SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASAAA YANG KE DUA HARIIII BAGI YANG MENJALANKAAAAN:)
SEMANGAT YA GAESS
AKU SAYANG KALIAN
EHE
🍬🍬🍬
Dug... "Aws."Dara meringis ketika kepalanya terbentur jendela mobil. Sontak membuat Dela yang akan membantu Ari minum menurunkan kembali tangannya.
Adit tertawa, "Hati-hati dong. "
Dara mendelik semakin kesal.
"Nih katanya mau minum," ucap Dela, sengaja.
Dela membantu Ari minum, mengusap air yang tumpah di dagu Ari.
Semakin kesal saja Dara dengan keadaan, ia mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Lebih memilih melihat jalanan daripada drama di depannya.
***
Ketika mobil sudah terparkir di depan rumah kediaman adritha, Dara langsung turun dan berdiri di depan pintu. Menunggu mama membawa kunci dan membuka pintu, terlalu malas untuk berhadapan langsung dengan Ari. Biarkan koper dan tasnya dibawa oleh siapapun.
Selama perjalanan Dara tak bisa tidur, hanya mendengarkan senda gurauan dua insan di depannya, ah sudahlah Dara kesal!
Mama menghampiri Dara, membuka pintu. Dengan tergesa Dara masuk ke dalam rumahnya, lalu langsung masuk ke kamarnya, mengunci pintu lalu menidurkan dirinya di tempat tidur. Menatap langit-langit kamarnya, menggenggam gelang yang ia pakai.
Hah, kenapa harus sekesal ini menghadapi Ari? Apa yang Dara rasakan sebenarnya? Padahal itu hal biasa bukan? Ish, Dara berlebihan. Tapi ada rasa tidak enak di hatinya. Entah kenapa.
Dara membuka kunci pintu kamarnya, takut ada yang mengantarkan koper dan tasnya.
Setelah itu, Dara masuk ke kamar mandi, membasuh wajahnya berkali-kali, menatap dirinya di cermin, dengan pertanyaan 'Aku kenapa?' yang ada di otaknya.
Dara tersenyum di depan cermin, apa-apaan dia itu.
Setelah keluar dari kamar mandi, Adara dapat melihat koper dan tasnya sudah ada di dekat kasur. Tak lupa seorang lelaki sedang tertidur di kasur dengan kaki menjuntai.
Dara hanya melewatinya saja, mengambil koper dan tasnya lalu merapikan pakaiannya ke dalam lemari. Membiarkan lelaki itu tertidur, sampai benar-benar tertidur pun Dara tak perduli. Terserah dia.
"Kamu tak menyapa pangeran," ucapnya, masih memejamkan matanya. Dara hanya tetap terdiam, tetap merapikan pakaiannya ke dalam lemari. Walau sebenarnya ingin tertawa, apa katanya tadi? 'Pangeran' hahaha.
"Kamu tidak mau berbicara padaku?" Lagi, lelaki itu berucap.
"Kamu marah?"
"Atau... "
"Kamu cemburu?"
Brak.
Lelaki itu terperanjat kaget, Dara menutup pintu lemari dengan kencang.
"Apa katamu? Cemburu? Hah, mimpimu terlalu tinggi pangeran!" Dara berucap kesal, sekali lagi menahan tawanya. Kenapa ia juga harus ikut memanggil pangeran?
"Jadi, apa masalahnya?" Ari berdiri, berjalan menghampiri Dara.
Dara mengangkat kopernya, berusaha menyimpannya di atas lemari. "Aku sedang tidak mau berbicara Pangeran."
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [REVISI]
Teen Fiction"GUE BENCI MAMA!! GUE BENCI PAPA!! GUE BENCI KAK ADIT!! GUE BENCI ADEL!! GUE BENCI GUE BENCI BENCIIIIII!!!" teriak Dara ketika ia berdiri dekat pembatas gedung beberapa tingkat itu. "Maafin gue Dar," gumam seseorang yang sedang melihat Dara dari jar...