🌸🌸🌸
Sejak beberapa menit yang lalu setelah pergi dari rumah keduanya, Dara berada di taman tepatnya duduk di ayunan.
Matanya berkaca-kaca, melihat anak-anak kecil yang sedang bermain dengan ayah dan ibunya di hadapan Dara, rasanya ia ingin kembali ke masa kecil.
Dara menunduk, menutup seluruh wajah dengan kedua tangannya, sedang berfikir.
'Gue salah yah?' 'Kok gue ngerasa bersalah gitu sih!!'
Masih dengan pemikirannya, tiba-tiba tangan Dara terasa dingin, ia mendongkak dan melihat seorang laki-laki seumurnya yang duduk di ayunan sebelah Dara.
Laki-laki tersebut tersenyum, seraya memegang dua buah ice cream
"Mau?" tawarnya, menyerahkan satu ice cream vanilla .
Pelipis Dara berkerut, rasanya ia pernah melihat laki-laki tersebut.
"Hei kamu mau?" ucap lelaki tersebut lagi.
Dengan bodohnya Dara masih melongo dengan mulutnya sedikit terbuka.
Laki-laki tersebut terkekeh lalu mengusap bahu Dara membuat Dara terkejut dan mengedipkan matanya lucu.
"Eh eem." Dara berdiri, dan pergi begitu saja, malu!!
***
Tak kembali untuk pulang, Dara justru kembali ke markas yang sudah ia anggap sebagai rumah keduanya itu, ia yakin semua orang sudah pulang, ia kembali akan mengambil beberapa barangnya.
Ketika Dara sampai pintu terkunci membuat Dara semakin yakin bahwa tak ada siapapun di dalam sana.
Dengan santainya Dara membuka pintu tersebut lalu menutupnya kembali dan ia berjalan ke dapur, hanya untuk sedikit menghilangkan rasa hausnya.
Belum sempat sampai di dapur Dara bertemu Ari, tentu saja Dara kaget bukan main, kenapa pintunya terkunci jika ada seseorang di dalam? Huh.
Ari tersenyum ke arah Dara, membuat Dara memutar bola matanya malas 'Gak ada niatan buat minta maaf gitu?'
Dara berbalik, ia mengurungkan niatnya untuk minum sekarang ia harus mengambil barang-barangnya dan pulang.
Dara mengambil tasnya, lalu mendekati sebuah kotak besar yang ada di pojok ruangan, di sanalah semua barang-barang terkumpul.
Tak peduli dengan Ari yang masih memperhatikannya, Dara membereskan barang-barangnya.
"Dar."
"Dara."
"Ra."
"Ara."
"Dara."
"DARA."
"APA?" jawab Dara kesal.
Ari menyeringai, "Jangan marah dong."
'Andai lo ngerti Kak, semakin gua sering marahan sama lo, semakin aneh rasa yang gua rasain.'
"Bodo."
"Dar, lo marah yah."
'Pakek nanya,' gerutu Dara.
"Dara."
"Apaan sih."
Ari menghampiri Dara, lalu berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [REVISI]
Teen Fiction"GUE BENCI MAMA!! GUE BENCI PAPA!! GUE BENCI KAK ADIT!! GUE BENCI ADEL!! GUE BENCI GUE BENCI BENCIIIIII!!!" teriak Dara ketika ia berdiri dekat pembatas gedung beberapa tingkat itu. "Maafin gue Dar," gumam seseorang yang sedang melihat Dara dari jar...