Part 1

8.6K 462 14
                                    

Dia berlari sekuat tenaga sambil mendekap lima map berkas di tangan kanannya dan menenteng sepatu kantor yang terpaksa ia lepas untuk mempermudah larinya.

"Permisi..."

"Maaf... maaf...."

"Permisi..."

Dua kata itu terus diucapkannya secara berulang kali, menerobos kerumunan orang yang sedang berlalu lalang. Baginya butuh 16 menit untuk berlari bolak balik dari tempatnya menuju gedung seberang, dengan pakaian dan rambut yang mulai mengusut serta napas ngos-ngosan.

Pemandangan seperti itu terlihat sudah sangat biasa sejak 2 bulan lalu, semua bermula akibat rambut pirangnya yang begitu kontras dengan kulit kecoklatannya, tubuh mungilnya yang hanya setinggi 155 cm dan lesung pipinya yang menawan.

Namanya Alzeita Seline , usianya baru 21 tahun. Dia tidak memiliki siapa-siapa, tak mengenal kedua orangtuanya, dan dibesarkan disebuah panti asuhan yang kini telah dirubuhkan bangunannya. Seline ditemukan di dalam sebuah kardus tepat didepan pintu asuhan dan hanya ada selembar kertas bertuliskan namanya.

Hidupnya tidak pernah mudah sejak ia mulai pandai berjalan juga berbicara, anak-anak di panti menjauhinya, tak ada yang mau mendekati atau bermain dengannya. Para pengurus juga pengasuh panti tidak begitu menyukai kehadiran Selene, dia dicap aneh oleh seluruh penghuni panti akibat warna rambut juga kulitnya, tak ada yang ingin mengangkatnya sebagai anak karena penampilan fisiknya. Bukan hanya itu, sifat dan kebiasaan Seline yang begitu berbeda menjadi alasan orang-orang menjauhinya.

Tapi apa pedulinya? Seline tetaplah Seline, yang begitu menyukai rambut pirang miliknya, suka tertawa ceria saat ada sesuatu yang menyenangkan hatinya, yang menyayangi hampir seluruh makhluk berbulu, berkumis, serta berkaki empat. Yang tak akan bersedih meski tak ada yang menyukai kehadirannya. Dan yang paling penting adalah, tekadnya yang bulat untuk menyelesaikan kuliahnya, segera mendapatkan pekerjaan kemudian pergi meninggalkan panti asuhan yang selama ini membesarkannya.

Dan keinginannya tercapai saat dimana gelar sarjananya ia dapatkan dalam kurun waktu tiga setengah tahun, ditambah dirinya langsung mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan ternama. Dua bulan telah berlalu sejak ia di terima, dua bulan juga ia telah meninggalkan panti asuhan yang ternyata melakukan transaksi jual beli anak sehingga bangunan panti asuhan itu dirubuhkan oleh pemerintah. Kini ia tinggal di sebuah rumah kontrakan sederhana dan menjabat sebagai salah satu staf divisi humas.

Tapi terkadang ada hal-hal yang tidak berubah dalam hidupnya meski kita berkeinginan untuk menjauhinya. Tatapan aneh dan rasa tidak suka orang-orang terhadap dirinya. Seline terkadang tidak mengerti, apa yang ia perbuat sehingga orang-orang begitu banyak tidak menyukainya? bukan hanya orang-orang dipanti, sejak ia duduk dibangku sekolah dasar hingga duduk di bangku kuliah, tak ada satu pun yang menyukai kehadiran Seline. Beberapa orang mendekatinya jika menginginkan sesuatu, dan Seline dengan senang hati menyambut mereka dengan baik tapi saat mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka kembali menjauhinya seperti penyakit menular yang harus segera dihindari.

Untung saja Seline sudah terbiasa akan semua itu, ia selalu menanamkan dalam pikirannya agar tidak terlalu mempedulikan apa yang dikatakan orang-orang tentang dirinya, yang bisa membuat ia bahagia adalah dirinya sendiri, bukan urusan Seline jika banyak yang tidak menyukai dirinya.

"Hoshh... Hoshh..." Napas Seline terdengar begitu jelas saat ia telah kembali duduk dikubikelnya. Ia baru saja berlari ke gedung sebelah dan kembali dalam waktu yang begitu singkat, semua ini akibat lima map berkas yang baru saja ia ambil digedung sebelah, gedung berlantai 30 dimana penghuninya terdiri dari petinggi perusahaan dan para pemegang saham. Lima berkas map itu adalah salinan rencana ulang tahun perusahaan sekaligus peresmian pergantian pimpinan perusahaan yang baru.

The Story Of The OffSpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang