двадцатый

6.5K 873 130
                                    


Selamat membaca^^

"Aku mau pulang."

Jadi... ini yang ia dapatkan sebagai hadiah? Ia kira hari ini akan berjalan dengan indah seperti harapannya. Haechan yang mulai bersikap manis, hari indah yang penuh canda tawa tanpa satupun pengganggu. Dan semua harapannya menguap ketika satu permohonan Haechan keluar dari bibir hati tersebut.

Aku. Ingin. Pulang.

Secara harfiah mungkin terdengar jika ia ingin kembali ke Seoul atau kediaman mereka sebelumnya. Tapi bukan. Mark tahu dengan pasti apa yang diinginkan si pria manis dengan kulit tan itu. 

Pulang, yang dimaksud oleh Haechan adalah berpisah. Ia yang kembali ke rumahnya. Kembali dengan statusnya sebagai salah satu anggota keluarga Seo. Haechan sudah tidak mau lagi menyandang marga Jung pada namanya. 

Katakan saja ini bahasan lama. Semua orang yang mendengar kisah ini sudah pasti akan bosan setiap kali diingatkan dengan keinginan si pemuda Seo. Haechan yang begitu kekeuh untuk berpisah dan Mark yang begitu keras untuk tetap mempertahankan bahteranya. 

Makanan yang tadi terasa sedap di lidah mendadak terasa hambar. Mark sudah tidak ingin makan lagi. Ia menghela nafasnya pelan. Apa ia harus berdebat lagi dengan hal membosankan itu? "Kau sudah tahu keputusanku, Haechan." balasnya. 

"Kenapa memutuskan secara sepihak?" Haechan membalas. Ia akan berusaha agar keinginannya dipenuhi. "Kemarin kau bilang mau menuruti keinginanku. Kenapa tiba-tiba berubah?" 

Mark memilih untuk mengabaikan ucapan Haechan. Ia meninggalkan Haechan yang terus saja memanggilnya agar kembali. Tapi ia tidak peduli. Toh buat apa? Jika ia berbalik, yang ada pemuda Seo itu akan semakin getol mencecarnya. Menanyai ini itu mengenai ia yang tiba-tiba merubah keputusan dan meminta untuk segera berpisah. Sampai kapanpun Mark tidak akan bisa. Ia tidak akan pernah rela jika disuruh berpisah dengan cinta pertamanya.

Katakan saja jika Mark menyesal mengiyakan permintaan Haechan waktu itu. Ia terlalu terbawa perasaan dan suasana. Kalimat 'Cinta tak harus memiliki' begitu kuat tertanam di hatinya. Tidak seharusnya ia menanamkan kalimat itu. Ini cintanya. Ia tidak boleh semudah itu  untuk menyerah. Bukankah ini cita-citanya dulu? Ini janji yang ia buat dulu saat ia masih belia. Ia akan menikah dengan si bocah manis bermata besar itu saat beranjak dewasa nanti. Ia sudah berhasil menepati janjinya, meskipun harus dengan cara yang penuh paksaan. Namun, ia berjanji akan membuat Haechan kembali dalam dekapannya.

Seperti saat anak-anak dulu.

Mark masuk kedalam kamarnya. Tidak ada yang tahu tentang satu benda rahasia yang selalu ia simpan dalam kamar ini. Termasuk istrinya. Agak mengejutkan, karena Haechan ini merupakan tipe anak yang suka mengeksporasi tempat yang baru ia kunjungi atau tinggali. Ia kira Haechan akan menemukan satu album foto usang yang ia letakkan dalam sebuah kotak besar(kotak kado Haechan dulu) beserta plushie yang istrinya itu berikan sebagai kado di ulang tahunnya yang ke-6. 

"Kau" Mark meraih plushie singa tersebut. "Kukira kau sudah bertemu dengan orang yang membelimu." 

Mark tersenyum getir memandangi plushie kesayangannya itu. Padahal ia sangat berharap Haechan menemukan benda favoritnya ini. Entah memang si pemuda Seo yang tidak bisa mengingatnya atau tidak mau mengingat sama sekali. Ada banyak sekali foto-foto masa kecil Mark yang terpajang, juga beberapa benda yang sekiranya bisa membantu Haechan mengingat masa kecilnya. Bahkan bibi Ra, wanita tua itu sengaja ia utus untuk menemani Haechan selama ia menjalani kesibukannya akhir-akhir ini. Nihil! Otak Haechan mungkin terlalu bebal untuk mengingat semuanya kembali. 

"Mark! Kau tidak seharusnya meninggalkan aku sendirian seperti itu...." 

Mata Haechan membulat. Ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya saat benda yang dipegang suaminya, entah kenapa malah mencuri atensinya. Ia berjalan mendekat. Menyentuh permukaan lembut plushie singa yang dipeluk erat oleh pria Jung berpipi tirus ini. 

HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang