Saksi Senja

587 26 2
                                    


ASSALAMUALAIKUM

HAI PARA SAHABATQUE, PARA READERQUE YANG TERCINTAH. HARI INI, TEPATNYA MALAM INI AKU MAU MENGUCAPKAN KEPADA KALIAN YANG TIDAK AKU KENAL MAUPUN AKU KENAL,  'MINALAIDZINWALFAIDZIN' MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN ATAS SEGALA KESALAHAN YANG PERNAH AKU LAKUIN, SENGAJA ATAUPUN TIDAK. TENTUNYA DIMAAFIN DONG YA? MASA ENGGAK, JAHAT BANGET SIH KALIAN. WKWK

DAH, KALAU SUDAH SEPERTI INI MARI KITA LANJUT CERITA YANG BERSAMBUNG...

TAPI SEBELUM ITU JANGAN LUPA TEKAN GAMBAR BINTANG DI SEBELAH KIRI BAWAH! SAMA KOLOM KOMENTARNYA DIISI YA!!

CEKIDOT:v

⚡⚡⚡

"Dar..."

Deg

Sontak tubuh Dara menegang, ia dengan cepat mengusap air mata yang bergenangan di matanya.

"Itu, tadi itu jatuh," ucap Dara frontal, ia berdiri namum kepalanya menunduk.

"Oh."

Dara menghela nafasnya pelan, untung saja Adit tak mempermasalahkannya, iya Adit.

"Emm mau balik?" tanya Adit, membuat Dara kebingungan.

Dara menggeleng, "Sama Ari, duluan."

Dara melangkah meninggalkan Adit yang termangu menatap punggung ad ...

"Dek?"

"Eh iya?"

"Dipanggil sama adiknya," ucap seorang suster, Adit mengangguk, "Iya, duluan ya mbak."

"Iya silahkan."

***

"Hai."

Dara tersentak kaget, ia menatap orang yang memanggilnya lalu tersenyum lebar.

Ari, dia balik menatap Dara, membuat yang di tatappun menglihkan tatapannya. Mau bagaimanapun Dara menutupinya, nyatanya Ari tahu perempuan di depannya ini sudah menangis.

Tak ingin bertanya-tanya lebih lanjut, Ari memberikan helmnya. Setelah Dara selesai, Aripun melajukan motornya dengan Dara di belakang.

Di perjalanan Dara berkali-kali menghela nafasnya gusar. Bagaimana tidak, ia sedang berfikir keras bagaimana cara menyampaikan permasalahan yang ia alami.

Apa Dara langsung to the poin? Atau dengan cara Dara pelan-pelan menjauh? Atau apakah ada cara lain?

Dara tak kuasa menahan semuanya, Dara baru memutuskan padahal, tapi kenapa.semuanya tampak akan berat, sangat berat.

Ari memelankan laju motornya.

"Gimana Dela?" tanya Ari, basa-basi di antara perjalanan mereka yang sepi.

"Baik."

"Kamu...."

"Iya?"

Ari menggeleng, "Enggak, agak aneh aja kamu. Kalau ada apa-apa jangan sungkan, cerita aja. Biasanya juga gitukan?" Ari mengusap punggung tangan Dara yang berada tepat di lutut perempuan itu.

ADARA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang