четырнадцатый

8.9K 1.1K 328
                                    

Maaf aku belum sempet balesin komen kalian :'

Makasiii buat yang sudah kasi support work ini. Kalian semua Jjang!

Aylafuuu all~

Selamat membaca^^



"Mommy! Mommy! Hari ini Minhyung senang sekali. Minhyung bertemu banyak teman baru disekolah." Bocah kecil berumur 5 tahun itu berlari-lari kecil menghampiri mommynya. Tangannya terentang lebar, bersiap memeluk kaki sang mommy yang tengah menggendong adik kecilnya yang berusia 3 tahun. Sama sepertinya, adik kecilnya itu masih mengenakan seragam playgroupnya.

Yang dipanggil mommy oleh bocah kecil bernama Minhyung itu tersenyum lembut. Sebelah tangannya yang bebas mengelus pelan rambut putra sulungnya yang begitu bersemangat memeluk kakinya. Hari ini hari pertama putranya itu bersekolah di sekolah barunya. Mereka sekeluarga baru saja pindah dari rumah orang tua suaminya di Kanada. "Benarkah? Wah! Mommy senang mendengar jika Minhyung sudah langsung memiliki banyak teman."

Bocah kecil itu terkikik pelan. Kepalana menengadah. Bibirnya mempout lucu dan kedua alisnya yang seperti burung camar itu mengerut lucu. Adiknya tengah menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher sang mommy. Sesekali sesenggukan. Sebelah tangan Jung Taeyong yang tadi mengelus rambut putra sulungnya beralih kembali pada punggung bocah 3 tahun itu. Mengelusnya untuk memberi ketenangan.

"Mommy, apa Jeno menangis?" tanya Minhyung bingung. Adiknya itu semakin mengeratkan pelukannya pada leher sang mommy, isakannya terdengar semakin jelas. Dan itu membuat putra sulung keluarga Jung itu merasa khawatir .

Minhyung merentangkan kedua tangannya pada Jeno. Memberi isyarat untuk sebuah pelukan. Adiknya segera turun dari gendongan sang mommy, memeluk erat Hyungnya. "Adik kenapa menangis? Apa adik tidak senang dengan sekolah baru?"

Jeno menggeleng. Masih dengan isakannya yang perlahan melemah. Mungkin karena dekapan hyungnya yang menenangkan. "Sekolah baru tidak enak, hyung. hiks... Jeno tidak punya teman baru." adunya. "Jeno tidak mau bersekolah, hyung. Mau main saja di rumah sama hyung. huwaaaa..."

"Jangan menangis, Jeno-ya." Kata Minhyung pelan. Ia berusaha menenangkan adiknya. Tangisan adiknya mulai terdengar heboh lagi. "Nanti hyung kenalkan dengan teman-teman hyung, ya? Lalu kita bisa bermain bersama."

**

Dari sekian banyak temannya di sekolah baru ini, ada satu anak yang begitu menyita perhatian sulung dari keluarga Jung ini. Sama sepertinya, anak laki-laki berparas manis itu juga salah satu murid baru di sekolahnya. Bocah manis itu berusia 4 tahun. Minhyung tidak tau namanya, anak laki-laki manis itu terus saja menangis setiap ada yang berusaha untuk mendekati atau mengajaknya berkenalan. Sehingga, banyak anak di kelasnya memanggil si bocah berkulit eksotis itu si cengeng.

Bocah berkulit kecoklatan itu tidak pernah bermain dengan teman-temannya lain. Seolah memiliki dunianya sendiri, dengan balok-balok mainan di sekitarnya. Ia akan mulai menangis tiap kali ada orang yang berusaha meminjam mainannya, atau berusaha untuk bermain bersamanya. Entahlah, bahkan guru-guru saja sampai pusing memikirkan kelakuan aneh si bocah kecil dengan kulit kecoklatan itu.

"Cengeng! Jangan pelit! ini kan bukan milikmu. Kenapa kau tidak mau berbagi dengan teman-teman yang lain? Kata bundaku semua mainan disini boleh dipakai oleh siapa saja." salah seorang gadis kecil dengan kucir kuda di rambutnya berkata dengan kesal saat sosok anak kecil yang ia panggil 'cengeng' itu tidak mau memberikan balok mainannya. Selalu saja si cengeng ini memonopoli semua mainan di ruang bermain. Anak-anak tidak bisa memainkan semuanya. Jika diminta, bocah itu akan menangis keras membuat para guru sakit kepala dibuatnya.

HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang