Mari-mariii berpelukaaaaaaan:v
Selamat jam segini gaes wkwkk
Jangan lupa vote yawww, coment juga! Enjoy!
;););)
Adara berdiri kaku di depan pagar rumahnya, ralat, rumah ... keluarganya?
"Masuk," suruh Ari, namun Dara tetap berdiri di sana seraya memegang ujung kaos Ari kencang.
"Masuk Dar ... " titah Ari, lagi.
"Anterin," rengek Dara, iya ia merengek akhirnya.
"Tinggal masuk aja ih," ujar Ari.
Dara mendelik, "Ih ayoo anterin aja."
Ari hampir menarik tangan Dara, namun Dara menarik tangannya. "Gak mau deh, Dara balik lagi aja deh ahhhh."
"Yaampun." Ari mengusap wajah Dara, "Labil."
Dara mengumpat di balik badan Ari, dia memilin ujung kaos yang lelaki itu kenakan, masih baku hantam dengan pikirannya sendiri.
Srek
Pagar dibuka sedikit, menampilkan wajah Adit di sana. Dara memainkan jarinya, hampir saja ia berbalik dan kembali pergi sebelum sepasang tangan merengkuh badannya erat, terdengar isakan kecil di sana, membuat Dara pelan-pelan membalas pelukan itu lalu ikut terisak.
"Inget, gimanapun keadaannya lo tetap adik gue. Jangan marah sama gue ya ..."
Dara mengangguk perlahan, sekarang ia mengerti apa yang pernah Adit katakan beberapa hari yang lalu.
Ya walaupun Adit tidak mengucapkan itu sekalipun, tetapi Dara tidak akan membenci siapapun kecuali ... dirinya sendiri. Jujur saja, ia menyayangi keluarganya, ya maksudnya keluarga ini. Walau Dela yang menyebalkan, Adit yang suka mengatur, tapi jauh di lubuk hatinya, ia menyayngi mereka semua.
Srek
Pagar terbuka dengan lebar, menunjukkan tiga sosok lainnya. Lalu dua di antara mereka menghampiri dan ikut berpelukan, yang satu lagi menyusul dengan ogah-ogahan. Mereka saling melempar maaf.
Ari yang melihat hal itu tersenyum, lebar kali ini. Ia tidak tahu masalahnya dengan pasti, hanya ia ikut bahagia, saat tetangganya itu bahagia. Semoga setelah hal ini, tidak ada lagi hal lain ...
***
'Hei'
Setelah mengirim pesan itu, Dara langsung berlari ke kamar mandi, setelah kejadian dua hari yang lalu ia tidak bertemu dan saling bertukar pesan dengan lelaki itu, entahlah ia kemana, Dara juga baru kali ini memberanikan diri untuk mengirim pesan kepadanya.
Jangan sampai, hubungannya dengan lelaki itu tidak baik-baik saja setelah hubungan keluarganya selesai dengan baik dan semua orang, ralat, dirinya menerima semuanya dengan lapang dada.
Eh jangan sampai.
Dara menyelesaikan mandi paginya dengan terburu, di kamar mandi membuatnya berhalusinasi semakin jauh.
Setelah memakai pakaian lengkap dan menyisir rambutnya, Dara mengintin hp yang ia tinggalkan tadi, dan ternyata ... 34 pesan belum dibaca dan 10 panggilan tidak terjawab juga 13 pnggilan video tidak terjawab.
wow
Padahal itu dari satu orang.
Baru saja Dara akan membalas pesan tersebut, namun ketukan pintu membuatnya mengurungkan sebentar niatnya itu.
Saat setelah membuka pintu, Dara mengulum senyumnya menemukan kelinci .. eh tanduk kelinci yang dipakai oleh lelaki yang langsung saja masuk ke kamarnya tanpa di persilakan.
"Hmmm baru selesai mandi?" tanyanya.
Dara mengangguk, ikut duduk di tepi kasur mengambil bando kelinci yang berada di kepala Ari. "Kemana aja?" ups, maaf, Dara terlalu merindukan lelaki itu sepertinya?
Ari tertawa terbahak-bahak, i mengelus kepala Dara. "Rindu hmm?"
"Sorry, aku pikir kamu butuh waktu sama keluarga kamu, eh ternyata rindu aku juga ya?"
Dara memukul kencang lengan atas Ari, ah ia kesal! Padahal ia serius.
Namun tiba-tiba kekesalan itu hilang jadi rasa gugup tersendiri, saat Ari memeluknya dari samping, ikut merindukan dia sepertinya?
"Jangan bete, aku juga sama kok."
"Apa?"
"Rindu kamuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu."
Mereka tertawa, iya menertawakan 'u' yang Ari ucapkan, sangat murah sekali bukan tawa mereka?
"Dar."
"Hm."
"Sini deh."
"Kan udah di sini eh." Dara mencubit pelan perut Ari seraya terkekeh.
"Eh iya."
"Mau ngapain emang."
"Ngajak berharap."
"Tentang?"
"Semoga semuanya tetap baik-baik saja, sampai kita selamanya."
Dara mengangguk, ia menyetujui hal itu.
Ya, doakan saja, semoga keluarganya baik-baik saja.
Walau ia sendiri masih kecewa.
Semoga hubungannya dengan Ari selalu baik-baik saja.
Walau masih ada Dela dan orang-orang lainnya yang ingin menginginkan salah-satu dari mereka.
Semoga mereka masih bisa saling berpelukan, tanpa ada hambatan.
Terimakasih telah mengikuti jalan cerita aku, Adara Adritha Queensha, dengan Ari si tidak peka namun manis seketika.
Salam sayang semua ...
;););)
Hai gaes
Hehe maaf menunggu lama
Tapi ini akhir dari semuanyaaa, yah kita berpisah, tapi kita berpisah di cerita ini, nanti kita bertemu di cerita selanjutnya ya. Walaupun ceritanya kayaknya masih lama, aku agak terhambat di cover yang aku sendiri gak bisa edit mengedit, lalu aku pertama kalinya bikin out line, wkwk. Susah ternyata gaes, ya maap, apalagi ada tugas juga kan, ya seperti itulah.
Salam sayang
Sampai ketemu lagi
Muach
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [REVISI]
Teen Fiction"GUE BENCI MAMA!! GUE BENCI PAPA!! GUE BENCI KAK ADIT!! GUE BENCI ADEL!! GUE BENCI GUE BENCI BENCIIIIII!!!" teriak Dara ketika ia berdiri dekat pembatas gedung beberapa tingkat itu. "Maafin gue Dar," gumam seseorang yang sedang melihat Dara dari jar...