungkan dengan diam-diam. Sehingga, pria Wong diujung sana ini begitu getol mengirimi Seo Haechan pesan layaknya sepasang kekasih. Padahal, pria manis yang ia tengah kirimi pesan tersebut sudah bersuami sejak beberapa hari yang lalu.
Tangannya dengan mantap membuka kode ponsel Haechan. Jemarinya menari-nari diatas papan ketik pada ponsel tersbebut, mengirimkan sebuah pesan balasan pada pria Wong di seberang sana.
You
Berhenti menghubungi istriku. Atau memanggilnya dengan sebutan semacam itu.
Seo Haechan sudah menikah dengan Jung Minhyung.
**
"Apa aku benar-benar harus berbagi kamar dengamu juga? Oh, Astaga!" Pemuda manis itu memijit pelan pangkal hidungnya. Entah kesialan apa lagi yang harus ia tanggung untuk satu hari ini? Sudah cukup mertua sialannya itu memaksany untuk pindah dengan manusia yang paling ia benci sejagad ini. Apa si tua Jung itu juga akan memaksanya untuk berbagi kamar--atau mungkin ranjang dan kehangatan dengan pria Jung muda yang cacat ini?
Tidak! Haechan tidak akan sudi untuk kali ini. Sudah cukup ia mau berbesar hati berbagi kamar dengan Minhyung saat tinggal di kediaman keluarga Jung. Setelah kepindahan mereka di kota antah berantah ini, bukan artinya Jung Jaehyun sialan itu bisa memaksanya untuk mengabiskan malam-malamnya dengan anak mereka yang cacat bernama Jung Minhyung itu. Haechan tidak mau! Malam-malamnya terlalu berharga jika harus dirusak dengan berbagi ranjang bersama pria Jung itu.
Jung Minhyung yang melihat bagaimana istri yang baru ia nikahi beberapa hari lalu kembali mengomel karena harus sekamar dengannya menghela nafas panjang. Ia paham, pemuda manis bernama Haechan itu tentu saja tidak akan sudi berbagi ranjang dengannya. Jangankan berbagi ranjang, berbagi kamarpun ia tidak akan mau. Tidak ada sofa besar yang bisa ia gunakan sebagai ranjang untuk berkompromi dengan Haechan. Ia tidak mungkin membiarkan si pemuda manis ini untuk tidur dibawah, bukan?
Sebagai suami, sudah sepatutnya jika ia yang mengalah. Haechan tidak boleh tidur di lantai yang dingin. Ia harus tidur di kasur yang hangat. Mark tidak masalah, kok, jika harus tidur di sofa. "Kenapa ribut sekali? Memangnya salah jika kita berbagi kamar? Kita kan sudah sah sebagai sepasang suami-istri."
![](https://img.wattpad.com/cover/187248490-288-k151968.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband
Fanfic"Mau ditaruh dimana wajahku? Yang benar saja aku harus sudi menikah dengan pria sepertimu!" "Suatu saat kau pasti akan mencintaiku."