Rindu

1.2K 60 9
                                    

"Ku kira rasa itu
hanya untuk sesaat, ternyata rasa itu memakan waktu yang lama."

-AriandraNarendra-

***

Sudah sekitar hampir dua minggu Ari mencari keberadaan Dara, dari bangun tidur sampe tidur lagi Ari masih terus teringat Dara ... Akhir-akhir ini dia juga terlihat jarang tidur, mood makannya menurun, semakin minim bicara, semakin susah buat senyum.

Ari takut kalau kehilangan Dara, hampir seluruh kota jika bisa Ari akan kunjungi, tapi sayangnya itu hanya angan-angan, Ari masih punya kewajiban di sekolah.

"Heh anjir gue gak nyangka bro," ucap Radit yang ada di sebelah Ari. "Seorang Ariandra Narendra udah lima kali dalam sepekan ditegur sama guru." Iya memang itu benar, akhir-akhir ini Ari ditegur guru karena ---- ngelamun lah, ketauan lagi main hp lah, pakaian yang gak rapi, gak bawa dasi, itu semua tiba-tiba terjadi padanya, padahal kalau Radit bilang, Ari itu yang paling taat aturan.

"Gue tau lo mikirin Dara-Dara itu kan?" tebak Radit, sambil nunjuk-nunjuk Ari.

"Gue gak mikirin dia, cuma gue khawatir aja dia gimana dan dimana sekarang," ucap Ari tegas

"Woahh." Radit berteriak, seperti melihat seorang atlet sepak bola memasukan bola ke dalam gawang.

Ari mendelik, "Apasih."

"Kalau lo khawatir berarti lo suka sama dia bro." Radit menepuk bahu Ari lalu pergi.

***

Ari merenung, dia sedang berjalan di trotoar jalan, di dekat pedagang permen kapas tempat terakhir dia bersama Dara bercanda bersama, ingat?

"Hm, sepertinya Ari merindukan gadis itu, dia terus berpikir kenapa Dara harus menghilang begini?

Selain itu, ia selalu mengingat perkataan Radit. 'Kalau lo khwatir berarti lo suka sama dia bro." Rasanya kepala ini akan meledak! Padahal, Ari berusaha meredam perasaannya, karena ia tidak yakin akan hal itu.

Lelah berdiri, Ari memutuskan untuk pulang ke rumah saja.

Sampai di rumah Ari mengambil sebuah gitar di sofa lalu pergi ke taman belakang rumah.

Ari duduk di kursi yang menghadap tanaman-tanaman kesayangan Mamanya.

"Kenapa lo harus pergi sih Dar," gumam Ari.

"Bujang Mama, udah kemana aja hari ini?" tanya Nadin, ia sudah mengetahui tentang perginya Adara dari rumah.

Ari terdiam sesaat. "Hari ini enggak dulu Ma."

Nadin duduk di samping anaknya itu, mengusap surai rambutnya pelan. Ia mengerti perasaan anaknya, apalgi tidak bisa dipungkiri seorang Ari dan Dara walau tidak selalu bersama tapi setidaknya sering bertemu untuk sesaat.

Dari sejak kecil, Dara itu sering merecoki Ari, bahkan sampai sekarangpun tidak jarang masih sering direcoki. Nadin tahu, anaknya pasti merasa kehilangan Dara. Namun, Nadin yakin Dara saat ini tidak pergi sejauh itu, ia sedang tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa.

"Udah makan siang?" tanya Nadin, sejak dua minggu lalu ia merasa Ari kurang memperhatikan makannya, dan sudah dibuktikan anaknya itu menggelengkan kepalanya saat ia bertanya seperti itu.

"Kamu boleh cari Dara Kak, tapi kamu harus jaga kesehatan kamu biar bisa terus cari dia."

"Ma?"

"Apa?"

"Dara kemana ya?"

Nadin tersenyum simpul. "Kalau Mama tau dia dimana udah Mama kasih tau dari kemarin."

Ari terkekeh, "Mama bisa aja."

"Jangan lupa makan ya, Mama mau ke rumah Tante Ica sebentar."

"Mau diantar?" tanya Ari.

"Nggak usah." Nadin segera bangkit dari sana, meninggalkan Ari yang jadinya galau.

Ari memetik gitar nya, menjadi sebuah alunan musik yang merdu.

Di persimpangan jalan ku duduk sendiri

Tak ada kamu yang selalu temani aku

Saat tangis dan tawa

Kita rasa bersama

Berjanji bersama menggapai bintang

'Kini hilanglah sudah semua cerita itu

Sahabat kecil dimanakah kau berada

Masih ingatkah kamu

Saat-saat yang indah

Kini aku tak tahu kau dimana

Sebelum melanjutkan nyanyiannya, Ari sedikit menengok ke kanan, ke arah pagar belakang, rasanya ia seperti dilihat orang lain.

Sahabat kecil yang selalu ku rindukan

Lelapkan tidurmu jika memang kau telah tiada

Sahabat kecil yang selalu ku nantikan

Ku berharap suatu saat nanti

Kamu akan datang

Berharap kamu akan datang ....

Harus sampai kapan Ari menunggu dan berharap Dara kembali? Hanya hampir dua minggu saja Ari sudah tak sanggup, rasanya ia rindu dengan tingkah laku Dara.

Entahlahh Ari bingung ia harus bagaimana lagi, ia harus mencari kemana lagi, hampir semua tempat Ari kunjungi, ya hampir semua tem----OH TIDAK, Ari lupa satu tempat yang belum Ari datangi ...

Bascamp?

***

VOTE AND COMENT, HAPPY MALMING JUGA BABAYY

BTW DIKARENAKAN NIATNYA SIH JAM 7 YAH, TAPI AKU ADA HALANGAN JADI DIPERCEPAT WK BABAY

ADARA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang