Menunggu

1.8K 91 6
                                    

Pagi ini Dara telat, ia dihukum menghormat bendera sampai jam istirahat kedua.

Sumpah yah, Dara pikir kesalahanya tuh sepele banget telat 5 menit doang kok, katanya lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali tapi sekarang ia terlambat malah dihukum, dasar Dela sampai lapor-lapor ke guru BK segala!

"Argh, lima belas menit lagi," gumam Dara, masih menghormat bendera, keringatnya sudah penuh di setiap bagian kulitnya ia sudah tak kuat menahan lapar, sedangkan pagi tadi ia tak sempat memakan rotinya hingga akhirnya ia harus menghormat bendera dengan berpanas-panasan dan dengan perut keroncongan.

Tidak hanya Dela, Dara juga kesal terhadap Ari yang sering ia sapa Kak Ari itu, sungguh yah jika bukan Ari yang menjaganya sedari tadi supaya tak kabur, mungkin sekarang ia berada di kantin atau di kelasnya. Sungguh, kenapa harus Ari yang piket hari ini? Kan malu Dara kalau ia kabur di depan crush? Eh.

"Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satu."

"YEAYYYY!!!" teriak Dara, ia segera berlari secepat mungkin menuju kelasnya, sekarang ia hanya ingin makan dan minum.

Setelah sampai kelas, ternyata disana hanya ada beberapa murid saja, huh mereka semua pasti pergi kekantin.

Dara berjalan lunglai menuju kursinya, buku kecil yang tak sengaja ia senggol menarik perhatiannya.

Buku itu terbuka, menampakan tulisan nama orang yang sudah tak asing lagi untuk dara

ARD♡

#AdelaQuinn

Seperti itulah tulisannya, Dara tersenyum kecut, memasukan buku diary milik Dela ke dalam sakunya, sungguh jika bukan di sekolah mungkin sekarang ia akan berteriak memanggil Dela dan meminta penjelasannya sekarang juga, namun mengingat rencananya ia mengurungkan semua itu.

Setelah duduk dengan benar di kursinya,
Dara mengeluarkan botol air yang tinggal satu teguk lagi untuknya, ia cemberut, lupa membeli air ternyata.

Tak berpikir lama Dara menutup resleting tasnya lalu berniat pergi ke kantin, membeli minum.

"Eh-eh," kaget Dara ketika ada yang menghadangnya di depan pintu.

Dara mendongkak untuk melihat wajah orang tersebut.

Ternyata Ari yang menghalangi jalannya. "Ngapain disitu Kak," tanyanya masih menatap Ari.

Tiba tiba Ari memberikan sebuah botol air mineral "Nih,"

"Buat gue?" ucap Adara menaik turunkan alisnya.

Ari mengangguk seraya berkata, "Iya."

Dengan senang hati Dara menerima air tersebut, "Makasih." 

Ari mengangguk, lalu pergi begitu saja menuju kelasnya yang berada disebelah kelas Dara. "Bingung deh irit banget ngomongnya, padahal kalau lagi kumpul berempat aja orangnya berisik bet," ucap Dara berbicara sendiri.

***

Sesuai janji, malam ini Dara pergi bersama Ari ke salah satu cafe entah atas dasar apa Ari mengajaknya tapi yausdahlah semoga acaranya malam ini tak seperti acara-acara yang sebelumnyanya.

Dengan memakai kaos hitam yang bisa dibilang tak ada cocok-cocoknya untuk 'dinner' Dara juga mambawa tas selempang yang ia pinjam dari Qalesya.

Setelah sedikit mempertimbangkan akan duduk di mana, akhirnya mereka duduk dekat kaca yang memperlihatkan jalanan malam yang lumayan padat.

Ari duduk di depan Dara yang menopang dagu bosan karena makanan yang mereka pesan belum juga datang.

Ari yang melihatnya pun hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum tipis.

ADARA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang