тринадцать первый

6.2K 839 182
                                    

Sebelumya aku cuma mau bilang...

MAKASI BANGET BUAT KALIAN💕💕💕 Semoga semua doa baiknya bisa balik juga yaaa ke kalian. Aamiin 🙏🙏😊😊

Selamat membaca^^

Sungguh! Demi apapun di dunia ini, hal yang paling pria manis itu paling benci adalah saat ia harus menghabiskan waktunya yang 'berharga' dengan si surai cotton candy. Sejak tadi, orang yang ia hendak ajak bicara seolah menghindar dari Seo Haechan. Entah pura-pura sibuk dengan ponsel atau laptopnya. Haechan tahu, bagaimana Chenle melirik sekilas padanya. Pria Zhong itu jelas-jelas menghindari Haechan. Padahal, tadi dia sendiri yang memaksa Haechan untuk tetap tinggal dan memulai sesi berceritanya.

Dengar, ia ingin sekali! Sangat ingin menumpahkan semua pertanyaan yang berputar di otaknya. Namun, satu sosok bersurai cotton candy itu mencegatnya. Haechan masih waras dan sadar sepenuhnya untuk tidak bercerita soal kehidupan pribadinya pasca berpisah dengan Mark dihadapan pria Na, kekasih dari mantan adik iparnya tersebut.

"Nah, kukira kau mau bercerita pada Chenle." Ini Na Jaemin yang akhirnya buka suara. Sudah terlalu jengah karena Haechan sejak tadi memilih untuk bungkam. Sesekali melirik tajam padanya. Jaemin tahu, bagaimana berharaonya Haechan agar dirinya segera menghilang dari hadapan keduanya.

"Ya, harusnya aku sudah selesai bercerita sekarang." Pria manis Seo itu berkata dengan nada menyindir yang dingin. " Sayangnya seseorang disini malah membuatku harus menahan diri untuk tidak segera menyelesaikan urusanku."

Jaemin tersenyum tipis sesaat sebelum ia meneguk minuman pesanannya. Sudah ia tebak, bukan? Alasan Seo Haechan yang memiliki harga diri setinggi menara pencakar langit itu meminta Chenle menemuinya untuk mencari tahu soal Wong Yukhei.

Ia juga tahu jika Haechan masih kesal padanya soal omongannya waktu itu di dapur rumah Mark. Kabar yang membuat Haechan marah-marah hingga Mark menyanggupi permintaan bodoh pria manis itu. Ya, Jaemin bilang jika Yukhei telah meniduri seorang pria manis di bar beberapa malam sebelumnya. Dan reaksi yang ia dapatkan adalah, Haechan yang membanting gelas kaca sembari mengamuk karena ucapan Jaemin yang dianggao tidak berdasar. Tidak terima, kekasihnya waktu itu tega menodai janji cinta mereka.

"Aku minta maaf, Kakak iparku sayang." Jaemin berkata dengan nada mengejek. "Tapi aku tidak akan meninggalkan tempat ini atau Chenle. Sebelum kau mengajaknya pergi, Chenle sudah punya janji lain denganku."

Rasanya Haechan sudah tidak sabar untuk menjambak surai merah jambu itu. Sudah lama sekali iya tidak menjambak rambut orang. Rasanya pasti akan sangat puas.

Berdecak malas, Haechan memilih untuk bangkit dari duduknya. Sudahlah! Ia benci dengan situasi semacam ini. Membuang waktu berharganya. "Ya sudah aku pergi dulu. Kita bertemu dilain wak..."

"Kau tidak penasaran pada apa yang akan kubicarakan dengan Chenle, kakak ipar?" Potong Jaemin. Kedua manik itu bersitatap. Chenle sampai mundur beberapa langkah karena terintimidasi dengan aura dua orang tersebut. Tidak ia sangka, ketegangan kedua orang itu bisa sebegitu kuatnya.

"Tsk! Aku tidak peduli Jaemin!" Kesal pria manis tersebut. "Dan berhenti menyebutku kakak ipar! Aku bukan..."

"Ini tentang Wong Yukhei."

Kata-kata itu sukses membungkam Haechan. Sebenarnya lebih dari itu, kakinya lemas seketika saat Jaemin melanjutkan ucapannya.

"Ini tentang Yukhei, dan pernikahannya."

**

Haechan tidak peduli, meskipun para pengemudi merutukinya karena membawa kendaraan seperti orang yang kesetanan. Tujuannya cuma satu, mengonfirmasi kebenaran berita yang disampaikan adik sepupu Yukhei.

HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang