Part 4

4.2K 453 8
                                    

Hidup Seline yang memang sudah sulit sejak ia dilahirkan, kini menjadi semakin sulit. Hidupnya terasa seperti drama di layar tv, namanya mulai terkenal hampir disetiap sudut bangunan Varcolac Group, menjadi trending topic di berbagai sosial media dengan hastag #cinderelladadakan, dan wajahnya muncul di berbagai kolom gosip media cetak serta saluran gosip televisi. Hampir seluruh orang yang melihatnya dan mengenalnya kini menatap Seline dengan berbagai pandangan, bukan pandangan takjub dan kagum tapi pandangan mengejek yang penuh rasa tidak suka.

Seline berusaha seperti biasa untuk tidak peduli, tapi ketidakpedulian menjadi sia-sia saat teman satu divisi sering melontarkan ejekan mereka, menyinggung ketidakpantasan Seline bersanding dengan seorang Alcander Cirillo, mengatai dirinya telah memantrai sang Presdir hingga jatuh ke dalam pelukannya.

Manusia akan terus dipenuhi perasaan iri hati dan dengki. Merasa diri mereka lebih tinggi hanya dikarenakan derajat, penampilan fisik, dan seberapa cerdas mereka. Mereka lupa bahwa semua manusia sama di mata Sang Pencipta, yang membedakan mereka hanyalah apa terdapat di dalam hati mereka. Hati dan bibir mereka yang kerjanya hanya nyinyir dan membicarakan keburukan orang lain tak pantas merasa dirinya lebih baik dibandingkan orang lain.

Lagi-lagi layar ponsel Seline berkedip-kedip, ia ingin fokus menyelesaikan pekerjaan yang mulai terbengkalai selama 3 hari ini tapi layar ponselnya yang sengaja ia 'senyapkan' sama sekali tak membantu. Ingin rasanya ia mengutuk pria itu, kekuasaan yang ia miliki membuatnya dengan mudah mendapatkan kontak pribadinya dan pria macam apa yang tak henti menelpon dirinya bahkan di saat ia beristirahat di atas kasur?

"Gak diangkat, Sel?" Rika mencolek bahunya, matanya melirik nomor tak dikenal yang terpampang jelas di layar ponsel wanita itu.

Seline menyandarkan kepalanya lalu menghela napas. "Gak. Aku nggak mau ikutan gila, Mba," jawabnya.

"Gila? Memangnya siapa sih?"

"Dia!" Seline mengangkat tangan kirinya, memperlihatkan cincin berlian indah di salah satu jarinya.

"Pak Alcan?!" Tebak Seline.

"Bisa tidak menyebut nama dia?" Seline berdecak ketus.

"Kenapa?"

"Karena--"

"Orang paling ge'er sedunia. Si tukang mimpi di siang hari," suara itu memotong kalimat Seline. Vina, sekretaris kepala divisi humas yang tak pernah lupa memakai rok setengah paha, dia yang paling tidak menyukai keberadaan Seline di bagian divisi humas. Selain karena atasannya terkadang memuji kecerdasan dan ketangkasan Seline, dia juga tidak menyukai rambut pirang milik gadis itu yang selalu menarik perhatian banyak orang.

Sejujurnya, Seline memang terlihat aneh dengan rambut pirang, kulit kecoklatan, serta tinggi yang menyamai anak remaja baru pubertas. Dia terlihat seperti warga negara asing yang nyasar di Indonesia, terlebih dengan lesung pipi indah yang membuat wajah wanita itu terlihat menggemaskan. Tapi bukannya membuat beberapa pria merasa risih, penampilan Seline malah menarik perhatian kaum maskulitas. Seline hanya tidak memperhatikan hal itu, karena setiap kali seorang pria mendekatinya, ia langsung memberi jarak kepada mereka. Wajar saja jika Seline segera menjauh, tatapan pria itu memperlihatkan tatapan seolah Seline adalah mainan baru yang akan memuaskan mata serta hasrat kejantanan mereka. Seline langsung mencap buruk pria itu dan merasa bahwa mereka hanya ingin mengerjai sekaligus mengganggu dirinya.

"Maksudnya?" Tanya Rika tidak mengerti.

Vina melirik layar ponsel Seline yang masih berkedip tanpa henti, ponsel yang Seline letakkan di atas meja kubikelnya dan masih menampilkan nomor yang tak diberi nama. Perempuan itu berdecak sebal di dalam pikirannya, tak suka saat mengingat adegan intim antara Seline dan Alcan tiga hari yang lalu. "Iya, dia si tukang mimpi di siang bolong, berharap bahwa Presdir menelpon dia tanpa henti, paling itu telepon dari penagih hutang."

The Story Of The OffSpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang